Monday, April 17, 2006

komentar, 17 april 2006
Surati langsung Presiden SBY: Gantikan Tibo Cs, Seorang Pastor Siap Divonis Mati

Rencana eksekusi mati atas Fabianus Tibo cs menggugah hati seorang pastor Katolik asal Keuskupan Agung Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sedang belajar Filsafat di Roma, Italia. Pastor bernama Romo Leo Mali Pr itu menyatakan, siap menggantikan Tibo dan dua temannya untuk dihukum mati. Alasan Romo Leo, ketiga orang itu sama sekali tidak bersalah dan hanya dijadikan tumbal. Sementara para pe-laku sesungguhnya yang memi-liki uang, kuasa dan senjata tetap berpesta pora. “Sebagai seorang anak bangsa, Saya menyerahkan diri dan menyatakan kesediaan untuk dieksekusi menggantikan para tersangka hukuman mati kasus Poso. Saya berharap pilihan ini bisa menjadi monumen pe-ringatan di antara orang-orang yang berkehendak baik di negeri tercinta ini untuk menaruh hor-mat dan membela kehidupan manusia”, tulis Romo Leo Mali dalam suratnya kepada Presiden Republik Indonesia tertanggal 11 April 2006. Romo Leo Mali mengaku mengikuti dengan cermat berbagai kasus keke-rasan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia seperti kasus Tanjung Priok, Kerusuhan Mei, Trisakti, Kasus Timor Timur, Aceh, Papua, Ambon dan Poso. “Kasus Poso adalah sebuah konflik sosial dengan eskalasi besar dalam rentang waktu amat panjang. Konflik ini telah melibatkan banyak pihak dan menelan banyak korban. (Tentang hal ini Bapak Presiden tentu sangat tahu). Namun sayangnya pena-nganan terhadap kasus ini pada akhirnya hanya bisa mene-tapkan tiga orang anak bangsa yang tidak berpendidikan (buta huruf) sebagai tumbal yang ma-lang. Ada pertanyaan yang mengusik saya : “Mengapa Tibo? Mengapa yang kecil selalu dikorbankan?” tulisnya yang dikutip www.glorianet.org.Penanganan kasus ini dan juga kasus kekerasan dan pelang-garan HAM dalam rentang sejarah negeri ini semakin menunjukkan bahwa bangsa ini sedang menjerumuskan dirinya menjadi bangsa yang haus darah. Karena dalam tiap paruhan sejarahnya selalu menghisap darah rakyatnya sendiri. Meski demikian dia yakin masih ada banyak orang yang berkehendak baik di negeri ini untuk me-nyelesaikan masalah kekerasan demi kekerasan itu dengan hati nurani yang jernih.(gnt)

No comments: