Komentar, 18 Oct 2006
Khotbah terakhir Pdt Irianto Kongkoli, “Mengucap Syukurlah Dalam Segala Hal’’
‘’Mengucap syukurlah senantiasa dalam segala hal, bahkan dalam suasana duka sekali pun. Sebab inilah yang diajarkan dalam firmanNya.’’ Ini adalah sepenggal khotbah terakhir Pdt Irianto Kongkoli MTh ketika beribadah bersama Jemaat Dewua, di Kecamatan Poso, tiga hari sebelum tewas ditembak orang tak dikenal di Palu, Senin (16/10) lalu. Menurut Pdt Rainaldy Dama-nik, khotbah di Jemaat Dewua itu bukan saja khotbah terakhir korban, namun ‘’pertama dan terakhir’’. Apa maksudnya? ‘’Ka-rena untuk pertama kalinya menjalankan tugas sebagai vikaris, Pdt Kongkoli bertugas di Jemaat Dewua,’’ ungkap Ketua Umum GKST ini dalam wa-wancara dengan Komentar, kemarin (17/10). Damanik sendiri, mempu-nyai kenangan tersendiri de-ngan almarhum dalam per-temuan terakhir mereka. Se-perti diketahui, pascaekse- kusi Fabianus Tibo cs, Pdt Damanik telah menyatakan pengunduran dirinya sebagai Ketum GKST. Tapi upayanya itu, menurut-nya, tidak direstui Pdt Kong-koli. Malah dalam pertemuan terakhir mereka pekan lalu, ketika Pdt Damanik menyata-kan keinginannya itu secara resmi, Pdt Kongkoli melontar-kan kalimat yang tetap dike-nang Damanik. ‘’Sampai mati pun, saya tidak akan mene-ken pengunduran dirinya,’’ ungkap Pdt Kongkoli seperti dikutip Damanik. Tak disangka, hanya bebera-pa hari dari itu, Pdt Kongkoli dipanggil Tuhan. Ini merubah pendirian Damanik. ‘’Ini akan digumuli lagi,’’ katanya. Sementara itu, dari rumah duka di Jalan Tanjung Ma-nimbaya IV (Palu), seorang ke-luarga dari Pdt Kongkoli ber-nama Son (28) mengatakan, almarhum sebenarnya ke toko bangunan untuk membeli keramik bagi rumahnya yang sementara direnovasi agar bisa rampung saat Natal nanti. “Menurut rencana papa Gita (panggilan akrab Pdt Kong-koli) akan menyelesaikan pekerjaan rumahnya itu sebe-lum Natal. Makanya Papa Gita bersama Mama Gita, anaknya dan sopir ikut mene-maninya membeli bahan ba-ngunan. Namun Tuhan justru berkehendak lain,” ungkap Son dengan mata berkaca-ka-ca. Sementara itu, salah satu anak Pdt Kongkoli yang te-ngah berada di Tentena ber-libur menyatakan, sehari se-belum penembakan, dia me-nelepon ayahnya agar dibe-likan keramik untuk per-baikan kamarnya. Hal ini turut dibenarkan Pdt Damanik yang bersama anak almarhum, Ade di Tentena waktu itu. Karena pesan itu-lah, Pdt Kongkoli kemudian pagi-pagi sudah menuju toko bangunan. Korban berangkat pagi, karena siangnya beren-cana pulang Tentena. Tapi saat sedang melihat keramik di etalase, tiba-tiba sepeda motor berwarna hitam meng-hampirinya. Seorang bercadar kemudian menembakkan timah panas dan tepat mengenai kepala bagian kiri belakangnya. Pdt Kongkoli pun roboh bersim-bah darah dan dalam perja-lanan ke rumah sakit, meng-hembuskan napasnya yang terakhir. Direncanakan Ka-mis (19/10) esok, jenazah Pdt Kongkoli akan dimakamkan di pekuburan Kristen Talise, Palu.PROYEKTIL Pada bagian lain, kemarin, Polda Sulawesi Tengah se-dang meneliti proyektil peluru yang bersarang di kepala Pendeta Kongkoli, agar dapat mengetahui jenis senjata api yang dipergunakan untuk menembak korban. “Proyektil sudah diserahkan oleh dokter yang melakukan autopsi terhadap jenazah kor-ban ke penyidik untuk dipe-riksa lebih lanjut, namun ha-silnya belum bisa dipublikasi-kan,” kata Kepala Bidang Pe-nerangan Umum Divisi Hu-mas Polri Kombes Pol Bam-bang Kuncoko.Di samping itu, polisi sedang mengejar dua orang yang di-duga membunuh Irianto sete-lah sebelumnya meminta keterangan enam orang saksi. Enam saksi yang diperiksa di antaranya karyawan toko ba-ngunan (tempat korban mem-beli bahan bangunan), istri korban dan sopir kendaraan korban. Bambang meyakini bahwa orang yang membu-nuh Pendeta Irianto masih berada di wilayah Sulteng sehingga fokus pengejaran ditujukan untuk mencegah agar tidak keluar Sulteng. “Kami memprediksikan, ke-lompok yang membunuh Pen-deta Irianto itu masih ada hu-bungannya dengan kelompok yang selama ini membuat aksi kekerasan di Poso karena ada kemiripan pola tindakan,” ujarnya. Usai menembak mati, tersangka kemudian kabur lewat Jalan Tanjung Karang dengan sepeda motor sedangkan korban dibawa ke RS Bala Keselamatan.Kasus penembakan lain di Sulteng yang diduga dilaku-kan oleh kelompok yang sama adalah penembakan jaksa Ferry Silalahi, Pendeta Su-sianti Tinulele dan William, pengusaha perhiasan emas. Ferry ditembak tahun 2003 lalu, Susianti ditembak 18 Juli 2004 sedangkan William pada Februari 2006. KMPPSementara itu, dari Manado, Koalisi Masyarakat Peduli Poso (KMPP) di Manado me-mintakan pertanggungja-waban negara dalam hal ini pemerintah pusat maupun daerah dalam penanganan masalah konflik kemanusiaan yang terjadi di Poso delapan tahun terakhir. Pertimbangan-nya didasari karena telah ba-nyak memakan korban jiwa serta material. Demikian bu-nyi poin pertama rilis yang di-kirimkan KMPP ke meja re-daksi tadi malam (17/10).Pernyataan yang ditandata-ngani Koordinator KMPP Jan Richard Tandawuja SH dan wakilnya Subronto Adji ber-kaitan penembakan Pdt Irian-to Kongkoli ini selanjutnya menyebutkan, penanganan keamanan yang berbasis par-tisipatif serta transparan ha-rus ditempuh pihak-pihak berkompeten. ‘’Ini dimaksud-kan supaya penegakan hu-kum yang adil sesuai dengan hukum positif secara benar dan baik bisa dirasakan ma-syarakat pencari keadilan.’’ Selain itu, KMPP juga me-ngimbau seluruh elemen ma-syarakat sipil untuk bersatu sehingga tidak dapat dipecah- belah dengan isu-isu yang menyesatkan bahkan berpo-tensi menghancurkan kehi-dupan berbangsa dan ber-negara.(rik/eky)
Wednesday, October 18, 2006
Posted @ 1:37 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment