komentar, 18 jan 2007
Otak Rusuh Poso, 4 Guru Pesantren Dikejar Polisi
Polri kini sedang mencari dan mengejar empat oknum guru pesantren yang menyuruh para tersangka yang masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) Poso berbuat rusuh. Para DPO telah mengaku bahwa semua tinda-kan mereka membuat rusuh dan melawan hukum disuruh oleh lima orang guru pesan-tren dari Jawa ini.Tersangka kasus kerusuhan Poso itu juga mengakui bah-wa mereka merakit, meledak-kan bom dan membunuh di Poso. Wakil Kepala Divisi Hu-mas Polri Brigjen Anton Bach-rul Alam membenarkan bah-wa para tersangka itu menga-ku motif mereka melakukan perbuatan melanggar hukum itu adalah untuk balas den-dam dan jihad sesuai doktrin yang diajarkan oleh guru-guru pesantren dari Jawa.Menurut Anton, sebelumnya guru pesantren dari Jawa itu sebanyak lima orang, tapi salah satu dari mereka tewas dalam penggerebekan polisi. Kelima guru pesantren itu adalah Mun-zip, Yasin, Rian (yang tertembak mati), Yahya, dan Afif.“Kita sedang mencari keem-patnya. Mudah-mudahan dalam waktu dekat tertang-kap,” ujar Anton, kemarin. Di-jelaskannya, para tersangka DPO yang baru-baru ini ter-tangkap, sudah mengakui perbuatannya. Seperti Sarjo-no alias Paiman, mengaku merakit bom di GOR Poso Kota bersama Taufik Bulaga alias Upik Lawanga tahun 2004. Sarjono juga membe-rikan detonator kepada Upik Lawanga untuk melakukan bom di Tentena pada 2005.Sementara bom yang dise-but bom jenis lontong yang disita polisi sekarang ada tujuh buah. Semuanya diakui dibuat oleh Sarjono dan Taufik Bulaga. Selain itu, kata Anton, Polda Sulawesi Tengah juga sudah menyita sekitar empat kilogram Kalium Chlo-rat (KCL), yaitu bahan bom yang diperoleh Sarjono dari Yahya di Tanah Runtuh.Sarjono juga mengakui bah-wa rekannya, Enal Tao, yang menembak warga Muslim bernama Sugito di Jln Pulau Jawa 1 Poso saat mau masuk musalah pada 2005.Lebih jauh Anton mengata-kan DPO Upik Tarakan me-ngakui meletakkan bom ta-bung kecil di belakang RSU Poso Desember 2006 atas pe-rintah Basri. Upik Tarakan juga mengakui bahwa dia me-miliki pelontar granat.“Sekarang sudah kita sita granat launcher-nya dari be-lakang Lembaga Pemasyara-katan Poso ke arah Kawua pada 30 Desember 2006,” ujar Anton. Upik Tarakan juga me-ngakui, kata Anton, atas pe-rintah Basri dia menciptakan teror dan perpecahan agama. “Karena provokasi bahwa warga Nasrani akan serang Muslim Sayo,” ujar Anton.Selain itu, Upik Tarakan juga mengakui mencuri TV dan komputer di rumah Ustad Lili Syarifullah Jafar bersama Tugiran, Toto, Idrus dan Ukung di Jln Pulau Jawa 1 Poso pada Desember 2006. Tersangka DPO ketiga, Anang alias Papa Enal, kata Anton, mengakui bahwa dia ikut bersama Basri, melakukan penembakan terha-dap penduduk bernama Su-sianti Tinulele tahun 2004 di gereja Efata Palu. “Yang me-lakukan penembakan adalah Basri,” kata Anton.Ditambahkannya, Anang juga mengakui bersama Enal Tao, dia menembak Khasrin Lajidin tahun 2005 di Landa-ngan Poso. Yang menembak adalah Enal Tao. “Motif mere-ka melakukan hal tersebut adalah untuk balas dendam dan jihad sesuai doktrin yang diajarkan oleh guru-guru dari Jawa,” tegas Anton lagi. Sedangkan tersangka Dedi Parsan mengakui melakukan tindakan penembakan jaksa Feri, Anang Muftadin, juga pe-nembakan pendeta Susianti dan Hasrin Lajidin.(mic/*)
Thursday, January 18, 2007
Posted @ 8:23 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment