Sunday, January 14, 2007

Tersangka Rian Terkait Kelompok JI
Minggu, 14 Januari 2007 - 05:30 wib

JAKARTA, KOMPAS - Salah seorang tersangka buronan yang tewas dalam pengepungan polisi yakni Ustadz Rian alias Santoso (40) diketahui terkait dengan kelompok Jemaah Islamiyah (JI).
Berdasarkan keterangan para tersangka lain dan penyidikan polisi, Rian selama ini kerap berhubungan dengan Abu Dujana, tokoh sentral yang kini mengendalikan kelompok JI.
Hal itu disampaikan Wakil Kepala Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Anton Bachrul Alam, Sabtu (13/1).
Anton mengatakan, berdasarkan keterangan tersangka lain yang telah tertangkap, Rian selama ini yang menginstruksikan pembuatan bom-bom yang diledakkan di Poso.
Bahan bom tersebut sebagian besar didatangkan dari Semarang, Jawa Tengah. Rian disinyalir kuat terhubung erat dengan Abu Dujana dan kelompok Semarang dalam jaringan terorisme JI.
Direktur I Reserse Kriminal Markas Besar Polri Brigjen (Pol) Suryadarma pernah menyebutkan, Abu Dujana merupakan tokoh yang sangat berbahaya dalam jaringan terorisme saat ini.
Dujana merupakan panglima lapangan dan pengatur strategi peledakan bom di Indonesia. Dujana pula yang selama ini berperan dalam melindungi buronan teroris Noordin M Top.
Alumni NII
"Rian merupakan alumnus Akmil Darul Islam/NII yang turut berlatih di Afganistan angkatan ke-2. Di Afgan dia memakai nama Abdul Hakim," tutur Anton.
Anton menambahkan, Rian satu angkatan dengan tersangka pelaku teroris selama ini yakni, Mukhlas, Abu Tholud, Ikhsan, Syaroni, Abu Faruk, Ziad, Thoriquddin, dan Fahim.
Salah satu peran Rian selama ini yaitu terlibat dalam penyelenggaraan rapat Maskaziah Jemaah Islamiyah di Tawangmangu, Solo pada 18 Oktober 2002, setelah Bom Bali I.
Dia juga terlibat dalam rapat serupa di Cisarua pada 5 April 2003. Rian selama ini juga berperan sebagai pelatih kemiliteran dan menentukan target-target serangan teror di Poso.
Menurut Anton, personel inti yang terlibat dalam Operasi Raid di Poso untuk memburu buronan hanya 32 orang di bawah pimpinan Komandan Operasi Poso Brigadir Jenderal (Pol) Muhammad Guntur. Operasi ini juga melibatkan Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri.
Sementara, Polri juga menyiapkan sedikitnya 900 personel Brimob sebagai penyekat massa.
Anton menyebut, situasi di Poso hingga petang masih cukup kondusif. Sempat terjadi pelemparan pipa paralon di rumah dua orang anggota polisi. Polisi masih terus melancarkan operasi perburuan terhadap tersangka.
Ditanya bagaimana peran Adnan Arsal yang sempat berkomitmen untuk membantu Polri, Anton menjawab, "Kelihatannya tidak lagi. Kami tetap berupaya sendiri," ujar Anton. (SF)

No comments: