Wednesday, November 22, 2006

Jenderal Filipina Akui Sulut Jalur Perdagangan Senjata
Komentar, 22 Nov 2006

Berada di daerah perbata-san, menjadikan Sulut seba-gai wilayah strategis untuk melakukan aktivitas ekspor-impor, baik legal maupun ile-gal. Termasuk jalur perda-gangan senjata. Buktinya, tim Mabes Polri sempat mencuri-gai senjata yang dipakai peru-suh Poso disuplai MILF lewat Sulut. Indikasinya senjata yang dimiliki perusuh Poso, mirip dengan senjata pasukan Moro itu. Gubernur Sulut Drs SH Sa-rundajang turut menambah-kan bahwa Sulut kerap dijadi-kan ‘lalu lintas’ para pelaku teror dari Filipina ke Indo-nesia. Hal ini turut diamini petinggi militer dari Filipina, Letjen Rudolfo Obaniana. Dia tidak menampik bahwa Sulut dijadikan jalur penyelundu-pan senjata karena letaknya yang strategis antara Filipina-Indonesia. Terutama persenjataan dari Moro Islamic Liberation Front (MILF) yang berbasis di Min-danao kepada militan yang bersarang di Poso. “Menurut perkiraan saya, hal itu benar. Tapi jumlahnya tidak signifi-kan. Soalnya MILF juga mem-butuhkan banyak senjata dan amunisi. Jadi MILF bukan ha-nya mengirim senjata. Namun juga menerima suplai dari luar Filipina,” kata Obaniana di sela-sela sidang tingkat Ketua Komite Perbatasan Republik Indonesia-Republik Filipina ke-25 di Hotel Ritzy, Selasa (21/11).Walau MILF ingin menam-bah persenjataan, namun sudah ada proses perdamaian dengan pemerintah Filipina. “Ada perjanjian perdamaian beberapa waktu terakhir ini, termasuk gencatan senjata antara kedua pihak,” jelas Obaniana yang juga Koman-dan Eastern Mindanao Com-mand tersebut.Oleh sebab itu, guna mence-gah penyelundupan senjata dan juga teroris. Filipina dan Indonesia telah mencapai kesepakatan kerjasama mu-tual. Di antaranya saling ber-bagi informasi intelijen, me-lakukan patroli perbatasan, dan menaruh perhatian ter-hadap pelintas batas,” tu-kasnya.Menariknya, ia juga menyata-kan Dulmatin yang dikenal se-bagai salah satu teroris bom Bali 2002, masih berkeliaran di Pu-lau Jolo. “Dan kami tetap melan-carkan operasi untuk menang-kapnya,” tandas Obaniana. Dulmatin sendiri juga diketa-hui sebagai ahli elektronik ke-lahiran Pemalang, Jawa Tengah tahun 1970. Ia disebut-sebut pernah berlatih di beberapa kamp Al-Qaeda di Afganistan dan merupakan tokoh senior Jemaah Islamiyah. Tak heran, AS menyediakan uang 10 juta dolar untuk mereka yang mengetahui keberadaan-nya.(win)

No comments: