Saturday, August 12, 2006

Komentar, 12 August 2006
Mujizat Terjadi!

‘’Mujizat pertama terjadi!’’ Itulah kalimat yang ditujukan seorang hamba Tuhan kepada koran ini, ketika mengabarkan bahwa eksekusi Tibo cs yang dijadwalkan pukul 00.15 dini hari (12/08) tadi, akhirnya ditunda. Kekuatan doa dan aksi solidaritas, termasuk warga Sulawesi Utara dikabulkan Tuhan. Kapolri Jenderal Sutanto ketika dikonfirmasi wartawan membenarkan penundaan hu-kuman mati tersebut. Katanya pelaksaan eksekusi akan dila-kukan paling cepat 3 hari seusai puncak peringatan ulang tahun kemerdekaan RI ke-61. “Pertim-bangannya karena tanggal 17-an. Jadi setelah itu pelaksanaan-nya,” kata Kapolri usai mengikuti rapat terbatas di Kantor Kepresi-denan, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, tadi (11/08) malam.Rapat tersebut juga diikuti oleh Menkopolhukam Widodo AS, Menkum HAM Hamid Awaluddin, dan Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh.Sebelumnya, Presiden SBY ditemui perwakilan Uni Eropa dari Finlandia yang meminta agar pelaksanaan eksekusi ditunda. Paus Benekdiktus juga telah menyurati Menteri Luar Negeri dengan alasan yang sama. Tak hanya itu, pihak Inggris melalui anggota parlemennya, Lady Cox meminta dengan sa-ngat agar Presiden SBY, mem-pertimbangkan eksekusi ter-hadap Tibo cs. ‘’Saya sangat ber-harap dan berdoa akan ada pembatalan eksekusi dan mem-pertimbangkan kembali huku-man mati. Saya minta maaf ka-rena mengganggu Anda kem-bali. Saya harap Anda paham, ini bukan hanya menyangkut kekhawatiran terhadap ketiga pria dan keluarga mereka. Tapi juga menyangkut masalah ke-prihatinan dunia internasional terhadap HAM, keadilan dan proses yang sesuai,’’ kata Cox dalam suratnya. Sementara Ka-polri menjelaskan, keputusan penundaan pelaksanaan ekse-kusi merupakan kesepakatan Polda Sulteng dengan muspida setempat. Keputusan juga diam-bil dengan memperhatikan ma-sukan-masukan dari Kejak-saan Tinggi Sulteng.Dia menegaskan, penundaan ini bukan berarti hukuman ek-sekusi mati dibatalkan. Penen-tuan waktu pelaksaanaan selanjutnya diserahkan kepada Polda Sulteng selaku ekseku-tor. “Ini masalah waktu saja. Putusan harus dilaksanakan, dan yang bersalah harus men-jalani hukumannya,” tegasnya.Saat ditanya mengenai kete-gangan yang terjadi di Palu men-jelang ekseskusi, Kapolri yakin tidak akan membesar menjadi kerusuhan. Karenanya pihak-nya tidak mengubah status ke-amanan dan menambah jum-lah aparat yang ditempatkan di sana. “Nggak ada. Ini kan pro-ses hukum,” imbuh dia. Seperti diketahui, gelombang massa besar-besar tadi malam terjadi di Tentena, yang meno-lak eksekusi Tibo cs. Sedang-kan di Manado sendiri, ikut pu-la digelar aksi yang sama ke-marin (11/08). Ratusan pen-demo yang turun ke jalan juga mendesak Jaksa Agung Abdul-rahman Saleh agar mundur dari jabatannya.“Demi mengungkap keadilan dan kebenaran,kami menuntut untuk eksekusi mati Tibo cs dibatalkan. Karena hak untuk hidup adalah hak asasi manu-sia yang tidak dapat dirampas oleh siapa pun,” tegas Drs Ha-rold Pratasik dan Drs Lucky Senduk membacakan pernya-taan sikap Pemuda Katolik Su-lut.Tak hanya itu, dalam tuntu-tan mereka, Pratasik dan Sen-duk yang juga pengurus Pemu-da Katolik Komisariat Sulut ini menyatakan kesalahan dalam mengeksekusi mati atas nyawa dan hidup seseorang yang be-lum pasti bersalah akan mem-bawa dampak kepada citra bu-ruk lembaga peradilan dan pe-negakan hukum serta nama baik pemerintah bangsa Indonesia.“Keputusan pemerintah yang tergesa-gesa akan menimbul-kan pertanyaan yang besar dan menimbulkan rasa keti-dakadilan dalam masyarakat dan semakin terpuruknya sa-ling percaya di tengah ma-syarakat,” ujar keduanya.Karenanya, jelas keduanya, demi menjaga kerukunan di wilayah Poso dan sekitarnya, agar rekonsiliasi dapat berjalan lancar dan tidak dirusak den-dam yang saat ini dirasakan oleh korban kekerasan terse-but, pihaknya menuntut am-nesty yang sementara dibahas di Poso dilaksanakan secara menyeluruh termasuk terha-dap Tibo cs.Pada kesempatan itu, para demonstran juga membacakan seruan kemanusiaan yang disampaikan tiga tokoh agama di Sulut Ketua Majelis Ulama Indonesia Sulut KH Arifin As-segaf, Uskup Manado Mgr Yoseph Suwatan MSC dan President of Asia Fellowship of Mission 21 Partner Church/Vice President of International Synood of Mission yang intinya menolak pelaksanaan ekseku-si mati terhadap Tibo cs. Aksi turun ke jalan ini me-ngambil garis start di depan Gereja Katolik St Veronika Paniki Bawah, kemudian ber-gerak menuju Bandara Sam Ratulangi. Di bandara, para demonstran sempat memblokir jalan masuk bandara dan me-nyampaikan tuntutan mereka. Selanjutnya, dengan menggu-nakan kendaraan roda dua dan empat para demonstran yang saat itu menggunakan pa-kaian hitam bertuliskan Le-gium Christum (LC) ini, ber-gerak menuju halaman Kantor Kejaksaan Tinggi Sulut. Di lokasi ini sejumlah tokoh pemuda bergantian memberi-kan orasi. Yang menarik, da-lam salah satu orasinya Pemu-da Katolik mendesak agar Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh mundur dari jabatannya karena tak mampu menjalan-kan tugasnya dengan baik dan benar.Pada kesempatan ini, para pemuda berhasil ‘memaksa-kan’ sejumlah pejabat Kejati untuk langsung mengirimkan sikap dan tuntutan mereka kepada Presiden SBY, Kejari dan Kejati Sulteng. Pada ba-gian lain, rencana pelaksanaan eksekusi tiga terpidana mati masing-masing Fabianus Tibo, Martinus Riwu dan Dominggus Da Silva ternyata mendapat perhatian dunia. Terbukti ko-munitas awam di Roma yang berjuang untuk menentang hu-kuman mati dan selalu mem-perjuangkan perdamaian du-nia yang sangat dekat dengan Vatikan, mengirimkan pesan solidaritas kepada Tibo cs.Dalam pesan tertulis yang di-terima harian ini kemarin, Co-munit’a di Sant’Egidio Leonar-do Agung Tranggono mengung-kapkan, pihaknya sangat kaget dengan keputusan yang tidak adil kepada Tibo cs. Karenanya bersama komunitas awam lainnya di Roma berharap agar pelaksanaan hukuman mati tidak dilaksanakan.“Kami setelah mendengar berita mengenai tanggal hari eksekusi sangat kaget. Kami bekerja keras di sini untuk kalian (Tibo cs, red), tidak me-nyerah dan tetap penuh de-ngan harapan dan doa. Kamis sudah mengirim berita menge-nai keputusan ke beberapa kantor berita dan beberapa lembaga dunia,” ungkapnya.Menurut Tranggono, komuni-tasnya merasa sangat dekat dengan Tibo cs dalam doa dan rasa kecemasan, serta membe-rikan rasa cinta kasih dan rasa sayang dengan mereka serta mendukung mereka. “Dengan kasus kalian, banyak orang merasa dekat dengan kalian dan merasa satu. Kami dari luar negeri merasa saudara de-ngan bangsa Indonesia seperti kalian bertiga. Kalian adalah saudara yang tersayang justru dalam saat ini. Doa-doa kita yang ada di seluruh dunia di berbagai negara semuanya memperhatikan Tibo, Maria-nus dan Dominggus,” ujarnya.Ia menambahkan, meski du-nia dapat melupakan suara anak manusia, namun Tuhan meng-ajarkan agar tidak ada seorang pun di antara keluarga-Nya yang akan dilupakan-Nya. “Kalian ada-lah bagian dari keluarga kita dan keluarga ini adalah keluarga saudara dan saudari dalam Tuhan, dan itu berarti tidak akan lepas dari akar-Nya. Kita mempunyai keyakinan itu dan keyakinan dalam persaudaraan adalah jalan satu-satunya yang dapat menyatukan kita semua,” tegasnya.(imo/gra/zal)

No comments: