Thursday, February 16, 2006

Sahal Anggota Jamaah Islamiyah
Radar Sulteng, Rabu, 15 Februari 2006

JAKARTA – Posisi Ustad Sahal Alamri alias Sunarto alias Narto kian terjepit. Pengasuh Ponpes Amanah, Poso yang ditangkap Detasemen 88/Anti Teror Mabes Polri Kamis pekan lalu di Poso diyakini polisi mempunyai kaitan dengan Subur Sugiyanto alias Abu Mujahid, orang yang disebut sebagai tangan kanan Noordin M. Top dan kini juga sudah ditangkap polisi.

Menurut Subur, Sahal adalah anggota Jamaah Islamiyah yang memang dikirim wakalah Jawa Tengah ke Poso pada tahun 2000. Antara Subur dan Sahal juga pernah fiah (satu kelompok berganggota 6-10 orang) berdakwah bersama di Semarang dimana Subur adalah Khoid-nya (ketua) adalah Subur. Pada polisi, Sahal sendiri juga sudah mengaku sebagai anggota JI yang dikirim ke Poso oleh Abu Tholut alias Mustafa.

Informasi keterkaitan Sahal dengan Subur—yang kini sama-sama ditahan di Jakarta— terdapat dalam laporan tertulis Kabareskrim Komjen Pol Makbul Padmanagara dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi III DPR tadi malam. ”Sahal dikenakan sangkaan penyembunyian informasi tentang tindak pidana terorisme,” kata Makbul.

Fakta hukum yang dijadikan pijakan polisi adalah pertemuan di Semarang pada akhir Oktober silam, paska bom Bali II. Saat itu Sahal, yang sedang pulang kampung ke Semarang, sedang berbuka puasa bersama dengan Subur Sugiyanto, Zainuri, Anif alias Pendek, Dwi Widiarto, Budiono alis Budi Sapi, Wahyu, Basuki dan Yono di Jl Tawang, Rajek Wesi dekat masjid Khasanah, Semarang.

Saat pertemuan ini Sahal menceritakan pengalaman selama dirinya tinggal di Poso sejak tahun 2000 silam. ”Dia memberikan contoh supaya mujahidin di Jawa juga harus berani melakukan jihad seperti di Poso. Dimana kasusnya tidak terungkap,” lanjut Makbul. Sahal saat itu juga mencontohkan kasus yang tidak pernah terungkap itu.

Misalnya perampokan uang Pemda Kabupaten Poso senilai Rp 500 juta yang merupakan fai (dana perjuangan, sehingga halal, Red). Lalu pembunuhan seorang kepala desa dan penembakan pendeta wanita yang saat itu sedang berkotbah. ”Semua kejadian itu memang belum terungkap, dan saat keterangan Sahal kita cocokan dengan Subur, Budiono, Dwi Wiyanto dan Basuki, semuanya cocok,” lanjut Makbul.

Masih pada polisi, Sahal juga sudah mengakui jika dirinya pernah menceritakan soal perampokan dan pembunuhan kepala desa. Tapi dia tidak mengakui cerita soal penembakan pendeta wanita.

Pengacara Sahal, Achmad Michdan sebenarnya kemarin hendak bertemu dengan kliennya itu. Namun dia baru mendapat akses untuk membesuk Sahal hari ini di Rutan Mapolda Metro Jaya. ”Dari penyidik saya memang dengar jika Sahal dikaitkan dengan Subur karena pernah menggelar pertemuan di Jawa Tengah. Tapi apakah dia memang anggota JI, saya belum tahu,” katanya. (naz/gup)

No comments: