Tuesday, April 11, 2006

Tempo, 07/XXXV/10 - 16 April 2006
Paulus Tungkanan: Saya Lupa Semuanya

PAULUS Tungkanan seharihari menjabat kepala lingkungan, semacam ketua RT Pria purnawirawan TNI dengan pangkat terakhir pembantu letnan satu ini kehilangan putranya saat konflik pecah pada April 2000. Rumahnya ikut terbakar ketika desanya, Lombogia, diserbu massa Kelompok Putih.
Saat itu Paulus juga terkena bacokan di punggungnya. Sejak itu ia harus memakai tongkat jika berjalan. ”Kalau jalan jauh, saya juga harus ditemani,” ujarnya Kepada Maria Hasugian dari Tempo, yang mewawancarainya via telepon, Jumat pekan lalu.
Setelah konflik Mei 2000 itu, namanya menghiasi media massa lokal. Panglima Kodam VII/Wirabuana Mayjen Slamet Kirbianto menyebut Paulus sebagai panglima perang Pasukan Merah, menggantikan Ir Advent Lateka yang tewas. Paulus pun masuk daftar 16 nama yang diungkap tiga terpidana mati, Fabianus Tibo, Marianus Riwu, dan Dominggus da Silva, sebagai dalang konflik dari Pasukan Merah. Namun Paulus tak ambil pusing. ”Saya tidak menanggapinya. Itu hak mereka,” ujarnya dengan suara meninggi. Berikut petikan wawancara itu.
Sejauh mana keterlibatan Anda dalam konflik pertengahan Mei 2000?
Saya tidak tahu ada konflik satu, dua. Waktu konflik ketiga nama saya baru disebut. Saya pernah ditangkap. Tapi saya jelaskan saya tidak terlibat. Begitu pensiun dari TNI, saya membuka kebun delapan kilometer dari Poso. Saya berkebun cokelat, kopi, dan kelapa. Saya bikin rumah di belakang kebun di Desa Lage.
Tapi Anda masuk daftar 16 nama yang memimpin penyerbuan?
Saya tidak tahu kenapa bisa begitu. Saya tidak kenal Tibo. Orang lain yang kasih daftar nama itu. Saya tidak pusing dengan itu semua. Saya kira itu bohong. Kemarin, Sabtu pekan lalu, saya diperiksa polisi. Sudah empat kali saya diperiksa.
Apa saja yang Anda jelaskan dalam pemeriksaan?
Saya tidak tahu soal konflik itu. Dulu sudah saya jelaskan. Saya sempat ditahan. Saya dulu disergap di sini, dipukul dan dibawa ke polisi. Saya sampai sakit waktu diperiksa dan dirawat di rumah sakit.
Apakah dalam pemeriksaan kemarin Anda dikonfrontir dengan Tibo?
Tidak pernah dipertemukan dengan Tibo. Lagi pula saya diperiksa di Tentena, di rumah saya, karena saya sakit. Saya juga stres karena anak saya tewas sewaktu konflik.
Anda disebut sebagai panglima perang Pasukan Merah setelah Ir Advent Lateka tewas?
Saya tidak tahu konflik sama sekali. Saya sebagai ketua lingkungan satu di Desa Lombogia. Jadi, saya diberi tahu ada rekonsiliasi. Saya pergi tapi saya tidak tahu waktu itu. Saya datang sudah ada Kapolres dan Camat. Tahutahu saya dikepung dan sudah masuk ke halaman Gereja Pniel. Lalu saya dibacok. Setelah itu saya lupa semua.
Tapi itu terjadi pada April 2000. Sedangkan yang disebut Tibo soal penyerbuan ke kompleks Gereja Katolik Santa Theresia, Desa Kayamaya, dan Pesantren Wali Songo?
Ya, ya. Tapi saya tidak tahu soal itu.
Kalau begitu, bagaimana Anda bisa masuk daftar 16 nama itu?
Saya tidak perlu tahu. Saya tidak butuh dengan itu. Kalau mau tahu, silakan ke polisi. Lihat berita acara pemeriksaan saya di situ.

No comments: