SUARA PEMBARUAN DAILY
Masyarakat Poso Terus Dihantui Bom
[PALU] Situasi keamanan di Poso hingga Jumat (19/1) pagi masih dihantui ancaman ledakan bom yang menimbulkan ketakutan dan trauma mendalam bagi masyarakat. Kamis malam pada pukul 21.00 Wita, sebuah ledakan cukup keras yang diduga bom meledak lagi di Pasar Sentral Poso, Poso Kota, yang berjarak hanya sekitar 300 meter dari Polres Poso.
Dalam waktu hampir bersamaan, ledakan bom juga terdengar di kawasan Poso Pesisir. Tidak ada korban jiwa dalam ledakan itu, juga di Pasar Sentral Poso tidak ada kerusakan berarti akibat ledakan.
Bom yang meledak diduga hanya bom hampa, sementara ledakan bom yang terjadi di Poso Pesisir, hingga Jumat pagi masih dicari tahu lokasinya. Diduga diledakkan di daerah tak berpenghuni dengan tujuan hanya untuk meneror dan membuat takut masyarakat.
Kabid Humad Polda Sulteng AKBP Moh Kilat mengatakan, bom yang meledak di Pasar Sentral Poso, Kamis malam, hanya bom hampa. "Pelakunya diduga menaruh bom di pasar itu hanya untuk meneror agar warga menjadi takut beraktivitas di Pasar Sentral Poso," ujar Kilat kepada Pembaruan, Jumat pagi.
Sebelumnya pada Kamis siang sekitar pukul 17.50 Wita, ledakan bom juga terjadi di belakang Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) Jemaat Eklesia Poso, di Jalan Pulau Aru Kelurahan Gebang Rejo Poso Kota. Bom meledak di pinggir jalan di antara bangunan Gereja Eklesia dan SMU Negeri 3 Poso.
Polisi yang memeriksa lokasi kejadian, menduga bom dilemparkan pelaku ke arah gereja, namun hanya sampai di pinggir jalan dan meledak. Walaupun bunyi ledakan sangat keras, tetapi tak ada korban ataupun kerusakan berarti dalam peristiwa tersebut.
Sementara pihak kepolisian sejauh ini tetap melakukan penjagaan ketat di berbagai tempat di Poso. Namun, berdasarkan pemantauan Pembaruan, aktivitas penangkapan 19 DPO yang belum tertangkap sampai saat ini masih belum dilakukan lagi oleh pihak kepolisian setempat.
Tim Independen
Persoalan Poso tidak akan pernah terselesaikan bila akar masalah sebenarnya tidak pernah terungkap. Karena itu, dibutuhkan kemauan politik untuk menegakkan hukum di atas kepentingan politik. Sudah selayaknya pemerintah membentuk tim independen yang diberi kuasa untuk mengungkapkan pelaku sebenarnya dan membangun budaya damai di tanah Poso dengan menciptakan kepercayaan yang kuat di antara anggota masyarakat.
Demikian dikatakan Sekretaris Eksekutif Hubungan Antar-agama dan Kepercayaan, Benny Susetyo Pr menanggapi konflik Poso yang tidak pernah selesai, di Jakarta, Jumat (18/1). "Tim independen yang bertugas mencari fakta dan menciptakan perdamaian sejati di Poso akan memberikan banyak rekomendasi bagi kondisi normalisasi Poso. Pemerintah dan aparat keamanan harus dapat menghentikan teror serta mematikan jaringan mata rantai pemasok senjata gelap yang menyebabkan konflik tidak pernah selesai," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Din Syamsuddin, menyatakan bahwa penanganan pelaku kekerasan di Poso yang dilakukan aparat keamanan harus secara persuasif dan dialogis, serta jangan menggunakan tindak kekerasan.
"Pasalnya, pendekatan kekerasan itu semata-mata belum tentu bisa menyelesaikan permasalahan yang ada," katanya seusai acara Tausyiah Tahun Baru Hijriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan PP Muhammadiyah, di Jakarta, Kamis.
Sementara itu, Ketua Umum PBNU, Hasyim Muzadi, mengatakan bahwa kunci penyelesaian permasalahan Poso itu adalah, bagaimana para ekstremis itu dipisahkan dari komunitas masyarakat biasa yang baik-baik, agar mereka tidak menjadi korban teror aparat keamanan. [128/E-5]
Last modified: 19/1/07
Friday, January 19, 2007
Posted @ 5:08 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment