Monday, August 14, 2006

Komentar, 14 August 2006
Warga Inggris berdoa dan puasa
Tibo Cs Bersyukur Diberi Kesempatan Hidup

MENJELANG eksekusi Ju-mat malam itu, tidak ada yang tahu dengan suasana hati Fa-bianus Tibo dkk. Tapi sebuah sum-ber yang dekat dengan mereka mengatakan, Tibo dan Doming-gus terlihat tidak tenang, sedang-kan Marianus tertidur. Tapi ketika dikabarkan eksekusi tidak jadi di-laksanakan pukul 00.15 Wita tang-gal 12 Agustus itu, Tibo dkk berso-rak gembira. “Tibo dan kawan-kawan bersyu-kur masih diberi kesempatan hi-dup oleh Tuhan,” kata pengacara Tibo cs, Roy Rening, Sabtu (12/08). Tak hanya warga di Indonesia yang menolak eksekusi yang ber-sorak gembira atas keputusanpenundaan eksekusi ini, Umat Kristiani di London (Inggris) ju-ga menyambut gembira berita ini. Wilfred Wong dari Jubile Cam-paign United Kingdoom yang berjuang agar eksekusi Tibo di-batalkan mengatakan, menje-lang tanggal eksekusi, banyak sekali warga Kristen Inggris yang mengirim faks ke Kedu-taan RI di London. Mereka me-minta agar eksekusi dibatalkan. ‘’Sejumlah warga Kristen Inggris terus berdoa dan ber-puasa untuk keselamatan Tibo cs. Dan kami akan terus meng-kampanyekan dan berpuasa untuk mereka agar tidak di-eksekusi,’’ ungkap Wilfred yang juga House of Reprentative di Inggris ini dalam suratnya kepada Pastor Henoch Saerang di Tentena. Sementara itu, dari Jakarta, Ketua PBHI, Jhonson Panjaitan menyatakan, eksekusi mati Tibo cs dinilainya sekadar pro-yek belaka. “Kasus Tibo meng-hasilkan banyak proyek. Ada panitia khusus di DPR, proyek damai, dan alat perebutan ke-kuasaan di tingkat lokal,” ujar Jhonson.Ditambahkan dia, penundaan eksekusi Tibo cs akan mem-berikan kesempatan pihak yang berkepentingan untuk menja-lankan sebuah “proyek”. “Tibo itu hanya bagian dari proses permainan. Ada banyak ske-nario di sini, mengingat di mana Tibo tinggal adalah jalur per-dagangan senjata dan bahan peledak,” jelas Jhonson.Menurut Jhonson, bila ekse-kusi mati dilakukan, bukan merupakan penyelesaian atas kasus yang terjadi di Poso, Sulawesi Tengah. Sebab hal itu bisa menjadi pemantik kasus yang permanen.Seharusnya bagaimana? “Kalau hanya sekadar ditunda tidak tepat. Seharusnya ditang-guhkan untuk kemudian di-tempatkan secara kompre-hensif bersama kasus lainnya, apa benar Tibo menjadi trigger kasus di Poso,” imbuh pria ber-kumis ini.Ditambahkan Jhonson, pe-merintah harus arif agar tidak terprovokasi oleh kejadian dan ucapan pihak-pihak yang berkepentingan.“Saya sendiri tidak setuju dengan hukuman mati, karena yang berhak mencabut nyawa bukan polisi tetapi Tuhan,” tan-das pria yang pernah menjadi pengacara Tibo ini.(rik/dtc)

No comments: