Thursday, October 19, 2006

RS, Kamis, 19 Oktober 2006
Upaya Provokasi Dua Komunitas

PALU- Ketua Forum Silaturahim Perjuangan Umat Islam Poso, Ustad H Adnan Arsal, menyesalkan aksi penembakan yang menewaskan Sekretaris Umum Sinode GKTS, Pdt Irianto Kongkoli. "Ini adalah upaya provokasi terhadap dua komunitas, karena itu saya mengimbau, khususnya umat Islam jangan terpancing," katanya ketika dihubungi Radar Sulteng, kemarin.
Adnan yang mengaku berada di Poso itu mengatakan, aksi penembakan misterius adalah perbuatan keji. Dan tidak mungkin dilakukan oleh orang yang beragama.
Bisa saja kata Adnan, aksi penembakan itu dilakukan oleh pihak ketiga, yang tujuannya untuk menyudutkan umat Islam. Apalagi katanya, dengan hilangnya dua warga Masamba yang kebetulan muslim. "Bisa saja pelaku melakukan itu, agar ada kesan umat Islam-lah pelakunya. Ini benar-benar upaya untuk memprovokasi," kata Adnan.
Dari sederet peristiwa teror, baik di Poso maupun di Palu, Adnan meminta agar aparat keamanan memperketat pengamanan dan tetap mengedepankan penegakan hukum. "Siapapun yang terlibat dalam aksi teror maupun penembakan itu harus diproses secara hukum. Tidak peduli siapapun dia. Ponakan saya sekalipun kalau dia terlibat hukum!," ujar Adnan.
Adnan sendiri mengaku kehilangan dengan tewasnya Pdt Arianto Kongkoli. Selama ini katanya, hubungannya dengan mendiang sangat baik. "Pemikiran-pemikiran beliau sangat baik untuk menciptakan perdamaian di Poso. Dengan beliau, kami sama-sama membentuk Aliansi Kemanusiaan untuk perdamaian di Poso," kata Adnan.
Dengan tewasnya Pdt Irianto Kongkoli kata Adnan, dirinya kehilangan tokoh yang selama ini banyak membantu penyelesaian masalah Poso. "Saya kini kehilangan link untuk masuk ke komunitas Kristen. Apalagi saat ini pak Pdt Damanik sudah mundur dari ketua Sinode GKST," ujar Ketua FSPUI itu.
Terlepas dari semua itu, pihaknya berharap agar aparat keamanan bisa secepatnya mengungkap aksi penembakan itu. Dengan begitu katanya, akan memberikan titik terang apa motif di balik semua itu.
Di tempat terpisah, Ketua TPM (Tim Pembela Muslim) Cabang Sulteng, Asludin Hatjani SH juga meminta agar penembakan itu tidak sampai memancing. “Kita mengimbau semuanya tidak terpancing dengan aksi penembakan itu,” katanya.
Sementara itu, salah satu Deklarator Malino Djamaluddin Hadi, peristiwa ini merupakan upaya pihak tertentu untuk memperbesar wilayah konflik yang sudah berangsur-angsur membaik.
Harus diakui, banyak kepentingan yang turut bermain. Disamping berhubungan dengan ekonomi dan ideologi, juga yang perlu mendapatkan perhatian adalah adanya dendam baru dari kasus penculikan di Poso. Dimana dua warganya yang dibunuh yang notabene tidak memiliki keterkaitan historis dengan peristiwa konflik Poso.
Menurut Djamaluddin, dengan peristiwa ini harapan proses damai di Poso kembali berjarak pada titik yang jauh.
Djamaluddin mengatakan, untuk menindaklanjuti peristiwa ini dalam waktu dekat tim Deklarator Malino akan melakukan pertemuan. "Tim Deklarator akan berusaha keras mempersempit peluang gerak, setidaknya memperkecil isu-isu yang bernada propokatif melalui jalur komunikasi dan informasi. Mengingat Tim Deklarator Sulteng sebagai pemegang amanah,’’ katanya.
Dia meminta pihak kepolisian harus proaktif, mempercepat proses perdamaian di Poso dan tidak mengeluarkan pernyataan yang dianggap memperuncing masalah. Misalnya, kata dia, pernyataan dalam menanggapi peristiwa pembunuhan warga Masamba. Menurutnya, Kapolda harus transparan bahwa peristiwa itu tidak hanya sekadar peristiwa pidana murni.
Hal ini mengundang polemik, sehingga ada pihak yang tidak terpuaskan. Lebih lanjut, seharusnya Kapolda segera melakukan koordinasi dengan semua pihak termasuk Tim Deklarator. "sejak bertugas di Sulteng, Kapolda belum pernah melakukan pertemuan dengan Tim Deklarator" ujarnya.(rez/Cr7)

No comments: