Saturday, March 03, 2007

SUARA PEMBARUAN DAILY
Rapat Koordinasi Polda se-Sulawesi
Tersangka DPO Kasus Poso Harus Ditangkap


[MAKASSAR] Kepolisian Daerah (Polda) se-Sulawesi menargetkan pengejaran dan penangkapan terhadap tersangka yang kini masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) kasus Poso, Sulawesi Tengah (Suteng). Pengejaran dan penangkapan DPO Poso menjadi target bersama Polda se-Sulawesi, sebab tidak tertutup kemungkinan mereka lari dan bersembunyi di provinsi lain di Sulawesi dan memperluas aksinya. Masih ada delapan orang DPO yang belum tertangkap.
Hal itu dikemukakan Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulawesi Selatan (Sulsel), Inspektur Jenderal (Irjen) Pol Aryanto Boedihardjo kepada wartawan, Jumat (2/3), seusai mengikuti rapat koordinasi (Rakor) Kapolda se-Sulawesi, di Makassar, berlangsung hingga Sabtu (3/3).
Rakor itu , diikuti Kapolda Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, dan Gorontalo. "Semua Polda di Sulawesi akan bekerja sama dan menargetkan pengejaran serta penangkapan DPO Poso, agar tidak memperluas aksinya dan melakukan teror seperti yang dilakukan di Poso. Kita juga tidak menginginkan mereka kembali lagi ke Poso melakukan kerusuhan," tandas Aryanto.
Dikatakan, sebagai implementasi dari kerja sama kelima polda, akan dilakukan pertukaran informasi, pertukaran intelijen, penentuan pos-pos perbatasan dan membentuk penyelidikan serta penyidikan bersama. Dan untuk kasus-kasus tertentu, akan dilakukan operasi kepolisian bersama.
Kejahatan Transnasional
Aryanto mengatakan, aksi teroris merupakan salah satu kejahatan transnasional yang harus ditangani bersama. Angka kejahatan kasus teroris di Sulawesi terbilang cukup tinggi, jumlahnya mencapai 50 kasus dan terbanyak terjadi di wilayah Sulawesi Tengah.
"Kejahatan transnasional lainnya yang cukup tinggi adalah perdagangan narkoba, mencapai 272 kasus, perdagangan manusia sebanyak 11 kasus, cyber crime 7 kasus dan money loundring 2 kasus," ujarnya.
Menurut Aryanto, wilayah Sulawesi berbatasan dengan Filipina dan Malaysia, sangat strategis bagi perlintasan dan menjadi pintu masuknya para pelarian dan pelaku aksi teroris.
Salah satu bukti adalah ditemukannya senjata api yang digunakan pada konflik Poso, ternyata bersumber dari Filipina. Bukan hanya itu, Sulawesi juga menjadi pelintasan bagi pelaku teroris atau kerusuhan dari dalam negeri, terutama dari Pulau Jawa menuju Indonesia Timur, seperti Ambon. Mereka selalu transit di Sulawesi sebelum menuju ke Ambon atau Poso dan wilayah lainnya di Indonesia Timur.
"Kerja sama dan koordinasi semua Polda perlu ditingkatkan, guna mencegah para pelaku teroris, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang memasuki wilayah Sulawesi. Sebab, daerah ini selalu dijadikan daerah pelintasan dan pintu masuk bagi para pelaku teroris itu," jelas Aryanto. [148]
Last modified: 3/3/07

No comments: