Saturday, February 17, 2007

Komentar, 17 February 2007
Minta maaf kepada umat Nasrani-Islam Poso
Diancam Vonis Mati, Basri Minta Keringanan

Polri kembali memamerkan DPO alias buronan utama kasus Poso, Basri bersama temannya Tugiran kepada wartawan di Mabes Polri. Basri yang disebut-sebut sebagai pimpinan kelompok bersenjata Poso diancam hukuman mati atas tindakan kekerasannya selama ini di Poso dan Palu. Menyikapi ancaman itu, Basri pun meminta keringa-nan. “Saya minta keringanan. Saya hanya disuruh. Huku-man mati hanya takdir dari Allah,” ujar pria berambut ikal itu di gedung Bareskrim Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta, Jumat (16/02).Saat dipamerkan, Basri (31) mengenakan kaos abu-abu dan celana panjang warna krem. Di tangan kirinya ber-gambar tato yang menyebar di beberapa tempat.Basri dalam kesempatan itu, kembali meminta maaf atas perbuatannya selama ini.“Saya minta maaf kepada masyarakat Poso baik Nasrani maupun Muslim karena sela-ma ini saya membuat resah di Poso,” kata Basri didampingi Tugiran dan Wakil Kepala Divisi Humas Polri Brigjen Pol Anton Bachrul Alam.Ia mengajak para tersangka yang kini masih buron (DPO/Daftar Pencarian Orang) untuk menyerahkan diri. “Saya mengimbau kepada yang di luar sana supaya menyerahkan diri,” katanya.Dikatakannya isu bahwa po-lisi dan aparat kejam, sama sekali tidak benar. Bahkan ia mengaku diperlakukan sangat baik oleh polisi, saat ditahan selama dua pekan di Mabes Polri. “Dua minggu di Jakarta sehat-sehat saja. Tidak di-sangka dan kita bayangkan se-belumnya. Polisi tidak ganas,” katanya.Ia bahkan mengaku dilayani polisi selama di tahanan sampai-sampai ada kesan bahwa polisi itu sengaja mela-yaninya. “Kita dilayani dengan baik. Kayaknya (polisi) malah jadi pesuruh kita,” kata Basri.Dia juga mengajak semua pihak untuk membangun Poso dan melupakan masa lalu agar warga bisa ke pasar dengan tenang dan berkebun, tidak was-was lagi.Basri mengaku melakukan berbagai aksi kekerasan itu karena mendapatkan doktrin para ustad yang mengajarkan untuk memusuhi orang kafir termasuk pemerintah dan polisi karena tidak melaksana-kan “hukum Allah”.“Kita sempat bermaksud hendak menyerahkan diri, tapi dipanggil ustad-ustad dan dibilang haram hukumnya menyerahkan diri kepada musuh Allah,’ ujar dia.Basri yang awalnya mengaku bergabung kepada kelompok sipil bersenjata hanya untuk belajar mengaji, akhirnya di-latih perang. Dia juga dibekali senjata jenis UZI, M16, dan SSK. “Saya tidak tahu dapat senjata dari mana, saya hanya dikasih Icang (DPO lain),” ka-tanya.Saat berbuat kerusuhan, dia mengaku telah mendapat doktrin-doktrin dari ustad. Selain itu, beberapa keluarga-nya yang meninggal akibat kerusuhan Poso membuat emosinya langsung memun-cak untuk membalas dendam.Hal senada juga disampaikan Tugiran. Pemuda yang menga-ku komandan ‘anak bebek’ di Poso yang mengepalai 7 pemu-da, juga meminta agar teman-temannya menyerahkan diri. Dia juga mengaku tidak tahu adanya bungker perlindungan yang dibuat teman-temannya. “Ya saya dengar memang ada bungker, tapi saya tidak tahu itu. Saya juga meminta teman-teman yang masih di luar untuk menyerahkan diri,” katanya. Seperti diketahui, kasus yang melibatkan Basri di antaranya penembakan pendeta Susianti tahun 2004, perampokan Toko Emas Monginsidi tahun 2006, penyerangan di Desa Mara-nata tahun 2004, perampokan Toko Mas Pasar Tua tahun 2004 dan penembakan Gereja Anugerah tahun 2004. Selain itu, ia terlibat kasus mutilasi tiga siswi tahun 2005, pembunuhan Kpala Desa Pinedapa tahun 2004, peram-pokan uang Pemda Poso tahun 2005 dan peledakan Bom Ge-reja Eklesia 2006.(dtc/zal)

No comments: