Wednesday, October 18, 2006

Komentar, 18 Oct 2006
Wawancara bersama Pdt Rainaldy Damanik
Tembak Saya, Kalau Itu yang Mereka Inginkan

WARGA Kristen Sulawesi Tengah sangat terpukul dengan peristiwa penembakan Sekum GKST (Gereja Kristen Sulawesi Tengah), Pdt Irianto Kongkoli, Senin (16/10) lalu. Salah satu yang geram atas peristiwa ini adalah Ketua Umum GKST, Pdt Rainaldy Damanik yang sempat meminta mundur dari jabatannya pasca dieksekusinya Fabianus Tibo cs. Berikut wawancara koran ini bersama Pdt Damanik via telepon, kemarin (17/10). Selamat malam Pak Pendeta. Apa pendapat Anda dengan peristiwa penembakan terha-dap Pdt Irianto Kongkoli yang dikenal sebagai Sekum GKST? Sudah sekian banyak umat yang korban, termasuk kala-ngan pendeta, seperti halnya Pendeta Susianti yang ditem-bak di atas mimbar dan kemu-dian sekarang ini sekum. Ini tindakan yang sangat keterla-luan. Jangan korbankan pen-deta-pendeta, apa sebenarnya yang mereka inginkan? Kata-kan secara terbuka. Tembak saja saya (Ketua Umum GKST), kalau itu yangmemang mereka inginkan! Apa pendapat Anda dengan aksi teror yang terus terjadi di Sulteng ini, dan pelaku-nya sampai sekarang seakan sulit ditangkap? Yang pasti, pemerintah dan aparat keamanan telah gagal memberikan rasa aman di wilayah ini. Kenapa mereka (pelaku teror) dibiarkan terus berkeliaran! Apakah mereka lebih hebat dari aparat ke-amanan kita sehingga tidak tertangkap? Terkait soal adanya per-nyataan bahwa ini ada be-nang merah dengan kasus Fabianus Tibo cs, apa pen-dapat Anda? Kami berharap terhadap per-soalan ini, janganlah mereka-reka apa motifnya sebelum pelakunya tertangkap. Kalau sudah ditangkap baru bisa diketahui, apa motifnya. Dengan meninggalnya Se-kum GKST, bagaimana de-ngan pengunduran diri Anda sebagai Ketua Umum GKST lalu? Soal ini memang perlu digu-muli kembali. Lalu, memang saya sudah mengajukan pe-ngunduran diri, tapi ditolak oleh pengurus GKST, termasuk Sekum GKST (Almarhum Pdt Irianto Kongkoli). Sehingga belum ada surat soal pe-ngunduran saya. Lagian sehubungan dengan peristiwa ini, dan pemakaman nanti, saya harus berbicara selaku ketua umum.Sebelum Pdt Kongkoli di-tembak, kapan terakhir Pendeta bertemu dengan al-marhum dan adakah pesan?Terakhir kami bertemu tanggal 12 Oktober lalu. Saya meminta meneken surat pengunduran diri saya. Tapi Sekum mengatakan pada waktu itu, sampai mati pun dia tidak akan meneken pengun-duran diri saya. Setelah itu kami berpisah. Apakah ada hal lain yang perlu disampaikan terkait peristiwa ini? Iya, supaya tidak simpang- siur beritanya. Perlu saya beritahukan, sehari sebelum peristiwa penembakan itu, anak Pendeta Kongkoli ber-nama Ade, berada di Tentena dengan saya. Pada malam hari, Ade menelepon bapak-nya agar dibelikan tegel (ke-ramink) untuk memperbaiki kamarnya yang rusak. Atas pesan ini, pagi itu Pdt Kongkoli ke toko bangunan dan melihat-lihat di etalase (kemudian ditembak). Rencananya siang hari, korban ingin pulang ke Tentena.(rik*)

No comments: