Friday, February 02, 2007

Komentar, 2 Feb 2007
Brimob Sulut ikut andil penangkapan Basri, Muhan bangga
Pimpinan Kelompok Bersenjata Poso Dibekuk

Basri (30) yang disebut-sebut sebagai pimpinan kelompok bersenjata di Poso, berhasil dibekuk, kemarin (01/02). Pascapenangkapan Basri, Kapolri mengharapkan 12 buronan lainnya tidak takut lagi untuk menyerahkan diri. Pasalnya, mereka takut menyerah karena selama ini mendapat ancaman dari Basri. ‘’Dengan Basri tertangkap, kita harapkan mereka dengan sadar menyerahkan diri,’’ ungkap Kapolri Jenderal Su-tanto kepada wartawan di Ja-karta, Kamis (01/02). Penang-kapan ini juga, diharapkan Kapolri bisa memberi rasa tenang di tengah warga Poso. “Setelah penangkapan ketua kelompoknya (Basri, red), tentu saya harap masyarakat Poso lekas tenang, karena mereka selama ini resah,” ujar Sutanto. Sementara informasi dari Poso yang diperoleh koran ini menyebutkan, penangka-pan Basri dilakukan Kamis pa-gi sekitar Pukul 10.00 Wita oleh tim gabungan dari Densus 88, Polda Sulteng dan Brimob yang di-BKO-kan dari Sulut. Hal ini bermula dari penyisi-ran petugas di Kelurahan Ka-yamanya, Poso Kota.Selain Basri, juga dibekuk Haikal alias Bandang, ter-sangka kasus penembakan Jaksa Ferry Silalahi SH, ber-sama Ardin Rojak. Petugas terpaksa menembak Ardin Rojak, tersangka pe-nembakan dua siswi SMEA Poso 2005 lalu, karena mela-kukan perlawanan. Tersangka tertembus pe-luru pada bagian perut, le-ngan kiri-kanan, serta kaki kiri-kanan. Rojak sempat mendapat perawatan di Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Umum (RSU) Poso, se-dangkan Basri dan Haikal alias Bandang langsung di-bawa ke Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) Sulteng. Waka Polres Poso Komisaris Winarto mengatakan, petugas lebih dulu membekuk Ardin Rojak yang mencoba melawan petugas ketika akan dibekuk. Dari penangkapan Ardin Rojak, kemudian petugas me-nyisir dan menangkap Basri serta Haikal alias Bandang. Ardin Rojak, selain terlibat penembakan dua siswi SMEA di Poso, yakni Ivon Natali dan Siti Nurain, juga terlibat pengemboman di Tentena, penembakan Pendeta Susianti Tinulele, serta penembakan di Gereja Anugerah Palu bebe-rapa waktu lalu. Basri merupakan buronan utama DPO kasus teror Poso yang paling dicari karena dia merupakan otak serangkaian aksi teror di wilayah tersebut. Basri (30) lahir di Gebang Rejo, Poso. Dia terlibat sejumlah ka-sus teror di Poso di antaranya pengemboman di Tentena, pem-bunuhan Kepala Desa Pinde-dapa serta penembakan Pen-deta Susianti Tinulele tahun 2005 dan penembakan di Gereja Anugerah tahun 2004. Sementara itu, Haikal alias Bandang diketahui terlibat kasus penembakan Jaksa Ferry Silalahi SH, yang kemu-dian dilepas polisi karena tidak ditemukan bukti kuat keterli-batannya. Polda Sulteng sebelumnya menggelar sayembara berha-diah Rp 100 juta bagi warga yang memberikan informasi keberadaan Basri, DPO nomor satu Mabes Polri yang diduga merupakan pimpinan kelom-pok bersenjata di Poso. Namun Wakadiv Humas Mabes Polri, Brigjen Pol Anton Bachrul Alam, menyatakan penangka-pan Basri, murni hasil operasi polisi.“Jadi penangkapan Basri dan Ardin murni kerja keras ang-gota (polisi) yang sedang melakukan operasi penyisiran, bukan informasi masyarakat,” katanya di Palu. Menurut versi Anton, tim gabungan Detase-men Khusus 88/Antiteror dan Brimob yang melakukan pe-nyisiran di Kelurahan Kaya-manya melihat Basri, Ardin dan seorang warga bernama Harianto sedang duduk me-ngobrol di depan sekolah TK Inpres, tepatnya di lorong mes-jid Kayamanya.Mereka lari berpencar saat melihat kedatangan anggota polisi, sehingga pengejaran pun dilakukan. Ardin membe-rikan perlawanan dan terlibat kontak tembak dengan polisi, Ardin akhirnya tertembak.Polisi menyita satu pucuk senjata api organik jenis re-volver dan 20 butir amunisi dari tangan Ardin. Sementara Basri dan Harianto yang bersembunyi di salah satu rumah warga dibekuk tanpa perlawanan. “Polisi hampir kecolongan, sebab keduanya pura-pura tidur saat polisi menyergap mereka. Sekalipun tidak masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO), Harianto ikut diamankan di Mapolres Poso,” ujar Anton.Dalam penyisiran yang berlangsung sekitar dua jam di Kayamanya itu, polisi juga mengamankan dua senpi laras panjang rakitan, dua busur panah dan belasan anak panah, serta beberapa doku-men di antaranya buku me-ngenai peristiwa World Trade Center 11 September 2001.Anton juga mengatakan Yu-dit Parsan yang masuk dalam DPO polisi menyerahkan diri di Mapolres Poso, Kamis siang, setelah sehari sebelumnya dilakukan pendekatan dengan anggota keluarganya.BRIMOB SULUTPada bagian lain, kompi Brimob Bolmong, Polda Sulut yang ikut andil bersama Den-sus 88 dan Polda Sulteng me-nangkap Basri (pimpinan kelompok bersenjata Poso), menuai pujian dari masyara-kat Poso yang selama ini resah karena sering diintimidasi Ba-sri. Hal ini mendatangkan ke-banggaan bagi Dan Brimobda Sulut, AKBP Adeni Muhan. ‘’Saya sudah menerima lapo-ran dari Danpi (komandan kompi) Bolmong mengenai ke-berhasil mereka dalam pe-nangkapan Basri,’’ ungkap Muhan didampingi Kabid Humas Polda Sulut, AKBP Drs Benny Bella, di Manado, kemarin (01/02). Muhan menyatakan kebang-gaan atas prestasi anak buah-nya. “Saya sangat bangga jika tim yang dikirim berhasil menjalankan tugas yang diembankan,” ujarnya bangga. Seperti diketahui, Brimobda Sulut mengirimkan 200 orang personelnya untuk di BKO-kan di Poso. Mereka berasal dari Kompi Brimob Bolmong pimpinan AKP Roy Huwae SIK.Namun jumlah Brimobda Sulut berkurang satu personel, karena ada yang meninggal di saat tugas di Poso, dan telah dimakamkan di daerah asal-nya. Dengan demikian saat ini personel Sulut berjumlah 199 orang. “Sejauh ini kami belum akan menambah personel untuk ditempatkan di sana (Poso, red),” tambah Mu-han.(vic/shc/zal)

No comments: