Tuesday, October 17, 2006

Komentar, 17 Oct 2006
Di Rumah Duka, Polisi Diusir Warga

Keluarga korban dan warga Palu begitu emosional mende-ngar kabar ditembaknya Pdt Irianto Kongkoli yang merupa-kan tokoh agama Kristen yang disegani. Kemarahan pun di-alamatkan kepada pihak kepolisian yang dinilai tidak mampu memberikan keama-nan bagi warganya di Sulteng. Ini terlihat ketika jenazah Pdt Kongkoli diantar ke ru-mah duka di Jalan Manim-baya IV, yang berdekatan de-ngan Gereja GKST Masomba, tadi malam. Jenazah waktu itu diantar dengan mobil am-bulans milik Polda Sulteng. Sedikitnya 40 personel polisi terlihat mengantar korban. Tapi begitu warga melihat polisi, mereka langsung me-ngusirnya. “Untuk apa ngoni di sini, di sini tidak ada yang perlu dija-ga. Pergi sana, cari dan tang-kap pelakunya!’’ hardik war-ga yang terlihat sangat ke-hilangan atas meninggalnya Pejabat Ketua GKST itu.Menurut warga, Pdt Kong-koli adalah pelayan yang be-nar-benar berjuang membe-rikan pertolongan bagi warga Poso yang terancam jiwanya ketika kerusuhan Poso III lalu. Pdt Kongkoli, kata war-ga, saat kerusuhan mengurus pengungsi Poso di Palu, dan kemudian mengumpulkan mereka menjadi GKST Jemaat Musafir. Menariknya, dalam kepe-ngurusan jemaat, Pdt Kong-koli menerapkan pelayanan denominasi. ‘’Saya juga ter-masuk di dalamnya menjadi pengurus jemaat walaupun saya Katolik, karena jemaat yang dihimpun dari berbagai denominasi gereja,’’ ungkap Johanis Pieters, warga Palu.Pieters sendiri memiliki ke-nangan terakhir dengan al-marhum sebelum ditembak. “Minggu kemarin, saya sempat bertemu dan bercerita lama di rumah beliau. Al-marhum minta diperbaiki laptopnya, saya lihat rusak berat,’’ kata Pieters sembari mengatakan, “Papa Gita’’ adalah panggilan akrab Pdt Kongkoli. Saat itu Pieters mengatakan, “Papa Gita, kalau yang begini (rusaknya) harus dibawa ke tempat servis,” kata Pieters. Lalu Pdt Kongkoli menjawab “Besok, besok pagi jam dela-pan,” kata Pdt Kongkoli seper-ti diikuti Pieters. Ternyata ini merupakan salah satu tanda, bahwa Pdt Kongkoli akan ditembak dan meninggal. ‘’Padahal selama ini kalau ada janjian dengan saya, Papa Gita tidak pernah menyebut jam,’’ aku Pieters.Sementara itu, dari Poso, le-dakan bom kembali meng-ganggu ketenangan warga kota tersebut pascapenem-bakan di Palu. Bom yang meledak tadi ma-lam, berlangsung di sebuah rumah kosong yang sudah lama habis terbakar di Lorong Dolidin Dawa Jalan Pulau Nias, Kelurahan Kayamanya, Kecamatan Poso Kota, Kabu-paten Poso, Sulteng, sekitar pukul 19.15 Wita.“Tidak ada korban jiwa dan material dalam kejadian tersebut,” kata Pangdam VI Wirabuana, Mayjen TNI Arief Budi Sampoerno. Sampai saat ini penyebab ledakan itu ma-sih diselidiki pihak kepoli-sian, katanya menambah-kan.Pascaeksekusi mati ter-hadap tiga pelaku kerusuhan Poso, Fabianus Tibo, Doming-gus da Silva, dan Marinus Ri-wu, telah terjadi sekitar enam kali insiden peledakan bom. Sedikitnya satu warga men-jadi korban dalam serang-kaian insiden itu. Panglima Kodam VII/Wirabuana Mayjen TNI Arif Budi Sampoerno mengata-kan, tidak ada pengamanan ekstra pascapembunuhan tersebut.Tentara Nasional Indonesia (TNI) siap untuk melakukan pengamanan ekstra bahkan membantu kepolisian meng-ungkap kasus pembunuhan Sekretaris Umum Majelis Sinode GKST (Gereja Kristen Sulawesi Tengah) itu, kata-nya.(rik/hlc)

No comments: