Inkiriwang Redam Massa Tentena
Radar Sulteng, 1 March 2006
Adanya upaya mengguling-kan Pit Inkiriwang dari kursi Bupati Poso melalui pressure massa, mengundang reaksi warga pendukung bupati pili-han rakyat tersebut. Terutama basis massa pendukung Inki-riwang yang berada di Tentena, telah menyiapkan puluhan truk untuk memobilisasi massa menuju Poso.
Untunglah hal itu mampu diredam oleh Bupati Poso, Piet Inkiriwang yang langsung melakukan tatap muka dengan tokoh agama dan masyarakat Tentena, kemarin (28/02). Da-lam kesempatan itu, Inkiri-wang menyampaikan terima kasih atas dukungan terha-dapnya dalam mengatasi ada-nya upaya mosi tak percaya terhadapnya dari kelompok tertentu.
Namun begitu, Inkiriwang mengharapkan agar tidak ada pengerahan massa Tentena menuju Poso. Ditakutkan, mas-sa yang pro-kontra akan ber-hadap-hadapan di lapangan, se-hingga bisa memicu chaos dan merembes pada konflik horizon-tal. ‘’Ini jangan sampai terjadi, kalau terjadi aduhhh bahaya, bisa rata-kap’’ ungkap putra Kawanua ini ketika ditelepon koran ini tadi malam.
Di sisi lain, Inkiriwang dengan suara yang tetap bersemangat mengatakan, dirinya tidak gen-tar dengan aksi pressure yang mencoba menggoyang dirinya mengabdi di Poso. ‘’Biasa itu ta-mang, ini laki-laki, waseng ini, ha.ha.ha,’’ tukasnya setengah berkelakar. ‘’Tapi tentunya saya menitipkan terima kasih pada teman-teman di sana (Sulut, red) yang terus mendukung saya. Saya tidak apa-apa di sini, dan aman-aman saja,’’ kata mantan Kapolresta Bitung ini.
Menurutnya, upaya menekan dirinya dengan aksi massa agar turun, merupakan rekayasa kelompok tertentu yang tidak senang dengan keberhasilan yang sudah dilakukan. ‘’Biasa itu,’’ katanya mantap.
Seperti diketahui, semenjak Inkiriwang menjabat kepala daerah di Poso, puluhan warga yang diduga terkait aksi teroris-me di Poso, kini ditahan di Ma-bes Polri. Sejumlah kasus keke-rasan di daerah tersebut pun berhasil dipecahkan aparat ke-amanan melalui Komando Operasi Keamanan (Koops-kam).
Komandan Koopskam Sulteng, Irjen Pol Paulus Purwoko di Palu mengatakan, kasus yang ber-hasil diungkap itu, adalah pe-nembakan dua siswi SMEA Po-so, Ivon dan Siti Nuraen pada November 2005, dengan tiga ter-sangka pelaku penembakan IM, IS dan AK. Kemudian kasus teror bom melalui layanan pesan singkat (SMS) di Gereja Toraja Jemaat Gihon, Tolitoli (Desem-ber 2005) dengan tersangka seorang wanita Lld.
Kasus lainnya, tambahnya, pembunuhan wartawan Poso Post, I Wayan Sumaryase (2001) dengan dua tersangka Ipong dan Yusuf serta kasus korupsi dana pengungsi Poso (2002-2003) dengan tersangka mantan Bupati Poso Andi Asikin Suyuti, 8 staf Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Sulteng dan Kabupaten Poso, seorang lurah di Poso tiga kontraktor besar di Palu yang mengerjakan proyek-proyek kemanusiaan Poso.
“Para tersangka sebagian di periksa di Mabes Polri Jakarta dan sebagian di markas Polda Sulteng Palu serta markas Pol-res Poso,” ujarnya didampingi Kepala Penerangan Koospkam Kombes, Didi Rochyadi dan Ka-bid Humas Polda Sulteng, AKBP Rais Adam.
Pemeriksaan tersangka de-ngan tempat yang berbeda itu karena pertimbangan bebera-pa kasus yang rentan tekanan massa. Seperti tersangka Ipong dan Yusuf, langsung diambil-alih Mabes Polri karena dikwa-tirkan jika diperiksa di Poso, akan banyak mendapat teka-nan berupa pengerahan aksi massa besar-besaran yang bisa menekan aparat, sebagaimana sedang terjadi di Poso saat ini (aksi demo massa terus ber-langsung menuntut Ipong dan Yusuf diperiksa di Poso).
Begitu pula pemeriksaan Andi Asikin Suyuti dan 3 rekanannya Agus, Ivan Sijaya dan M Ra-jadewa dilakukan di Jakarta dengan alasan sama yakni guna menghindari tekanan massa yang sering terjadi dalam bentuk aksi-aksi demonstrasi yang dikhawatirkan sangat mengha-langi kelancaran proses hukum terhadap para tersangka.
Dan memang seperti yang disampaikan, aksi massa di Poso antara lain meminta agar warga yang ditahan di Mabes Polri dibebaskan, namun kini imbasnya sudah mengarah pada upaya menuntut bupati turun dari kursi jabatan.(rik/cpc)
Wednesday, March 01, 2006
Posted @ 5:32 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment