RS, Jumat, 24 November 2006
Pembangunan RTS Baru 20 Persen
POSO - Pembangunan 1009 unit rumah tinggal sementara (RTS) yang diperuntukan bagi korban konflik Poso belum bisa berjalan mulus. Hingga saat ini, pembangunan RTS yang telah berjalan dua minggu lebih itu baru mencapai 20 %. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Kab. Poso Drs. Amirullah Sia saat di temui Radar Sulteng di ruang kerjanya Kamis (23/11) kemarin. Menurut dia, dari 20% rumah yang tengah dikerjakan pihak TNI tersebut, secara fisik rata-rata baru mencapai 70 %. Padahal, sesuai target yang diberikan pemerintah, pembangunan 1009 unit itu harus selesai Desember mendatang (15/12, red).
Apa penyebab keterlambatan pebangunan tersebut..?. " Banyak kendala yang dihadapi dilapangan. Mulai dari lambatnya izin Menhut, hingga kepersoalan tenaga kerja," ujar Amirullah. Kata dia, setelah izin khusus menteri kehutanan keluar minggu lalu (13/11), persoalan kayu sebenarnya sudah tidak begitu serius. Tetapi persoalan tenaga kerja dilapangan, justru yang menjadi kendala sulitnya dicapai target waktu yang diberikan pemerintah pusat. "Masyarakat yang diharapkan akan membantu TNI dalam membangun RTS justru sulit didapatkan," sebut Kadissos Poso ini mencotohkan. "Masyarakat lebih memilih kerja proyek diluar, ketimbang ikut bekerja membangun RTS," imbuhnya. Sesuai rencana kerja, selain delapan anggota TNI dan penerima RTS, dalam setiap pembangunan satu unit rumah juga akan melibatkan sedikitnya 10 anggota masyarakat.
Selain tenaga kerja, keterlambatan tibanya bahan bangunan di lokasi juga menjadi alasan lambatnya pekerjaan. " Sudah seminggu rumah ini berdiri, tapi batako, semen, dan pasirnya belum ada," kilah seorang warga penerima RTS yang enggan dikorankan.
Sulitnya pencapaian target pekerjaan juga diakui salah seorang pengawas proyek bangunan. " Targetnya susah dicapai pak. Bahannya lambat dan belum cukup," tukas tentara berpangkat serka ini. Anggota yang tidak mau disebutkan namanya itu lalu mencontohkan salah satu kendala lambatnya bahan bangunan tiba di lokasi. " Hampir semua bahan bangunan (seng dan semen, red) kami beli di Palu," sebutnya.
Walaupun ada kemungkinan besar target waktu untuk penyelesaian pekerjaan yang diberikan pemerintah pusat tidak tercapai, Amirullah berharap pemerintah pusat akan memaklumi. " Pembangunan RTS akan menyeberang ke 2007. Tapi saya optimis Jakarta bisa memahami kendala yang ada di lapangan," pungasnya. (Cr5)
Saturday, November 25, 2006
Posted @ 9:19 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment