Komentar, 28 Agustus 2007
Polda Sulut Waspadai Larinya DPO Poso
Kapolda Sulut Brigjen Pol Drs Jacky Uly melalui Kaden 88 AT Polda Sulut, AKBP Soe-seno Noerhandoko SIK mene-gaskan, pihaknya sedang melakukan pengamanan di sejumlah lokasi sebagai lang-kah antisipatif terhadap in-formasi larinya sejumlah DPO (Daftar Pencarian Orang) Poso dari Sulawesi Tengah. Pasal-nya, bukan tidak mungkin Sulut menjadi sasaran pela-rian para DPO tersebut.Kepada wartawan, Senin (27/08) kemarin, Noerhandoko mengungkapkan, informasi yang diperoleh dari Polda Sulawesi Tengah menyebut-kan 6 DPO Poso yang diduga merupakan kelompok teroris dan yang menjadi target operasi Polda Sulteng, saat ini tengah melarikan diri ke daerah lain di Indonesia.“Karena itu, Polda Sulut per-lu melakukan langkah anti-sipatif terhadap kemungkinan masuknya para DPO ini ke Sulut,” ungkapnya. Ia menye-butkan, para DPO Poso terse-but di antaranya Nanto alias Bojel (26) warga Kelurahan Gebangrejo, Kecamatan Poso Kota, Kabupaten Poso. Nanto terlibat kasus mutilasi siswi SMA Kristen Poso. Berikutnya Iin alias Brur (28), warga Kelurahan Bonesompe, Keca-matan Poso Kota. Dia terlibat kasus penembakan Jaksa Ferry Silalahi SH dan Bom Tentena selaku pengantar kontainer bom dari Palu ke Tentena via Bus Alugoro.DPO lainnya adalah Taufik Buraga alias Upik (29) warga Lawangan, Kecamatan Poso Kota, Kabupaten Poso. Upik terlibat sejumlah kasus, di antaranya mutilasi siswi SMA Kristen Poso, kasus penem-bakan di Gereja Anugerah Palu, penembakan sopir ang-kot di Desa Madale, Kabu-paten Poso, perakit bom GOR dan pembunuhan Helmi Tombiling. Selain tiga DPO tersebut masih ada tiga DPO lain masing-masing Iwan Asapa alias Ale (25), warga Lorong Cendrawasih Tanah Runtuh, Kelurahan Gebangrejo. Dia terlibat kasus pembunuhan I Wayan Sumaryasa, mutilasi siswi SMA Kristen Poso, dan penembakan jaksa Ferry Silalahi SH. Berikut Hamdra Tamil alias Papa Isran alias Papa Yus alias Man Labuan (40), warga Desa Labuan, Ke-camatan Poso Kota, Kabupa-ten Poso yang terlibat kasus mutilasi siswi SMA Kristen Poso, serta Enal alias Ta’o (28) warga asal Tanah Runtuh, Kelurahan Gebangrejo yang terlibat kasus mutilasi siswi SMA Kristen Poso dan pen-curian sepeda motor bebek BTN Palupi Palu, tahun 2005.“Jadi anak 6 DPO yang di-informasikan sudah mela-rikan diri dari Poso. Karena-nya Polda Sulut memperketat pengawasan untuk mengan-tisipasi masuknya para DPO ini. Aparat tetap dalam per-siapan dengan menggelar operasi rutin di lokasi-lokasi yang sudah ditentukan, ter-masuk di daerah-daerah perbatasan Sulut dan Sul-teng,” jelasnya.Noerhandoko juga meng-ajak masyarakat yang memi-liki informasi-informasi pen-ting atau mengetahui ada orang asing di daerahnya di-harapkan segera melaporkan ke pemerintah atau kepolisian setempat. “Kami juga minta peran serta dan sumbangsih masyarakat,” pintanya.Sementara itu dalam rapat koordinasi Polda se-Sulawesi yang berlangsung di Mapolda Sulut beberapa waktu lalu, Gubernur Sulut Drs SH Sarun-dajang menegaskan, meski sampai dengan saat ini tidak terjadi ancaman kelompok teroris, namun pengamanan di daerah ini harus tetap efektif. “Saya minta agar pengamanan di daerah tercinta ini harus tetap ditingkatkan. Peng-amanan harus diperketat di sejumlah lokasi terlebih di dae-rah perbatasan. Karena bukan tidak mungkin Sulut menjadi daerah sasaran masuknya kaum teroris,” ujarnya.Bahkan Sarundajang meng-imbau kepada para aparat di tingkat kelurahan dan keca-matan untuk tidak henti-hen-tinya melakukan penertiban di lingkungannya masing-masing. “Saya instruksikan kepada para kepala lingku-ngan, lurah dan camat untuk rajin masuk ke rumah-rumah dan membiasakan bertanya siapa tamu kita malam ini. Termasuk menghidupkan pos kamling dan peraturan tamu wajib lapor. Juga kepada masyarakat dimintakan un-tuk membantu pemerintah dan aparat kepolisian dengan melapor tamu-tamu asing yang dicurigai,” tukasnya.(imo)
Tuesday, August 28, 2007
Posted @ 5:35 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment