Sunday, October 01, 2006

Ledakan dan Amuk Massa Ditunggangi Provokator
Laporan Wartawan Kompas Reinhard Marulitua N
Sabtu, 30 September 2006 - 18:05 wib

PALU, KOMPAS - Amuk massa di Kecamatan Pamona Timur, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, serta beberapa ledakan yang diduga berasal dari bom rakitan dipastikan ditunggangi provokator yang menginginkan konflik horizontal kembali terjadi di Poso. Untuk itu, seluruh warga Poso diminta waspada dan tidak terpancing oleh upaya-upaya provokasi yang dilakukan pihak mana pun.
Hal itu disampaikan Gubernur Sulteng HB Paliudju seusai Rapat Koordinasi dengan unsur Musyawarah Pimpinan Daerah Sulteng, Sabtu (30/9). Hadir dalam rapat yang khusus membicarakan situasi Poso itu antara lain Wakil Kepala Kepolisian Daerah Sulteng Komisaris Besar I Nyoman Sindra, Kepala Staf Komando Resor Militer 132/Tadulako Letnal Kolonel (Inf) Alfred, Ketua DPRD Sulteng Murad Nasir, Ketua Majelelis Ulama Indonesia Sulteng Sagaf Al Jufri, Pendeta Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) Arnold Nyaka dan Yuliana Taro.
Paliudju mengatakan, berdasarkan laporan yang ia dapat, kerusuhan di Pamona Timur, sekitar 320 kilometer dari Palu atau sekitar 100 kilometer dari Kota Poso, bukan dilakukan masyarakat setempat, tetapi masyarakat luar yang belum diketahui asal-usulnya. Akibat kerusuhan Jumat siang itu, massa merusak Kantor Kepolisian Sektor Pamona Timur serta membakar dua buah mobil dan beberapa sepeda motor polisi.
“Pada saat itu ada sekitar 3.000 warga Pamona Timur yang sedang melakukan upacara adat padungku, yaitu upacara syukuran setelah memanen padi. Saat Kepala Polda Sulteng tiba di depan Kantor Polsek Pamona Utara, tiba-tiba ada orang yang berteriak-teriak agar melempari dan membakar kantor polisi,” kata Paliudju.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas, massa mulai mengamuk ketika melihat helikopter yang membawa Kepala Polda Sulteng Komisaris Besar Badrodin Haiti mendarat di depan Kantor Polsek Pamona Timur, sekitar pukul 15.30 Wita. Sekitar 200 orang tiba-tiba melempari helikopter yang membawa Badrodin dan selanjutnya merusak kantor Polsek Pamona Timur serta membakar dua buah mobil dan beberapa sepeda motor polisi.
Upaya membenturkan warga Poso oleh provokator itu, kata Paliudju, tidak hanya di Kecamatan Pamona Timur, tetapi juga Kecamatan Poso Kota. Setelah amukan massa di Pamona Timur reda sekitar pukul 17.00, wilayah Poso yang kemudian berusaha “digoyang” yaitu Kelurahan Sayo, Kecamatan Poso Kota. Sekitar pukul 19.30, dua pria berkendaraan sepeda motor melemparkan dua buah granat ke bekas Pos Brimob, Kelurahan Sayo. Kedua granat itu tidak sempat meledak dan langsung diamankan Tim Penjinak Bahan Peledak Polda Sulteng.
Upaya melakukan teror dan provokasi di Poso itu tidak berhenti. Sabtu dini hari, antara pukul 01.15-02.45, setidaknya terjadi tiga kali ledakan yang diduga berasal dari bom rakitan. Ledakan pertama terjadi di depan pagar Gereja Eklesia, Jalan Pulau Seram, Kelurahan Gebangrejo, Poso. Ledakan kedua dan ketiga terjadi di Jalan Tambotoki, Kelurahan Sayo, Poso.
Karena kuatnya upaya-upaya provokasi itu, Paliudju minta warga Poso tidak terpancing dan terjebak dalam perangkap provokator. “Warga yang didapat melakukan tindakan anarkis akan ditangkap dan ditindak tegas secara hukum,” katanya.
Ditanya apa upaya yang dilakukan untuk menangkap provokator itu, karena bukan tidak mungkin warga akan terpancing bila upaya provokasi berjalan terus, Wakil Kepala Polda Sulteng Komisaris Besar I Nyoman Sindra mengatakan, Polda Sulteng tengah mencari siapa saja provokator itu.

No comments: