Friday, May 12, 2006

Komentar, 12 Mei 2006
Kapolda: Tidak mungkin pelakunya hanya Tibo Kubur Korban Pembantaian Poso Dibongkar

APARAT kepolisian dibantu masyarakat setempat, Rabu (10/05) lalu, berhasil membongkar sebuah kuburan masal di Desa Tambaro, Kecamatan Lage, atau sekitar 12 kilometer arah selatan Kota Poso, Sulawesi Tengah.Dalam operasi penggalian ku-buran masal yang berlangsung sekitar enam jam sejak pagi hari dipimpin langsung Kapolda Sul-teng Brigjen Pol Drs Oegroseno itu, ditemukan tulang-belulang manusia yang tidak utuh lagi.Ada yang batok kepalanya berlubang dan pecah, serta ada pula tulang kaki dan tangan re-tak, karena kemungkinan terke-na benda keras.Beberapa potongan pakaian juga ditemukan dalam kuburan masal itu, diduga yang dike-nakan para korban kerusuhan pada pertengahan tahun 2000.“Saya perkirakan tulang-belulang itu merupakan jazad dari sedikitnya tujuh warga Muslim yang disandera kelom-pok penyerang yang sebelum-nya dinyatakan hilang saat pe-cah konflik di daerah kami be-berapa waktu lalu,” kata seorang warga Kota Poso yang ikut me-nyaksikan prosesi penggalian.Setelah semua kerangka yang tidak beraturan itu diangkat dari dalam lubang sedalam dua meter, empat petugas dari Ke-dokteran Kesehatan Polri segera melakukan indentifikasi deng-an mencocokkan satu per satu tulang-belulang tersebut.Dua dari tujuh jazad itu be-lakangan diketahui adalah warga Kelurahan Lawanga, Poso Kota, sehingga keluarga-nya yang mengenali melalui pakaian yang dikenakan se-gera mengambil dan mengu-burkan di TPU Muslim Lawanga.Sementara sisa kerangka ma-nusia lainnya dibawa ke Kelu-rahan Kayamanya untuk diku-burkan kembali di TPU setem-pat. Kecamatan Lage di pinggi-ran selatan Kota Poso merupa-kan satu dari beberapa daerah paling bergolak saat pecah ke-rusuhan bernuansa SARA Mei-Juni 2000.Di daerah yang disebut-sebut merupakan basis operasi ke-lompok penyerang pimpinan yang dituduhkan kepada Fa-bianus Tibo, Dominggus da Sil-va, dan Marinus Riwu—ketiga-nya terpidana mati kerusuhan Poso—paling banyak ditemu-kan mayat bergelimpangan dan penuh luka bacok serta terkena peluru senjata api.Ada yang dibuang ke jurang, dikuburkan secara masal ke dalam lubang, tapi sebagian be-sar dihanyutkan ke Sungai Poso.Hasil operasi pencarian tim gabungan terdiri dari aparat ke-polisian, TNI, dan relawan ke-manusiaan yang dilakukan se-lama hampir sebulan ketika itu, berhasil mengumpulkan lebih 700 mayat. Korban tewas ter-besar adalah penghuni Pondok Pesantren Walisongo di Kelura-han Sintuwu Lembah dan pen-duduk Muslim yang bermukim di sekitarnya.Ketika menerima perwakilan masyarakat Muslim asal Poso di Palu, 21 April lalu, Kapolda Oe-groseno mengatakan untuk me-nuntaskan aksi-aksi kekerasan saat pecah kerusuhan di bekas daerah konflik Poso sekaligus mengungkap pelakunya, polisi berusaha bekerja secara pro-fesional dan proporsional de-ngan memulai melakukan penye-lidikan secara kasus per kasus.“Ya, kita mulai dari peristiwa di Sintuwu Lembah, baru ke-mudian yang lainnya,” kata dia, seraya menyatakan, pihaknya telah membentuk tim khusus untuk melakukan pekerjaan (pengungkapan) tersebut.Oegroseno juga mengatakan, pihaknya masih membutuh-kan keterangan Fabianus Tibo dkk untuk mengungkap se-jumlah kejadian di Poso, ka-rena secara logika aksi keke-rasan di sana dan menjangkau daerah yang luas tidak mung-kin hanya dilakukan Tibo, Dominggus, dan Marinus.“Ini pekerjaan rumah kami yang seharusnya sudah dise-lesaikan aparat kepolisian be-berapa tahun lalu,” katanya. Kerusuhan bernuansa SARA yang melanda wilayah Poso pertengahan tahun 2000 me-ngakibatkan lebih 1.000 orang terbunuh dan hilang, serta se-kitar 17 ribu bangunan umum-nya rumah penduduk terbakar dan rusak berat akibat diamuk massa bertikai.(gtr/*)

No comments: