Friday, October 20, 2006

Keluarga Almarhum Kongkoli Minta Penembak Dibekuk
Jumat, 20 Oktober 2006 - 04:30 wib

PALU, KOMPAS - Pelaku penembakan Sekretaris Umum Gereja Kristen Sulawesi Tengah Pendeta Irianto Kongkoli dipastikan berasal dari kelompok terorganisasi yang memiliki kemahiran tinggi melakukan kekerasan bersenjata. Sasaran kelompok itu adalah anggota atau tokoh komunitas yang bertikai di Poso tahun 1998-2000.
Hal itu disampaikan Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Polri Inspektur Jenderal Paulus Purwoko seusai mengunjungi keluarga Pendeta Kongkoli di Palu, Kamis (19/10). "Kami sudah mengidentifikasi kelompok yang merencanakan dan melakukan pembunuhan terhadap Pendeta Kongkoli. Namun, identifikasi ini masih terbatas pada kelompoknya, belum sampai pada pelaku penembakan atau orangnya," kata Paulus.
Dari cara kerja, kemahiran, dan motifnya, Paulus mengatakan, kelompok yang diduga melakukan penembakan terhadap Kongkoli adalah kelompok Hasanuddin. Hasanuddin bersama Haris, Iranto, dan Jendra ditangkap Juni lalu dan saat ini ditahan di Markas Besar Polri.
Saat diperiksa, empat warga Palu dan Poso itu mengaku sebagai pelaku pemenggalan kepala tiga siswi SMA Kristen Poso, penembakan Pendeta Susianti Tinulele dan jaksa Ferry Silalahi. Mereka mengaku sebagai pelaku peledakan bom di Pasar Tentena dan beberapa gereja di Palu.
Juni lalu, Hasanuddin memberi tahu delapan nama anggota kelompoknya yang terlibat dalam berbagai aksi teror dan kekerasan di Sulawesi Tengah (Sulteng), tetapi sampai saat ini belum berhasil ditangkap. "Jumlah anggotanya kemungkinan bertambah karena mereka merekrut anggota baru. Mereka terlatih dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain," kata Paulus.
Selain delapan anggota Hasanuddin, Kepolisian Daerah Sulteng juga tengah memburu 24 tersangka lainnya yang terlibat dalam sejumlah kasus teror dan kekerasan bersenjata di Sulteng.
Dalam pertemuan dengan Paulus, Rita Kupa (40), istri Kongkoli, mengatakan, sebelum penembakan terjadi, ia pernah didatangi seseorang tanpa tujuan jelas. "Setelah Bapak ditembak, seorang anggota Densus 88 Mabes Polri datang ke saya membawa sejumlah foto. Orang yang mendatangi saya itu ada dalam daftar foto yang ditunjukkan anggota Densus itu," kata Rita.
Rita meminta agar pelaku penembakan suaminya segera ditangkap. Rita juga mengharapkan agar Mabes Polri dapat memberikan beasiswa kepada tiga anaknya mengingat dia sendiri adalah anggota Polri.
Mantan Ketua Umum GKST Rinaldy Damanik mengatakan, nyawa Kongkoli harus dibayar pemerintah dan aparat keamanan dengan mengungkap kasus Poso sejak tahun 1998 sampai 2000 secara tuntas.
Wakil Kepala Polda Sulteng Komisaris Besar I Nyoman Sindra mengatakan, polisi memeriksa delapan saksi terkait dengan kasus penembakan Kongkoli. Dari keterangan mereka, diketahui bahwa pelaku penembakan adalah seorang pria berbadan kurus dengan tinggi sekitar 165 cm.
Kepala Polri Jenderal (Pol) Sutanto menyatakan, kepolisian sudah memiliki analisa pelaku yang diduga kuat menembak Pendeta Kongkoli. Sutanto enggan menjawab ketika ditanya apakah pelaku masih berada di Sulawesi.
Sutanto menambahkan, proses hukum yang ditempuh aparat kepolisian di luar negeri lebih sederhana. (REI/SF)

No comments: