Wednesday, October 04, 2006

SUARA PEMBARUAN DAILY
Dikecam, Upaya Mengadu Domba Warga Poso

Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin bersama dengan anggota DPD asal Sulteng Nurmawati D Bantilan (tengah), dan Wakil Ketua Badan Kehormatan DPD RI Aryanthi Baramuli Putri (kiri), memberikan keterangan pers menyangkut kasus kerusuhan Poso di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Senin (2/10). [Pembaruan/Ignatius Liliek]
[JAKARTA] Para tokoh dan pemuka agama prihatin atas beredarnya pe- san singkat telepon seluler (SMS) yang isinya menghasut, fitnah dan mengadu domba umat beragama. Tidak benar ada penyerangan oleh umat Kristiani di Poso. Berdasarkan laporan yang diterima PP Muhamamdiyah yang ada yaitu penembakan di Masjid Al Fajar oleh orang tak dikenal, tetapi tak benar seperti yang disampaikan lewat SMS bahwa umat Kristiani melakukan penyerangan.
"Selain itu, dilaporkan pula bahwa ada mushola kecil di Tentena, dekat terminal, terbakar. Tetapi, pelakunya tidak jelas. Saya mengimbau, agar umat Muslim dan Kristiani dapat menahan diri," ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin kepada wartawan di Jakarta, Senin (2/10). Menurut Din, terkaitan dengan makin tingginya ketegangan massa di Poso, Sulawesi Tengah, dewasa ini, jajaran Muhammadiyah mengimbau kepada umat Muslim dan Kristiani, agar mereka secara bersama-sama dapat menahan diri. "Jangan mengambil langkah-langkah yang berlebihan, sehingga konflik makin luas," katanya.
Din mengemukukakan hal itu didampingi tokoh pemuda Poso, Najamudin Ramli, Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Sulawesi Tengah, Nurmawati Bantilan, dan Anggota DPD Sulawesi Selatan, Aryati Baramuli. Bagi umat Islam, menurut dia, dalam bulan suci Ramadhan hendaknya dapat menahan diri, sabar terhadap hasutan. Demikian juga kepada umat Kristiani, ia mengimbau, agar tak mengambil tindakan berlebihan yang bisa membuat konflik semakin meluas.Imbauan serupa juga disampaikan Forum Silaturahim Perjuangan Umat Islam Poso dan tokoh pemuda Poso.
Aparat keamanan sekarang sudah ditambah dari Kalimantan Timur, dan TNI pun ikut membantu. Din berharap, keadaan yang sudah dapat dikendalikan tersebut dapat terpelihara terus.
Selain itu, Din mengemukakan sudah menjumpai Kepala Kepolisian Negara RI (Kapolri), Jendral Pol. Sutanto, dan para tokoh agama lainnya di Jakarta.
Pertahankan keadaan yang sudah membaik sekarang ini. Jangan sampai jebol. Pasca-eksekusi hukuman mati terhadap terpidana vonis mati dalam kasus kerusuhan di Poso pada 2001, Fabianus Tibo, Dominggus da Silva dan Marianus Riwu, pada 22 September 2006 terlihat adanya ketegangan hubungan di antara umat Muslim dan Kristiani di wilayah itu.
Bahkan, kedua belah pihak sudah terlihat melibatkan massa yang saling berhadap-hadapan untuk saling menyerang. Kalau saja aparat keamanan tidak bekerja cepat, menurut dia, keadaan tentu akan buruk sehingga dapat mengancam integritas dan keutuhan bangsa Indonesia.
Dari laporan yang diterima pimpinan Muhammadiyah, kata Din, ketegangan massa umat Islam dan Kristiani, yang melibatkan ribuan orang dari kedua kubu tersebut, sudah berhadapan dalam jarak 100 meter. Umat Kristiani berada di Desa Kuwa, sedangkan Muslim di Desa Sayo, dan kedua wilayah itu dipisahkan sungai di Kabupaten Poso. "Aparat di situ sudah berjaga-jaga. Kalau terjadi bentrokan fisik, entah apa jadinya," ujar Din.
Keadaan tersebut, menurut dia, juga diperparah dengan hilangnya dua pedagang ikan di Kabupaten Poso, Arhama dan Baharuddin, dari Sulawesi Se- latan yang hendak pulang ke kampung halamannya di Masamba, Kabupaten Luwu.
Dia mengimbau, para tokoh agama baik Mus- lim maupun Kristiani, agar dapat mengendalikan umatnya. "Ini penting, jangan sampai luka lama menambah keadaan semakin jauh dari harapan," katanya. [E-5]
Last modified: 3/10/06

No comments: