Wednesday, April 12, 2006

SUARA PEMBARUAN DAILY
Romo Leo Bersedia Gantikan Tibo

[JAKARTA] Seorang Pastor Katolik asal Keuskupan Agung Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sedang belajar Filsafat di Roma, Italia Romo Leo Mali Pr bersedia menggantikan Tibo dan dua temannya untuk dihukum mati. Alasannya, ketiga orang itu sama sekali tidak bersalah dan hanya dijadikan tumbal. Sementara para pelaku sesungguhnya yang memiliki uang, kuasa dan senjata tetap berpesta pora.

"Sebagai seorang anak bangsa, Saya menyerahkan diri dan menyatakan kesediaan untuk dieksekusi menggantikan para tersangka hukuman mati kasus Poso. Saya berharap pilihan ini bisa menjadi monumen peringatan di antara orang-orang yang berkehendak baik di negri tercinta ini untuk menaruh hormat dan membela kehidupan manusia," tulis Romo Leo Mali dalam suratnya kepada Presiden Republik Indonesia tertanggal 11 April 2006. Surat tersebut juga diterima Pembaruan melalui e-mail Selasa (11/4) pagi tadi.

Romo Leo Mali mengaku mengikuti dengan cermat berbagai kasus kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Indonesia seperti kasus Tanjung Priok, Kerusuhan Mei, Trisakti, Kasus Timor Timur, Aceh, Papua, Ambon dan Poso. "Kasus Poso adalah sebuah konflik sosial dengan eskalasi besar dalam rentang waktu amat panjang. Konflik ini telah melibatkan banyak pihak dan menelan banyak korban. (Tentang hal ini Bapak Presiden tentu sangat tahu.) Namun sayangnya penanganan terhadap kasus ini pada akhirnya hanya bisa menetapkan tiga orang anak bangsa yang tidak berpendidikan (buta huruf) sebagai tumbal yang malang. Ada pertanyaan yang mengusik saya: Mengapa Tibo? Mengapa yang kecil selalu dikorbankan ?" tulisnya lebih lanjut.

Penanganan kasus ini dan juga kasus kekerasan dan pelanggaran HAM dalam rentang sejarah negeri ini semakin menunjukkan bahwa bangsa ini sedang menjerumuskan dirinya menjadi bangsa yang haus darah. Karena dalam tiap paruhan sejarahnya selalu menghisap darah rakyatnya sendiri. Meski demikian dia yakin masih ada banyak orang yang berkehendak baik di negeri ini untuk menyelesaikan masalah kekerasan demi kekerasan itu dengan hati nurani yang jernih. [A-21]
Last modified: 11/4/06

No comments: