Belajar Perdamaian, Muslim Moro Kunjungi Poso
Minggu, 23 November 2008 20:13 WIB
TEMPO Interaktif , Poso: Sejumlah perwakilan dari organisasi masyarakat muslim Moro, Filipina Selatan, tiba di Poso, sejak Jumat, (21/11) lalu. Kedatangan para perwakilan muslim dari wilayah yang masih dilanda konflik tersebut merupakan rangkaian perjalanan yang mereka lakukan guna membangun perdamaian untuk Moro.
Perjalanan tujuh orang dari perwakilan ormas muslim Moro ke Poso difasilitasi Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Mereka adalah, Ismael Mastura (Vice President Finance and Administration, Sultan Kudarat Islamic Academy, Bulalo), Amilhusin Jalilulla (Daen College of Islamic and Arabic Studies MSU-TCTO Bongao Tawi-Tawi), Nurmina D Injani (Administrative Assistant I Municipal Bugdet Office LGU Jolo), Yusop T. Alano (Provinsial Board Member Sangguniang Panlalawigan Office), Sherma Sappari (Principal Liwanag Kapayapan Foundation), Amilodin Sharief (Director Jamiat Muslim Mindanao) dan Zaenida Tan Lim (President Sarang Bangun Learning Center).
Di Poso, para perwakilan muslim Moro tersebut melakukan pertemuan bersama sejumlah tokoh muslim Poso dan korban kerusuhan di Kantor Lembaga Penguatan Masyarakat Sipil (LPMS) Poso di Jalan Monginsidi, Kelurahan Bonesompe.
Pertemuan yang berlangsung sejak pukul 9 pagi dan berakhir pukul 11.30 tersebut banyak mendiskusikan riwayat konflik dan pola penyelesaiannya di dua wilayah yang berjauhan, Moro dan Poso. Baik, Moro dan Poso hampir memiliki kesamaan konflik yang berakar dari ketidakadilan pemerintah yang berujung pada konflik antar penganut agama.
Namun, yang berbeda, pemerintah Indonesia dan masyarakat Poso mampu menyelesaikan konflik yang berlangsung hampir 10 tahun tersebut. Sementara, Pemerintah Filipina dan Masyarakat Moro sulit menemukan titik temu menyelesakan perseteruan yang telah berlangung puluhan tahun. Sejumlah tokoh muslim dan perdamaian Poso yang hadir dalam pertemuan tersebut seperti Udin Ojobolo, Yahya Mangun, Ruaida Untingo mengungkapkan, perdamaian hanya bisa dicapai karena kesungguhan pemerintah.
Kepala rombongan tokoh muslim Moro Ismael Mastura mengatakan kunjungan mereka ke Poso guna melihat secara dekat masyarakat dan pemerintah dalam menjalani proses pendidikan dan proses perdamaian di Poso. Mereka berharap, apa yang telah mereka lihat dan dengar langsung dari para tokoh-tokoh agama dan masyarakat dapat menjadi refrensi dalam pelaksaan proses perdamaian di Moro.
Sementara itu, koordinator rombongan dari UIN Jakarta Asep Setiawan mengatakan, para tokoh muslim Moro ini memilih melakukan studi banding di Poso karena mereka melihat konflik di Poso memiliki kesamaan dengan konflik yang terjadi di Moro yang dilatarbelakangi konflik antar pemeluk agama sehingga mereka berharap metode penyelesaian konflik yang telah dicapai di Poso bisa mereka terapkan Moro.
Direktur LPMS Poso Budiman Maliki Minggu (23/11) siang menyatakan kepada Tempo, salah satu wujud perdamaian yang dicapai adalah kerjasama antara pemerintah pusat dan masyarakat dalam mendukung seluruh proses pelaksanaan perdamaian. “Ini yang telah dilakukan di Indonesia dalam menyelesaikan konflik disejumlah daerah dan penting diterapkan juga oleh pemerintah Filipina dengan Masyarakat Moro,” sebut Budi.
Muslim Moro itu juga menyempatkan diri mengunjungi pesantren Hidayatullah di Kelurahan Gebang Rejo, Poso Kota. Rombongan diterima Pembina pesantren Hidayatullah Darwis Waru yang menggelar dialok di beranda Masjid Pesantren.
“Mereka tertarik dengan metode pendidikan pesantren yang kebanyakan diterapkan di Indonesia. Pola pendidikan ala pesantren bisa mereka terapkan di Filipina khususnya bagi bangsa Moro,”katanya.
Darlis
Sunday, November 23, 2008
Posted @ 11:21 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment