Thursday, January 25, 2007

Komentar, 25 jan 2007
Polri minta TNI ikut turun tangan
Senjata Perusuh Poso Milik Brimob di Ambon

Banyaknya senjata api yang dimiliki para perusuh Poso, menimbulkan tanda tanya tersendiri. Namun menurut Wakapolri Komjen Makbul Padmanegara, sejumlah senjata yang dipakai DPO Poso melawan Densus 88, ditengarai hasil jarahan dari gudang milik Brimob di Ambon ketika terjadi konflik SARA tujuh tahun lalu. Hal ini disampaikan Makbul dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (24/01) kemarin. Sedangkan bahan peledak yang diguna-kan para pelaku teror, dise-butkannya berasal dari Jawa Tengah. Seperti diketahui, pascaaksi baku tembak an-tara perusuh Poso dan Den-sus 88 di-back up Brimob, di-peroleh sejumlah senjata dan bom yang dipakai perusuh. Menariknya, sejumlah sen-jata para militan Poso itu jenis termutakhir, di antaranya senjata M4, MK3, SKS, dan M16 dengan ribuan amunisi yang ada. Dalam baku tem-bak, sempat dilaporkan bah-wa salah satu tersangka uta-ma dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) kasus teror Poso, Basri, telah tertembak. Namun begitu, saat ditang-kap dan dirawat di rumah sa-kit, Basri berhasil melarikan diri ketika polisi sibuk meng-gelar operasi penyergapan. Basir dikabarkan kabur ke kawasan hutan di sekitar Poso Kota bersama puluhan anggota kelompok bersenjata. Tapi Bupati Poso, Piet Inkiri-wang kepada Komentar me-ngatakan, dia telah menerima laporan bahwa Basri telah meninggal saat lari ke hutan dengan luka tembak. Hanya saja sampai kemarin, belum ada bukti soal mayat Basri. Perlu diketahui, Basri dise-but-sebut sebagai tokoh pen-ting dalam serangkaian kasus teror Poso. Nama Basri men-duduki urutan pertama dari 29 tersangka DPO kasus teror Poso. Dia juga diketahui seba-gai otak pemenggalan tiga siswi SMU Poso, November 2005 lalu. Meski hingga kini polisi ma-sih memburu DPO Poso yang melarikan diri, namun sejak penggrebekan lalu, situasi Poso mulai tenang. Bupati In-kiriwang mengatakan, masya-rakat merasa lega dengan dipukulnya kelompok peru-suh yang ‘menguasai’ lokasi Gebang Rejo, di kawasan Jalan Pulau Irian. Inkiriwang juga menambah-kan, dengan adanya penang-kapan hidup-hidup terhadap 30 militan serta perusuh yang tewas tertembak (15 orang), sedikitnya telah me-nguak kasus-kasus kekera-san dan teror yang selama ini terjadi di Poso, termasuk Palu. Bahkan kasus-kasus terhadap pembunuhan pen-deta.Kapolda Sulteng Brigjen Ba-drodin Haiti turut membenar-kan. Dia menyatakan semua korban tewas dalam dua kali operasi telah memiliki bukti-bukti kuat keterlibatan me-reka dalam kasus kriminal di Palu dan Poso.Dalam operasi Senin (22/01) lalu, tercatat ada 13 korban meninggal dunia (versi polisi), dan 25 orang dibekuk hidup-hidup. Ke-13 korban tewas itu adalah Tengku Firsan alias Icang (DPO/terlibat dalam kasus bom pasar sentral Poso 2005), Ridwan Sinman alias Duan (kasus bom senter Ka-wua), Firman Kayamanya (ka-sus teror), Nurgam alias Om Gam (ahli pembuat bom), Idrus (pemasok senjata api dan bom), Totok, Yusuf, Muh. Syahrial alias Andrias, Afrianto alias Mumin, Hiban (intimidasi dan teror kepada masyarakat, penyembunyi DPO), Huma (perakit bom), Sudarsono (anggota kelompok perakit bom), dan, Ridwan Wahab alias Gunawan (ku-asai bom). Pada bagian lain, Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto mengaku sudah menerima permintaan lisan dari Polri untuk membantu keamanan di Poso. Hanya saja, TNI ma-sih menunggu surat permin-taan tertulis. “Sudah ada per-mintaan. Saya ingin permin-taan itu dari tingkat Polres, Polwil, Polda, dan Polri disam-paikan secara tertulis tidak hanya secara lisan. Sangat berat bagi anak-anak di lapa-ngan,” ujar Djoko usai rapim di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (24/01).Djoko mengatakan informasi permintaan lisan itu baru diterima dari Pangdam VII Wirabuana Mayjen TNI Arif Budi Sampurno yang menga-takan Polri meminta bantuan. Kodam Wirabuana akan me-nyiapkan 200 personel TNI yang ada di wilayah tersebut.Dijelaskan Djoko surat per-mintaan tersebut baru dikirim Selasa atau Rabu. Namun pi-haknya akan segera merespons dengan baik permintaan ter-sebut. Sebabnya, TNI memili-ki tugas selain perang untuk membantu kepolisian dalam bidang keamanan.“Kita memang akan bantu, karena itu adalah bagian dari tugas selain perang untuk mem-back up aparat penegak hukum. Tapi kita minta surat resmi agar dalam penegakan hukum kita tidak disalahkan. Jangan dilihat kita akan melakukan dengan membabi buta. Masyarakat harus pa-ham ini,” lanjutnya.Panglima TNI juga sepakat inti masalah di Poso adalah kepemilikian senjata oleh warga sipil. Dia membantah senjata-senjata yang ditemu-kan adalah milik organik TNI. “Kalau yang namanya organik pasti ada registernya. Kita juga pakai M-16 tapi itu harus dicocokkan. Benar milik kita atau yang lain,” cetus-nya.(rmc/shc/rik/dtc)

No comments: