Komentar, 21 Oct 2006
Penembak Pdt Irianto Diduga Berasal dari Jateng
Kapolda Jateng, Inspektur Jenderal Dody Sumantyawan kepada wartawan, Jumat (20/10) kemarin, membenarkan adanya indikasi warga asal Jawa Tengah yang pergi ke Poso dan terlibat penembakan Pendeta Irianto Kongkoli, Sekum GKST. “Ada beberapa nama yang diduga berasal dari Jateng. Ta-pi apakah mereka betul terli-bat atau tidak, masih didala-mi. Kami masih berkoordinasi dengan Polda Sulteng dan Ma-bes Polri. Yang jelas jumlah-nya lebih dari satu orang,” ka-ta Kapolda seperti dilansir kom-pas online, kemarin (20/10).Kapan keberangkatan orang-orang tersebut ke Poso, Dody mengatakan masih dilakukan pengecekan. Saat ini belum di-temukan fakta tentang kapan keberangkatan mereka ke Poso. Kapolda belum mau me-ngatakan dari daerah Jateng bagian mana orang-orang ter-sebut berasal, juga apakah mereka berangkat sendiri atau atas nama organisasi. “Orang-orang itu sudah kita awasi. Nanti kalau sudah tertangkap kita sebut inisialnya,” ujar Dody.Sementara itu, dari Polda Sul-teng melaporkan di antara 33 orang yang masuk Daftar Pen-carian Orang (DPO), 8 orang diduga kuat terlibat pembu-nuhan Pendeta Irianto. Tim Ga-bungan Mabes Polri telah mengantongi identitas mereka, namun tak diungkapkan ke publik untuk mempermudah penangkapan. Kepala Divisi (Kadiv) Humas Mabes Polri Irjen Paulus Pur-woko kepada wartawan di Palu berjanji akan membeberkan peran masing-masing pelaku dan motif dari kasus tersebut. “Sekarang ini, tim gabungan Mabes Polri terus mengendus delapan DPO yang menjadi bu-ron,” kata Purwoko usai buka puasa di Silae Beach, Palu, Sul-teng, Kamis malam (19/10).Secara terpisah, Wapres Ju-suf Kalla menilai, aksi teror yang masih berlangsung di Poso bukan konflik komunal. Melainkan sisa radikalisme yang pengungkapan pelaku-nya membutuhkan peran aktif warga setempat bekerja sama dengan aparat keamanan. “Daerahnya sangat luas, ri-buan polisi tidak akan bisa (menjaga keamanan) apabila masyarakat sendiri tidak turut (membantu),” kata Wapres Jusuf Kalla (JK) di Kantor Wapres, Jumat (20/10). Menurutnya, teror-teror yang berlangsung dalam tiga tahun terakhir bukan lagi konflik komunal. Sebab pelakunya adalah ke-lompok-kelompok kecil orang yang masih memendam sisa radikalisme ditambah adanya campur tangan pihak dari luar Poso. Bentuk kerja sama yang bisa diberikan masyarakat adalah melaporkan pada polisi setiap kali mendapati orang yang melakukan aksi teror. Seperti membuat bahan pe-ledak atau melakukan penem-bakan. “Pemerintah ingin secepatnya masalah ini selesai. Kalau bisa minggu depan. Ini diusahakan sebaik mungkin oleh kepolisian. Tidak ada yang ingin di daerah itu masih berlanjut pembunu-han,” imbuhnya.(dtc/*)
Saturday, October 21, 2006
Posted @ 10:28 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment