Friday, August 11, 2006

SUARA PEMBARUAN DAILY
Empat Permintaan Terakhir Tibo Cs

[PALU] Menjelang detik-detik terakhir akan dieksekusi, tiga terpidana mati Fabianus Tibo, Dominggus Da Silva dan Marinus Riwu menyampaikan empat pesan terakhir mereka.
Pertama, Tibo Cs minta diizinkan melakukan konferensi pers untuk menyampaikan pesan terakhir mereka pada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahwa mereka telah menjadi korban dari sebuah peradilan sesat. Tibo Cs masih mengharapkan Presiden Yudhoyono memberikan keadilan pada mereka.
Kedua, kalau eksekusi tetap dilaksanakan Sabtu dini hari (12/8), Tibo Cs minta mereka harus didampingi perawat rohaninya, Pastor Jimmy Tumbelaka, Roy Rening (pengacaranya), Direktur Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian (Padma) Indonesia, Pastor Ngobert Jethan, dan Ketua Komisi Ombusman Nasional, Antonius Sujata.
Ketiga, setelah dieksekusi atau ditembak mati, ketiga terpidana meminta jenazah mereka disemayamkan di Gereja Katolik Santa Maria Palu dan meminta Uskup Manado, Mgr Josef Suwatan MSc memimpin misa requiem (doa untuk arwah). Keempat, setelah didoakan, ketiganya minta jenazah mereka diserahkan pada keluarganya masing- masing untuk dikebumikan di tempat asal mereka. Tibo minta dikebumikan di Desa Beteleme Tua, Kecamatan Lembo, Marinus di Desa Malores, Kecamatan Petasia, Kabupaten Morowali, dan Dominggus minta dikebumikan di tempat kelahirannya di Flores, NTT.
Pesan-pesan terakhir itu disampaikan Tibo Cs melalui ketua tim kuasa hukumnya, Roy Rening dari Padma Indonesia yang menjenguk ketiga terpidana, Kamis (10/8) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Palu. Perawat rohani ketiga terpidana, Pastor Jimmy Tumbelaka juga isteri, anak, menantu serta seorang cucu Tibo ikut mengunjungi Tibo di Lapas. Hanya keluarga Dominggus dan Marinus yang belum terlihat.
"Saya sudah pesan isteri saya untuk menguburkan saya di lokasi kebun yang menjadi tempat pekuburan keluarga kami di Beteleme Tua," ujar Tibo secara terpisah pada Pembaruan melalui telepon seluler.
Ny Nurlin Kasiala (50), isteri Tibo mengaku sedih dan pasrah dengan peristiwa yang mungkin akan menimpa suaminya. "Saya sedih karena suami saya dituduh melakukan kejahatan yang tidak ia lakukan. Kami menolak semua tuduhan itu, dan kami tolak hukuman mati ini," katanya dan menambahkan, jika itu tetap terjadi mereka sekeluarga sudah pasrah menerimanya.
"Bapak berpesan agar kami harus tabah dan banyak berdoa, minta kekuatan serta perlindungan Tuhan," katanya.
Menurut Nurlin, suaminya juga berpesan kalau eksekusi ini benar-benar dilaksanakan maka seluruh umat diminta terus berdoa untuk keselamatan ketiga terpidana.
Sejumlah pihak masih ragu eksekusi akan dilakukan mengingat sangat kerasnya tekanan masyarakat yang menolak hukuman mati ketiga terpidana. Pengamat konflik Poso, Arianto Sangadji mengatakan, pemerintah harus memperhatikan ekses yang akan ditimbulkan jika eksekusi tetap dilakukan, akan sangat berbahaya.
"Situasi keamanan Poso atau pun Palu yang sebenarnya sudah kembali pulih, bisa runyam kembali. Mestinya pihak eksekutor maupun aparat keamanan harus peka melihat gejala ini," katanya.
Di Tentena, Kabupaten Poso, aksi menentang hukuman mati Tibo Cs terus berlanjut. Saat berita ini diturunkan pukul 10.30 Wita, ratusan massa yang menamakan diri Solidaritas Masyarakat Anti Hukuman Mati (SMAM), mendatangi kantor perwakilan Kejaksaan Negeri Poso di Tentena.
Mereka menuntut 5 hal yakni hapuskan hukuman mati dari bumi Indonesia karena hak hidup adalah hak asasi manusia, batalkan semua putusanhukuman mati di bumi Indonesia, esekusi Fabianus Tibo, Dominggus Da Silva dan Marinus Riwu adalah kejahatan negara dan bentuk tim gabungan pencari fakta (TGPF) untuk mengusut kasus Poso sampai ke akar-akarnya.
Massa yang berpakaian hitam-hitam dan ikat kepala putih dipimpin Vincent Lumintang sebagai Kooordinator Aksi, juga akan menduduki kantor perwakilan Kejaksaan Negeri Poso di Tentena, sampai Sabtu (12/8).
Poso Center dalam siaran persnya Jumat meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membentuk TGPF independen guna mengusut kasus Poso secara obyektif, jujur dan menyeluruh tentang kekerasan di Poso antara tahun 1998-2006.
Dari Manado, Sulut, tiga pemimpin agama mengeluarkan pernyataan bersama yang intinya menolak eksekusi mati Tibo Cs karena diyakini belum berkeadilan dan belum didapati kebenaran materiil atas keterlibatan ketiga terpidana.
Ketiga pemimpin agama itu yakni Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Sulut, KH Arifin Assagaf, Uskup Keuskupan Manado, Mgr Josef Suwatan MSc dan Presidenof Asia Felloship of Missian 21 Partner Churches/Vice President of International Synod of Mission 21, Pdt Dr Nico Gara MA.
Ketiganya meminta hukuman mati tersebut ditunda sambil menunggu adanya kepastian hukum karena kesalahan dalam mengeksekusi nyawa seseprang yang merupakan anugerah Tuhan membawa dampak pada citra pengadilan dan penegakan hukum serta nama baik pemerintah dan bangsa Ondonesia di tengah keluarga besar bangsa-bangsa di dunia. [128/136]
Last modified: 11/8/06

No comments: