Tuesday, April 04, 2006

Komentar, 4 April 2006
Wawancara bersama Bupati Poso, Piet Inkiriwang: Teror Poso Dirancang Jaringan

KEMARIN (03/04) siang, redaksi harian ini dikunjungi tamu istimewa. Dia adalah Piet Inkiriwang, Bupati yang paling ‘populer’ se-Indonesia karena memimpin sebuah kabupaten yang kerap dilanda berbagai aksi teror. Menariknya, jika di Poso mantan Kapolresta Bi-tung ini harus dijaga ketat pe-ngawal bersenjata panjang dan pendek ke mana-mana, tapi ketika bertandang ke harian ini, sang bupati tanpa disertai pengawalan seorang pun.

Begitu disambut Pemred Ko-mentar Friko Poli, senyumnya mengembang. Bupati keliha-tan sporty dengan t-shirt putih dipadu celana jeans. ‘’Kalau di Manado saya sangat enjoy,’’ katanya. Namun begitu, Inkiri-wang langsung menimpali, bahwa Poso saat ini sudah ber-beda jauh dibanding dulu. ‘’Se-karang masyarakat sudah ti-dak takut lagi bikin acara sam-pai larut malam,’’ kata bupati pilihan rakyat Poso yang hing-ga kini sudah 6 bulan lebih me-nukangi kabupaten di Sulteng tersebut.

Bicara soal teror yang identik dengan Poso, Inkiriwang pun bicara panjang lebar. Menu-rutnya, aksi teror di daerah yang dipimpinnya merupakan sebuah akumulasi. Bahkan dikatakannya, teror di Poso itu melibatkan sebuah jaringan dari luar, yakni jaringan in-ternasional yang mempunyai misi khusus untuk merubah ideologi negara. Sehingga pe-cahlah kerusuhan tahun 2000 silam.

Nah begitu kerusuhan itu se-lesai, dan turun banyak dana untuk para pengungsi, terjadi penyelewengan. Seperti dike-tahui, dalam pemaparan pe-nyidik, dari sekitar Rp300 mi-liar dana yang turun, hanya Rp34 miliar yang tersalur de-ngan baik. Begitu gong pene-gakkan korupsi digalakkan, para koruptor pun takut ter-bongkar boroknya, dan kemu-dian menciptakan kekacauan-kekacauan baru untuk menga-lihkan perhatian.

‘’Jadi ada kelompok yang me-miliki misi untuk menjadikan negara tertentu, terakumulasi dengan para elit-alit yang terli-bat korupsi, sehingga jadilah teror-teror,’’ ungkap Inkiriwang menceritakan apa yang terjadi di daerahnya. Namun ketika sejumlah pelaku korupsi su-dah tertangkap, Poso berang-sur kondusif. Dan masyarakat pun mulai berani membantu pemerintah dan aparat kepo-lisian.

Salah satunya, keberanian masyarakat memberikan bom dan senjata yang ditemukan di lapangan kepada pemerintah dan aparat. ‘’Sampai saat ini sudah sekitar 30-an bom dan tiga pucuk senjata asli serta puluhan senjata rakitan yang diberikan langsung masyara-kat kepada saya,’’ kata mantan legislator Minsel ini.

Dikatakannya, kebijakan agar masyarakat serahkan langsung ke bupati, memang diterapkannya, karena masya-rakat masih takut menyerah-kan ke pihak tertentu. ‘’Jadi ketika mereka sampaikan ke saya, bom dan senjata itu dijemput malam-malam,’’ ka-tanya seraya menambahkan, bupati juga memberikan award kepada masyarakat yang me-nyerahkan bom dan senjata tersebut.

Diakuinya, begitu masuk di Poso, dia harus mengurai kem-bali benang yang kusut ini satu per satu. Usahanya ini bukan-nya tanpa halangan dan co-baan, karena selaku bupati, di-rinya kerap digoyang dari ber-bagai arah, terutama mereka yang tidak mau boroknya terbongkat. Tapi untunglah berkat pertolongan Tuhan, aku Inkiriwang, Poso berangsur aman. ‘’Kalau Anda tak per-caya, silakan ke sana dan lihat langsung,’’ ajaknya.

Baginya sebuah daerah yang kondusif sangat mahal nilai-nya. Oleh karena itu, Inkiri-wang tetap meminta dukungan doa dari warga Sulut, agar tu-gasnya bisa berhasil dan mem-bawa Poso membangun seperti daerah lain. Untuk saat ini, perjalanannya menakhodai Poso masih panjang. ‘’Saya min-ta dukungan doa, dan tentu-nya saya mengucapkan terima kasih atas dukungan masyara-kat Sulut selama ini,’’ kata bu-pati yang kerap dipanggil rapat kalangan menteri dan wakil presiden ke Jakarta beberapa kali terkait masalah Poso.

Usai bicara panjang lebar bersama pimpinan redaksi, tak terasa sejam berlalu. Bupati pun mohon pamit. ‘’Ada sesua-tu yang harus diurus. Yang penting so pasiar kan,’’ katanya. Menariknya, di lantai 1 telah menunggu ‘first lady’ yang ber-tindak sebagai ‘driver’ khusus. Dengan mobil pribadi, sepasang suami istri ini pun berlalu me-ninggalkan kawasan Megamas. Akh…indahnya Manado yang aman dan rukun.(friko)

No comments: