Komentar, 1 Feb 2007
Gunakan kapal, menyamar jadi nelayan
Laskar Jihad Menuju Poso, Polisi Siaga
Pascabentroknya Densus 88 plus Brimob melawan se-jumlah militan bersenjata, kini diperoleh laporan pulu-han laskar jihad sedang da-lam perjalanan menuju Poso dari Surabaya dengan meng-gunakan transportasi laut. Kabar mengkhawatirkan ini diakui Wakadiv Humas Mabes Polri, Brigjen Anton Bachrul Alam, Rabu (31/01). “Kami telah menutup selu-ruh pintu masuk ke Kota Poso dan sekitarnya. Langkah itu untuk mencegah masuknya pihak luar yang coba berbuat kacau di Kota Poso,” tegas An-ton seperti dilansir sinarha-rapan online. “Sekarang ini sudah tidak ada lagi ustadz dari Jakarta yang berkeliaran di Poso dan sekitarnya. Semuanya telah kami kuasai terutama di wi-layah Tanah Runtuh, Gebang Rejo dan Kayamanya,” tam-bah Anton.Sementara itu, diperoleh in-formasi tadi malam, laskar ji-had yang menuju Poso sudah berada di sekitar perairan Ma-kassar dengan menggunakan kapal yang berbeda-beda. Mereka dipimpin Jarot alias Abu Haedar, Irfan, Zulkar-nain, Yulianto, Suwondo dan Iswanto. Namun, belum dike-tahui pasti maksud kedata-ngan mereka ke Poso. Keenam orang tersebut ber-asal dari Yogyakarta dan Solo. Mereka menggunakan kapal-kapal kecil dan berkedok se-bagai nelayan dan akan turun di Makassar dan sekitarnya untuk selanjutnya ke Poso.Guna mengantisipasi ma-suknya personel laskar jihad ke Poso melalui Makassar dan sekitarnya, aparat mengawasi beberapa pelabuhan di Sula-wesi Selatan seperti Pelabu-han Bajoe (Bone), Awerange (Barru), Pelabuhan Palopo, Parepare dan beberapa pela-buhan yang diduga akan me-reka digunakan untuk ber-sandar.Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) VII/Wirabuana Letkol (Inf) Amsal yang dihu-bungi di Makassar, membe-narkan informasi pergerakan sekelompok anggota laskar jihad ke Poso itu sebagai-mana dilansir kantor berita Antara. Di tempat terpisah, Sekretaris Majelis Ulama Indonesia Sulawesi Tengah (MUI Sulteng), Prof Dr Zainuddin Ali MAg, menilai bahwa hingga kini banyak orang salah mengartikan jihad dalam ajaran Islam, sehingga mereka terjebak dalam pemahaman keliru, bahkan membunuh orang secara sembarangan.“Membunuh orang tanpa hak tidak dibenarkan dalam ajaran Islam. Hanya Allah SWT yang kuasa mencabut nyawa manusia,” kata Ali, di Palu, Rabu, menanggapi ber-bagai aksi kekerasan di Poso yang mengatasnamakan jihad. Ia menjelaskan, jihad di za-man sekarang praktiknya tidak sama dengan jihad pada za-man Nabi Muhammad SAW.“Pada zaman Rasulullah Muhammad SAW sudah jelas musuhnya, yaitu orang kafir yang memerangi agama Islam. Sedangkan, saat ini sangat susah, sebab banyak orang menganut agama berbeda, tapi tidak saling memusuhi,” ujarnya.Guru Besar Ilmu Hukum Islam di Universitas Tadulako, Palu, itu mengemukakan bahwa pemahaman jihad oleh sejumlah orang dewasa ini sudah disalahtafsirkan, bahkan ada yang membunuh orang lain dilandasi nafsu semata, sehingga merugikan umat Islam secara keselu-ruhan. Dosen tamu Universi-tas Islam Negeri (UIN) Jakarta itu menilai, “Jihad yang tanpa rambu-rambu seperti itu ada-lah dosa besar, dan neraka ja-minannya.”Ia menambahkan, dewasa ini banyak orang mengaku menjadi “pejuang jihad” yang hanya mengandalkan pema-haman ayat Al-Quran sepo-tong-potong untuk dijadikan dasar, padahal seharusnya mereka memahami konsep jihad dengan berkonsentrasi pada proses pengembangan ajaran Islam, serta mem-bantu sesama umat manusia dalam berbuat kebaikan. “Pemaha-man seperti ini yang perlu ditumbuhkem-bangkan oleh para ustadz dan mubaligh di tanah air, agar tujuan negara kita mem-bangun masyarakat yang adil, aman, damai, dan sejah-tera dapat segera tercapai,” demikian Prof Ali.(shc/ihc/ant)
Thursday, February 01, 2007
Posted @ 7:35 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment