Friday, October 20, 2006

RS, Kamis, 19 Oktober 20066
Ditangkap, 33 Masuk DPO Polda Ungkap 11 Kekerasan di Palu-Poso

PALU - Sedikitnya 11 kasus kekerasan di Palu dan Poso yang berhasil diungkap kepolisian. Dari 11 kasus itu, baru enam tersangka yang berhasil ditangkap, sedangkan 33 lainnya masih buron dan masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).
Ke-11 kasus kekerasan yang terjadi di Palu dan Poso itu, antara lain kasus multilasi tiga siswi di Poso, pembunuhan kades Pinedapa, bom Tentena, penembakan gereja dan lain-lain (lihat table).
Ke-33 tersangka yang dinyatakan buron, diduga kuat terlibat serangkaian kasus kekerasan yang terjadi di Sulteng akhir-akhir ini.
Kapolda Sulteng Brigjen Pol Badrodin Haiti menjelaskan, ada 11 kasus yang telah diungkap aparat kepolisian Polda Sulteng dan Mabes Polri.
Dari rentetan kasus kekerasan tersebut kata Kapolda Badrodin, sebagian kasus yang telah diungkap kepolisian. Namun demikian katanya, masih ada para pelaku yang belum ditangkap dan masuk DPO Polda Sulteng. ''Tidak tertutup kemungkinan para DPO itu masih melakukan aksi kekerasan di wilayah Sulteng. Ini tugas kepolisian mencari pelakunya,'' tegas Badrodin di hadapan para pendemo, kemarin (18/10).
Untuk mencari para DPO tersebut tegasnya, Polda Sulteng meminta bantuan dari Mabes Polri dalam upaya pengungkapan kasus kekerasan di Sulteng. Ini merupakan bentuk keseriusan Polri dalam mengungkap berbagai kasus tindak kekerasan yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa. ''Doakan saja semoga para pelaku segera ditangkap. Kami punya komitmen dan keyakinan pelakunya bakal terungkap,'' tegasnya seraya menyebutkan pengungkapan kasus kekerasan di Sulteng menjadi tanggungjawab dirinya selaku Kapolda Sulteng.
Dari 11 kasus yang sudah diungkap aparat gabungan Mabes Polri baru enam tersangka yang saat ini diamankan di Mabes Polri. Para tersangka diketahui bernama, Hasanudin, Haris, Irwanto Irano, Rahmat, Ipong dan Yusuf. ''Apakah 33 orang yang menjadi DPO merupakan pelaku penembakan Pdt Irianto Kongkoli, ini yang sedang diselidiki aparat gabungan Polda Sulteng termasuk dari Densus 88 Mabes Polri,'' tegas Badrodin tanpa menyebut identitas para DPO dengan alasan untuk mempermudah penangkapan.
Sementara Kabid Humas Polda Sulteng, AKBP M Kilat kepada Radar Sulteng menjelaskan, penyelidikan kasus penembakan Pdt Irianto Kongkoli terus didalami penyidik gabungan. Aparat terus melakukan pemeriksaan sejumlah saksi yang dianggap mengetahui peristiwa terjadi. Hanya saja, karena kasusnya dalam proses penyelidikan, identitas para saksi termasuk orang-orang yang dicurigai masih dirahasiakan. ''Masalah teknis penyelidikan tidak bisa kita beberkan. Nanti setelah pelakunya diungkap motif maupun kronologisnya akan dijelaskan kepada publik,'' urai M Kilat mengutip penjelaskan Kapolda Badrodin.
POLDA DIDEMO
Menjelang pemakanan korban penembakan misterius Sekum GKST Sulteng, Pdt Irianto Kongkoli, Mapolda Sulteng kemarin didemo aktivis Koalisi Masyarakat Anti Kekerasan. Massa yang jumlahnya puluhan itu menggunakan pakaian serba hitam sebagai tanda berduka dan prihatin terhadap berbagai kasus yang satu tahun terakhir belum mampu diungkap aparat kepolisian jajaran Polda Sulteng.
Mulanya, massa yang dipimpin Yanner Purnama STh (Koordinator Lapangan) tertahan di depan pintu masuk Mapolda Sulteng itu mendapat pengawalan ketat aparat gabungan. Massa melakukan orasi secara bergantian yang intinya mengkritik kinerja Polda Sulteng terkait kasus yang banyak dialami umat nasrani sebagai korbannya. Ironisnya, tak seorang pelakunya dapat diungkap hingga terjadi kasus penembakan yang menimpa Pdt Irianto Kongkoli. Dalam orasinya, massa juga meminta jaminan keamanan, yang semakin mahal didapatkan di Sulteng. Indikasinya, dengan berbagai rentetan kasus kekerasan yang melanda Kota Palu dan Poso.
Massa juga membacakan pernyataan sikap. Di antaranya, usut dan ungkap aksi-aksi kekerasan di Sulteng. Sikap ini sebagai bentuk penghormatan terhadap proses penegakan hukum di Indonesia. Massa juga meminta kepolisian, untuk segera menuntaskan kasus penembakan Pendeta Irianto, serta kasus-kasus sebelumnya, agar tidak dijadikan bahan untuk memprovokasi kelompok-kelompok tertentu di Sulteng.
"Kami juga mendesak, agar aparat segera menangkap dan mengusut pelaku penembakan Pendeta Irianto Kongkoli MTh, dan segera memberikan penjelasan kepada masyarakat luas, mengenai pelaku dan motifnya, agar tidak menjadi rumors, untuk merusak cita-cita perdamaian sejati di Kabupaten Poso," teriak salahseorang perwakilan pendemo, yang membacakan pernyataan sikap.
Situasi sempat menghangat, saat pasukan Brimob tiba-tiba muncul dari arah belakang Mapolda, dan hendak memasang barikade di depan pintu masuk Mapolda. Massa kemudian langsung mengambil posisi duduk, sambil terus berteriak. Untung saja, Kabid Propam AKBP A Rusno, meminta agar pasukan Brimob tidak perlu merapat ke pintu masuk, dan cukup stand by di belakang Mapolda.
Kapolda Sulteng, Brigjen Pol Badrodin Haiti, yang menemui langsung para pendemo, mengatakan, jika ada yang ingin menyalahkannya, selaku aparat keamanan, yang dianggap tidak mampu menjaga keamanan, maka hal itu tetap diterimanya. "Karena saya yang bertanggungjawab, maka kalau ingin menyalahkan saya, silakan. Namun mengenai batasan waktu yang diberikan, untuk mengungkap kasus ini, saya ingin katakan, bahwa polisi bukanlah matematika. Tapi kita akan tetap berusaha, dengan segala kemampuan yang ada, untuk mengungkap kasus ini," tandas Kapolda.(lib/hnf)
6 Ditangkap ///

No comments: