Radar Sulteng, Sabtu, 12 Agustus 2006
Tentena BersukacitaEksekusi Tibo Cs setelah HUT ke-61 Kemerdekaan
JAKARTA- Pemerintah akhirnya menunda pelaksanaan eksekusi mati bagi tiga terpidana mati kasus kerusuhan Poso, yakni Fabianus Tibo, Marinus Riwu dan Dominggus da Silva. Eksekusi mati bagi ketiganya akan dilaksanakan maksimal 3 hari setelah peringatan HUT RI ke-61.
Kapolri Jenderal Sutanto usai sidang kabinet terbatas di Kantor Presiden mengatakan, penundaan pelaksanaan eksekusi bukan karena desakan dari pihak lain, namun berdasarkan masukan dari Polda dan Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tengah.
"Pertimbagannya karena sebentar lagi 17-an. Karena itu pelaksanaannya (eksekusi) akan dilakukan setelah tanggal itu,” katanya.
Kapolri menegaskan, penundaan eksekusi tidak berarti hukuman eksekusi mati terhadap ketiganya dibatalkan. Eksekusi akan tetap dilakukan karena sudah menjadi ketetapan hukum. "Ini masalah waktu saja. Putusan pengadilan tetap harus dilaksanakan dan yang bersalah harus menjalani hukuman," tegas Sutanto.
Sutanto meyakini reaksi masyarakat berkaitan pelaksanaan hukuman mati tidak akan menjadi penyebab kerusuhan berlatar belakang SARA baru di Poso. Polri bahkan tidak mengubah status keamanan dan tidak menambah personel Polri di Poso. “Pelaksanaan eksekusi selanjutnya akan ditentukan Polda (Sulteng),” jelas Kapolri.
Rapat terbatas yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diikuti Menko Polhukam Widodo Adi Sucipto, Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaludin, Kepala BIN Syamsir Siregar dan Jaksa Agung Abdulrahman Saleh. Jaksa Agung sendiri tidak bersedia berkomentar ketika ditanya tentang pelaksanaan eksekusi. “Tanya saja pada Kapolri,” ujarnya singkat sebelum bergegas masuk ke mobil dinasnya.
Kabar penundaan eksekusi Tibo cs dengan cepat diterima masyarakat di kota Tentena dan sekitarnya. Sampai dinihari ribuan masyarakat Tentena memenuhi jalan-jalan di Kota Tentena dan sejumlah rumah ibadah (gereja). Mereka menyambut sukacita penundaan eksekusi Tibo cs.
Fritz Sam Purnama, tokoh pemuda dan sekretaris Pokja Malino kepada Radar Sulteng menjelaskan, ribuan warga Tentena dan sekitarnya memadati jalan-jalan utama menjelang pelaksanaan eksekusi Tibo Cs yang tertunda.
Sayangnya, dalam aksi warga itu sempat terjadi insiden pelemparan mobil perintis oleh orang tidak dikenal. Frits juga membenarkan adanya insiden pelemparan mobil polisi. Hanya saja insiden itu tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. ''Kebetulan saat masyarakat menggelar doa ada mobil polisi yang melintas. Mungkin karena berisik hingga menjadi sasaran pelemparan,'' ungkap Fritz saat dikonfirmasi melalui ponselnya, tadi malam.
Sementara itu, Pendeta Renaldy Damanik STh yang dihubungi mengatakan, penundaan ini bukan akhir perjuangan, karena kebenaran harus ditegakkan termasuk menindaklanjuti fakta-fakta baru yang menyangkut Tibo. Dia mengatakan, warga Tentena merespons penundaan eksekusi dengan renungan malam.
Bahkan sebelumnya dilakukan doa bersama yang dilakukan sejak pagi hari. Doa bersama yang dilakukan di depan Gereja Sion (Kompleks Pasar) menurut Damanik dilakukan agar konsentrasi warga lebih terarah.
Kegembiraan ini menurut Damanik jangan berlebihan cukup dilakukan secara proporsional. Ia mengingatkan apapun keputusan hukum yang terjadi pada Tibo cs jangan sampai merusak rekonsiliasi di tanah Poso.(lib/yar/noe)
Saturday, August 12, 2006
Posted @ 10:58 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment