Saturday, March 25, 2006

Radar Sulteng, Rabu, 22 Maret 2006
Korban Bom Poso Dikirim ke Bali: Dokter Upayakan Transplantasi Kulit Korban

DENPASAR- Seperti yang direncanakan, korban ledakan bom di Jaba Pura Agung Jagatnatha Narayana Poso, Sulawesi Tengah, Nengah Sugiarta, 40 yang aslinya berasal dari Banjar Baung, Desa Sayan, Ubud, Gianyar, akhirnya mendarat di Bandar Udara Ngurah Rai, kemarin (21/3). Mengenakan kaos putih dan celana pendek warna biru, korban yang kedua kakinya diperban, dibawa ke Unit Gawat Darurat (UGD RSUP Sanglah dengan menggunakan ambulance milik Kantor Kesehatan Pelabuhan Denpasar DK 1032.

Dan baru sekitar pukul 11.15, korban yang tampak mulai sehat, tiba di UGD RSUP Sanglah. Mendampingi korban saat itu Ketua PHDI Poso, Nyoman Sukantra dan dua orang kerabatnya dari Bali yang diantaranya bernama Ni Wayan Semi. Kedatangan korban ulah jahil tangan teroris ini tak pelak mengundang jepretan kamera wartawan. Tak henti-hentinya, mulai korban diturunkan dari mobil ambulance hingga dibawa masuk ke UGD, kilatan cahaya kamera mengarah ke tubuh dan kaki korban.

Sayang tak ada komentar dari bibir korban. Para suster RSUP Sanglah dengan menggunakan ranjang dorong langsung membawanya masuk ke UGD. Rencananya, korban ditangani dr Wayan Ferry Adi Jaya SpB. Beberapa menit korban masuk, Nyoman Sukantra keluar dan menemui wartawan. "Sementara keadaan korban belum pulih. Masih ada luka yang perlu dioperasi,"ujar Sukantra. Selebihnya tak ada komentar dari Sukantra. Dia cuma bilang, korban diberangkatkan dari Poso Senin (20/3) kemarin sore pukul 14.00 menuju ke Palu.

Dari pusat ibukota Sulawesi Tengah ini, korban kemudian dibawa ke Makasar dan diberangkatkan ke Bali kemarin (21/3) pagi pukul 07.00. "Untuk transportasi ke Bali, PHDI yang menanggungnya. Semuanya dari dana punia umat yang terkumpul kurang lebih Rp 9-10 juta,"paparnya sembari menyebutkan kedatangan ke Bali untuk operasi susulan."Alat dirumah sakit sana kurang memadai. Atas pertimbangan tertentu kita bawa ke Bali,"katanya. Korban sendiri, hingga kemarin sore belum bersedia dimintai komentar. Termasuk Ni Wayan Semi.

Sementara itu, usai memeriksa kondisi korban, didampingi dr Wayan Dana, dr Wayan Fery Adi Jaya SpB mengatakan, korban dirujuk dengan kondisi luka cukup luas (Multiple Vulnus Laceratum). Terutama luka dibagian kaki kiri yang rata-rata kehilangan kulit paling banyak. Luas luka dibagian kaki kiri sendiri masing-masing 15 x 8 cm dan 8 x 4 cm. Sementara luas luka kaki dibagian kanan hanya 4 x 2 cm."Kedua luka sempat dioperasi tim dokter RS Poso 10 Maret lalu,"ujar dr Fery. Dr Fery juga menjelaskan, kedua kaki korban mulai menunjukkan tanda infeksi. Diantaranya bernanah dan kulit mati.

Lalu apa tindakan medisnya ? Lanjut dia, ada tiga tahap yang akan ditempuh. Pertama adalah membersihkan luka korban dari serpihan logam yang masih banyak menempel. "Besarnya kira-kira sebesar ujung jarum,"tandasnya. Apakah itu bagian dari gotri, bahan pembuat bom ? dr Fery mengaku tak tahu."Untuk memastikan tentunya perlu pemeriksaan lebih lanjut,"paparnya. Setelah dibersihkan, langkah berikutnya adalah membuang jaringan yang rusak. Baru setelah itu melakukan operasi transplantasi (cangkok, red) kulit untuk menganti jaringan kulit.

Berapa lama ? Untuk pembersihan hingga membuang jaringan, aku dia, kurang lebih seminggu. Baru setelah itu dilakukan operasi."Untung kondisi korban stabil dan tulangnya masih bagus. Problemnya cuma luka yang cukup luas,"imbuhnya sembari mengatakan korban sempat dimasukkan kedalam CT Scan untuk memastikan lukanya. Rencananya, imbuh dr Wayan Dana yang mendampingi dr Fery, untuk menangani korban akan dibentuk tim dokter khusus. Bagaimana dengan biaya pengobatan ? "Karena ini kasus spesifik, untuk pengobatan kita upayakan bisa gratis,"pungkasnya.(mus)

No comments: