Keluarga Korban Mutilasi Maafkan Hasanuddin Dkk
Komentar, 20 November 2006
Tiga terdakwa pelaku muti-lasi atas tiga siswi SMA Kris-ten Poso, masing-masing Ha-sanuddin, Haristo dan Ir-wanto, dipertemukan de-ngan keluarga korban de-ngan difasilitasi Mabes Polri, di Jakarta, Minggu (19/11). Hasanuddin dkk pun me-nyampaikan permohonan maaf kepada keluarga tiga siswi yang dipenggal kepala-nya. “Ini permohonan maaf saya yang kesekian kalinya, dan kali ini saya berhadapan lang-sung dengan keluarga kor-ban. Kami berharap ini men-jadi awal untuk kondisi Poso yang lebih baik, agar semua bisa diselesaikan dengan cara sejuk, sehingga Poso pulih kem-bali,” ungkap Hasanuddin.Dengan permohonan maaf secara langsung ini Hasa-nuddin meminta penyelesaian konflik di Poso kedepannya diselesaikan dengan cara-cara damai. Menyambut permoho-nan maaf itu, Albert Morang-ke yang mewakili para keluar-ga korban memberikan maaf-nya. “Kalau kami mendasar-kan pada kemanusiaan, tentu ini adalah hal yang sulit, bah-kan tidak mungkin, karena ini sesuatu yang berat. Tapi da-lam keyakinan iman melalui ajaran kasih, ini yang menjadi dasar keluarga untuk me-maafkan,” sambut kakak The-resia Morangke, yang meru-pakan salah seorang korban.Ditegaskan Albert, perte-muan ini jauh dari rekayasa. Pihaknya pun memberikan maaf kepada Hasanuddin se-cara tulus. Pertemuan ini tu-rut dihadiri oleh Wakadiv Hu-mas Mabes Polri Brigjen Pol Anton Bachrul Alam, Kasat-gasops Poso Brigjen Pol Mu-hammad Guntur, serta pen-damping rohani keluarga korban Pdt Ernio.Menjelang akhir pertemuan, Hasanuddin diminta untuk memimpin doa untuk berha-rap pulihnya kondisi keama-nan di Poso. Pembacaan doa oleh Hasanuddin dilanjutkan pembacaan doa yang di-pimpin Pdt Ernio. Dalam kesempatan itu, Ha-sanuddin kepada wartawan mengatakan otak kerusuhan Poso bukan Fabianus Tibo dkk. “Mas Tibo bukan aktor di balik itu semua. Polri harus usut ini,” tandasnya.Lalu apa yang melandasi per-buatannya yang sadis? Hasa-nuddin mengaku melakukan mutilasi karena kecewa de-ngan berbagai persoalan yang terjadi di Poso selama 8 ta-hun. Hasanuddin juga me-ngaku perbuatannya itu bu-kan dilakukan atas pesanan atau direncanakan sebelum-nya.“Tidak ada strukturisasi ataupun rencana. Kami nggak punya atasan. Kami anak mu-da yang melihat ini sebuah akumulasi kekecewaan yang menumpuk dan luar biasa,” aku Hasanuddin. Pria berusia 33 tahun ini berpandangan konflik yang terjadi di Poso bukanlah sesuatu yang terja-di secara tiba-tiba. Ada keter-kaitan antara satu persoalan dengan persoalan lain. “Kalau dilihat dari korban, ini siste-matis. Maka perlu dilihat siapa pihak yang menginginkan itu. Kami sendiri ingin tahu apa per-soalan di Poso sebenarnya sam-pai terjadi jilid ketiga,” urainya seperti dilansir detik.(dtc)
Monday, November 20, 2006
Posted @ 8:18 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment