Monday, October 02, 2006

RS, Senin, 2 Oktober 2006
Dua Komunitas Diminta Menahan Diri

POSO- Untuk mendinginkan situasi pascaperistiwa menegangkan pada Sabtu malam di Kelurahan Sayo, Kecamatan Poso Kota, Minggu (1/10) digelar pertemuan antara tokoh masyarakat dari dua komunitas Muslim dan Kristen di ruang Pogombo kantor bupati Poso. Pertemuan yang berlangsung mulai pukul 14. 00-17.30 Wita itu difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Poso.
Hadir dalam acara tersebut seluruh jajaran Muspida Provinsi Sulteng dan Muspida Kabupaten Poso. Mereka antara lain Gubernur HB Paliudju, Wakil Ketua DPRD Sulteng H Haelani Umar serta Kapolda Kombespol Badrodin Haiti. Sedangkan Muspida Poso antara lain Kapolres Poso, Dandim 1307, Kajari, serta Ketua Pengadilan Negeri Poso.
Sementara itu, hadir mewakili dua komunitas antara lain, H Abd Gani T Israel, Ustad Muharam, H Djufri Tumbingo (mewakili Muslim), Yahya Patiro, SH dan sejumlah pengurus GKST (mewakili Kristen). Disamping para tokoh agama ini, ikut pula puluhan tokoh pemuda lainnya dari dua komunitas berbeda.
Tak ketinggalan, pertemuan tersebut juga diikuti dua petinggi Polri bintang dua yang langsung datang dari Jakarta. Mereka adalah Deputi Operasi Mabes Polri Irjen Pol Sumardi dan Kepala Polisi Brimob Mabes Polri Irjen Pol YS Wenas. Kedatangan jenderal bintang dua dari Mabes Polri tersebut bermaksud melihat langsung situasi dan kondisi keamanan di Kabupaten Poso pascaperistiwa Taripa dan Sayo.
Pertemuan yang berjalan dengan penuh khidmat itu dipimpin langsung Bupati Poso Piet Inkiriwang. Dalam pengantarnya, Piet meminta semua tokoh agama dan masyarakat yang hadir untuk dapat memberikan penyejukan kepada umat dan warganya masing-masing, supaya mereka tetap tenang serta tetap terus menjaga Poso agar tetap aman dan damai.
Ia juga meminta seluruh masyarakat Poso untuk tidak mudah terprovokasi dengan adanya teror baik via SMS, telepon, surat, maupun melalui barang dan benda yang mencurigakan. Katanya, peristiwa Sayo pada malam minggu kemarin, adalah buah manis dari sebuah provokasi.
Senada dengan Bupati, Gubernur HB Paliudju juga meminta masyarakat Poso untuk tetap tenang. Walau diakui kondisi kemanan di wilayah bekas konflik itu mulai memanas akhir-akhir ini. "Jangan mudah terprovokasi, dan jangan mau diadu domba. Ini hal yang sangat buruk,” ucap Paliudju mengingatkan.
Sementara itu, Kapolda Kombespol Badrodin Haiti kepada para tokoh masyarakat yang hadir menyatakan keprihatinannya atas peristiwa-peristiwa negatif yang terjadi akhi-akhir ini. Dirinya meminta masyarakat Poso untuk mengerti dan memahami tugas-tugas kepolisian. Karena, kata dia, sejumlah peristiwa yang terjadi, mulai dari kerusuhan Taripa hingga ke kasus Sayo pada Sabtu lalu, adalah hasil dari ketidakmengertian masyarakat terhadap tugas dan kinerja aparat kepolisian.
Kasus Taripa, kata Kapolda, dipicu oleh tidak puasnya masyarakat atas eksekusi yang telah dilakukan polisi terhadap Tibo Cs. Padahal, jika masyarakat paham, hal itu tidak perlu terjadi. Karena, eksekusi yang dilakukan oleh kejaksaan dan kepolisian adalah perintah undang-undang. Bukan dilakukan hanya karena adanya dukungan atau menolaknya. "Saya perihatin, kenapa masyarakat justru membenci saya dan polisi. Padahal polisi melaksanakan apa yang diperintahkan undang-undang,’’ papar Kapolda. "Siapapun kapoldanya, pasti akan melaksanakan eksekusi sebagai bentuk pelaksanaan perintah undang-undang", imbuhnya.
Demikian pula yang terjadi di Sayo. Menurut Kapolda, ini juga dipicu karena adanya kebencian masyarakat di sekitar TKP bom yang meledak di depan kantor camat Poso Kota Selatan. Padahal jika masyarakat paham, justru dari olah TKP yang akan dilakukan aparatnya itu, diharapkan bisa mengungkap peristiwa yang terjadi, tentang siapa pelaku dan motifnya.
Menanggapi rentetan peristiwa yang ada, Kapolda Sulteng ini mengharapkan masyarakat untuk tetap tenang, dan menyerahkan sepenuhnya kepada aparat keamanan untuk menanganinya. "Saya harap, kedua komunitas masyarakat Poso bisa saling menahan diri,’’ pintanya.
"Saya memang punya staf, anggota, dan pasukan. Tetapi mereka tidak ada artinya tanpa bantuan masyarakat Poso. Yang bisa bikin Poso aman, adalah masyarakat Poso itu sendiri,” tambahnya.
Sementara itu, para tokoh agama yang diberi kesempatan berbicara pada umumnya meminta aparat kepolisian yang bertugas di Poso untuk bersikap tegas dalam menindak setiap pelaku anarkhis. Apalagi mereka yang dengan terang-terangan telah berani melawan aparat negara. "Kami butuh sikap tegas aparat. Jika tidak, siapa yang akan kami jadikan tempat pengaduan, jika ada pihak lain yang merugikan dan mengancam kami", ujar Itang penuh tanya.(Cr5)

No comments: