RS, Kamis, 19 Oktober 2006
Tak Dendam, Serahkan kepada Tuhan dan Kepolisian
Ny Aiptu Rita Arianti Kopa, Istri Mendiang Pendeta Irianto Kongkoli
TEWASNYA Sekretaris Umum Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) Pendeta Irianto Kongkoli karena ditembak penembak misterius, jelas membawa duka yang teramat mendalam bagi keluarga dan warga jemaat. Mendiang Irianto dikenal sebagai pribadi yang ramah namun memiliki prinsip dalam melaksanakan suatu keputusan. Berikut penuturan Aiptu Rita Arianti Kopa, istri almarhum.
LAPORAN:
YUSUF WEMPI,
NUR SOIMA ULFA,
ICHSAN
DITEMUI di rumah duka Jalan Tg Manimbaya lorong IV Palu Selatan, anggota polisi di Polsek Palu Timur itu mengaku tidak ada firasat apapun yang dirasakan ketika keluar rumah bersama suaminya untuk membeli tegel di toko bahan bangunan.
Dia mengatakan, hari itu memang tidak biasanya Irianto cepat bangun pagi dan bermain dengan Galatea Folika Kristata yang sering dipanggil Gea (5), anak ketiga mereka. Setelah puas bermain, Gea sempat marah-marah karena ada keinginan yang belum dipenuhi bapaknya.
Setelah selesai menikmati sarapan pagi, suaminya berkeinginan pergi ke toko bahan bangunan untuk melihat tegel. Irianto memang berencana memasang tegel di ruang tamu rumahnya. Ny Rita setuju dengan rencana suaminya itu, asalkan nanti usai lebaran nanti.
Namun karena keinginan suaminya cukup besar, Rita akhirnya mengalah saja. Maka berangkatlah Irianto, Rita dan anak mereka Gea sekitar pukul 08.00 wita. Mereka naik mobil yang dikendarai Edje.
Dan ketika mobil diparkir di toko bangunan Sinar Sakti Jalan Monginsidi, Ny Rita bersama suaminya masuk ke toko dan melihat-lihat tegel, setelah puas melihat dan menanyakan harga, Ny Rita bergegas lebih dahulu masuk ke dalam mobil. Sementara suaminya masih melihat-lihat tegel yang dipajang di depan toko. Tiba-tiba Rita mendengar suara letusan yang sangat keras dan melihat suaminya sudah terkapar berlumuran darah.
Melihat suaminya terkapar, Ny Rita berteriak minta tolong. Sayang saat itu tak ada satu pun orang yang berada di sekitarnya yang datang menolong. Barulah beberapa menit kemudian, salah seorang yang datang kemudian mengangkat korban ke mobil dan membawanya ke rumah sakit Bala Keselamatan (BK) Palu Jalan Woodward. "Saya sudah berteriak minta tolong tak ada satu pun orang yang tergerak menolong suaminya saya," kata Ny Rita yang matanya masih sembab.
Di rumah sakit BK Palu ibu tiga anak itu menuturkan, saat sebelum ke toko tempat suaminya ditembak sama sekali tidak ada firasat akan ada kejadian. "Waktu itu kita sama-sama di toko seberangnya, baru berpindah ke toko terakhir itu,'' katanya dengan terisak.
"Mari jo torang baputar, waktu baru mau liat-liat tegel eh sudah terdengar bunyi tembakan, karena langsung menolong suami saya, saya tidak liat pelakunya pak," kata Ny Rita kepada Kapolresta Palu AKBP Atrial yang saat itu melihat jenazah suaminya di kamar mayat RS BK Palu.
Meski penembak telah memisahkan dia dengan suaminya selama-lamanya, Rita dan keluarga mengaku tak ada sedikit pun dendam. Semuanya diserahkan kepada Tuhan, dan aparat kepolisian untuk mengungkapnya. Menurutnya ini semua jalan Tuhan, Dia yang memilih, Dia juga yang mengambil. Dan yakin bahwa suaminya sudah berada di Rumah Allah Bapa di Surga.
Salah satu pesan yang pernah disampaikan suaminya semasa hidup, bahwa tidak akan pernah mundur selangkah pun untuk menyuarakan kebenaran dalam mengungkap kasus yang terjadi di Poso selama ini. "Itu yang selalu saya ingat dari pernyataan suami saya, dan apa yang diungkapkan merupakan suatu prinsip yang tetap dipertahankan sampai akhir hayatnya. Saya yakin bahwa semua yang telah dilakukan dalam tugas dan tanggung jawab dalam melayani jemaat dan organisasi gerejawi sudah tercatat di Surga," katanya.
Suasana rumah duka, kemarin, banyak dikunjungi warga jemaat, masyarakat sekitar dan sejumlah tokoh masyarakat, tokoh pemerintah dan kalangan rohaniawan. Bahkan pelayat dari luar kota seperti dari Tentena, Poso, Morowali dan daerah lainnya juga hadir.
Karangan bunga hampir memenuhi sekitar rumah. Tenda pun didirikan untuk menampung banyaknya pelayat yang datang. Mendiang Pdt Irianto Kongkoli meninggalkan seorang istri dan tiga anak, yakni Gemala Gita Varia (18), Geraldi Dwi Risandi (16) dan Galatea Folika Kristata.
KREATIF, KRITIS DAN VOKAL
Kepergian Pendeta Irianto Kongkoli dengan cara tragis mengejutkan Ketua Tim Kerja Deklarasi Malino Prof Dr Sulaiman Mamar MA. Keterkejutannya terlihat ketika koran ini menemuinya, kemarin.
Sulaiman Mamar mengaku tidak terlalu mengenal pribadi Irianto. Namun dalam beberapa kali kesempatan bertemu, Sulaiman menilai Irianto adalah seorang yang cukup kreatif, kritis dan vokal. Terutama dalam pandangannya terhadap hubungan antarsesama umat manusia.
Sulaiman sendiri mengaku pernah tampil bersama dengan Irianto dalam suatu diskusi publik di TV lokal beberapa waktu yang lalu. "Waktu itu setelah Deklarasi Malino terbentuk, saya bersama Ustadz Jamaluddin Hadi, Pendeta Irianto, Kapolda dan Danrem diundang untuk melakukan diolog interaktif. Temanya saat itu seputar bagaimana menciptakan perdamain di daerah ini," jelasnya.
Sampai hari ini Sulaiman mengaku masih mengingat statement Irianto: "Sekarang ini ada banyak orang yang tampil sebagai tokoh agama, tetapi belum tentu mereka tahu agama.''***
Thursday, October 19, 2006
Posted @ 4:04 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment