Saturday, August 12, 2006

SUARA PEMBARUAN DAILY
PGI Surati Presiden agar Eksekusi Dibatalkan

[JAKARTA] Majelis Pekerja Harian Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (MPH PGI) mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang telah memperhatikan aspirasi dan keinginan masyarakat untuk menunda eksekusi hukuman mati terhadap Tibo dan rekan-rekanya. PGI masih berharap penundaan hukuman mati diubah menjadi hukuman seumur hidup.
"Apa hak negara atau orang untuk mengambil nyawa orang lain. Persoalan hukuman mati ini masih panjang perdebatannya. Sebaiknya hukuman mati di negeri ini dirubah menjadi hukuman seumum hidup, karena hukuman mati pun tidak membuat efek jera bagi pelaku kejahatan di negeri ini. Dan penundaan dapat dijadikan kesempatan bagi penegak hukum untuk mengubahnya," ujar Wakil Sekretaris Umum PGI, Pdt Weinata Sairin kepada Pembaruan di Jakarta, Sabtu (12/8).
Menurut Weinata, MPH PGI telah berkirim surat kepada Presiden, Jumat kemarin agar eksekusi Tibo cs ditunda bahkan dibatalkan. Wasekum mengantar surat tersebut bersama Pdt Gomar Gultom dan Pdt Ana Nenahoran. Dan diterima oleh staf Menteri Sekab, Sudi Silalahi.
Sementera itu, sekitar 30 orang dari Aliansi Nasional untuk Pembebasan Tibo dkk , Jumat (11/8) di depan Bundaran Hotel Indonesia melakukan aksi unjuk rasa menentang keputusan Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tengah untuk melaksanakan eksekusi mati terhadap Tibo dkk 12 Agustus besok.
Mereka melihat bahwa peradilan terhadap kasus kerusuhan Poso tidak terbukti dilakukan oleh tiga terpidana mati itu. Yaitu Fabianus Tibo, Dominggus Da Silva dan Marinus Riwu. Pada kesempatan itu tim Kuasa Hukum Tibo dkk, Robert Keytimu kepada para wartawan mengatakan, peradilan terhadap Tibo dkk harus dibuka kembali karena peradilan Tibo dkk dinilai sebagai peradilan sesat dan tidak melibatkan 16 pelaku kerusuhan lainnya. Robert juga menyatakan, eksekusi mati tidak dapat dilaksanakan sebelum grasi dari Presiden dikeluarkan.
Aksi serupa juga dilakukan di Tugu Proklamasi oleh Solidaritas Kemanusian untuk Tibo dan rekan-rekannya. Ratusan lilin dinyalakan dan doa serta puji-pujian kepada Tuhan dinyanyikan agar terjadi penundaan dan hukuman mati tidak dilakukan.
Seruan Internasional
Pemerintah Indonesia mengakui menerima keberatan maupun seruan anti-hukuman mati dari dunia internasional, termasuk dari Tahta Suci Vatikan serta sejumlah negara Eropa, terkait dengan rencana pelaksanaan hukuman mati pada Sabtu (12/8) dinihari bagi Tibo cs, terdakwa kasus kerusuhan Poso.
"Kita menerima keberatan-keberatan, seruan-seruan itu, tidak hanya dari pemerintah atau Tahta Suci atau organisasi internasional, tapi juga pribadi-pribadi," kata Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda.
Pihak-pihak yang disebut Menlu Hassan tersebut menyampaikan pandangan mereka tentang bagaimana hukuman mati dalam falsafah serta praktek hukum positif negara mereka. Hassan mengisyaratkan Pemerintah Indonesia tidak terganggu dengan berbagai keberatan ataupun seruan anti-hukuman mati yang diterima dan menyatakan Indonesia sendiri akan selalu siap menjelaskan kapan saja tentang pelaksanaan hukum mati di Indonesia.
Wakil Presiden (Wapres) Muhammad Jusuf Kalla menyerahkan eksekusi atas terpidana mati Tibo dan kawan-kawan kepada pengadilan. Apalagi semua masyarakat menginginkan supaya hukum ditegakan. [E-5/A-21]
Last modified: 12/8/06

No comments: