RS, Kamis, 19 Oktober 2006
Tiga Jenderal Turun ke Palu, PGI Desak Polri Ungkap Penembak Pendeta Irianto
JAKARTA - Mabes Polri langsung menindaklanjuti perintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengusut tuntas kasus penembakan yang menewaskan Pendeta Irianto Kongkoli di Palu, Sulteng, Senin (16/10) pagi lalu. Meski tidak menambah pasukan, sejumlah petinggi Polri diterjunkan ke Bumi Sintuwu Maroso itu.
”Selain dari polda, Mabes Polri langsung ada di sana,” kata Kapolri Jenderal Pol Sutanto di Mabes Polri kemarin.
Tim itu terdiri atas mantan Dankoopskam Irjen Pol Paulus Purwoko, Dankor Brimob Irjen Pol S.Y. Wenas, dan Deops Polri Irjen Pol F.X. Sunarno. Tujuan mereka ke Palu untuk melakukan supervisi dan memberikan masukan pada polda setempat agar efektif melakukan pengamanan.
Kedatangan mereka menambah kekuatan perwira tinggi Polri di Palu. Sebab, Wakabareskrim Irjen Pol Gorries Mere telah standby di Poso sebelum penembakan Irianto terjadi. Tapi, Kapolri menilai tidak perlu ada organisasi khusus, seperti Koopskam, untuk mengendalikan situasi. ”Soal pelakunya belum bisa kami sampaikan sekarang. Jangan buru-buru,” lanjut mantan Kapolda Jatim itu.
Dia juga membantah peristiwa itu terjadi akibat lemahnya koordinasi intelijen. ”Tapi, kami sudah ketahui semuanya, sehingga tinggal memburu pelaku,” tambahnya.
Saat ditanya apakah pasca penembakan Irianto, tokoh-tokoh agama di Palu akan dikawal, lulusan Akpol angkatan 1973 itu menyerahkan soal tersebut pada Kapolda setempat. Yang jelas, polisi akan mengupayakan pengamanan maksimal dan tak ingin kejadian serupa terulang. Pihaknya juga bersyukur karena masyarakat tidak terpengaruh.
Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng yang mendampingi presiden berbuka puasa di Mabes Polri kemarin menambahkan, kalau perlu, Menko Polhukam Widodo A.S. maju untuk menangani situasi itu dengan cepat. Apakah termasuk berkantor sementara di Palu? ”Bisa saja. (Juga) dengan melihat langsung keadaan di sana,” tambahnya.
Seorang pejabat intelijen di Mabes Polri mengatakan, pihaknya sudah mendapat informasi pembunuh Irianto. Namun, polisi masih menunggu waktu yang tepat untuk menangkap mereka. ”Situasi di sana kurang pas kalau kami melakukan penangkapan sekarang. Bisa tambah guncang nanti,” katanya.
Irianto ditembak dua orang tak dikenal saat hendak berbelanja bahan bangunan di toko Sinar Sakti di Jalan Monginsidi, Palu. Akibat luka tembak di kepala, dia tewas sesaat setelah dibawa ke RSU Woodward Palu.
Dimakamkan
Jenazah Irianto yang juga sekretaris umum Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) dimakamkan di pemakaman Kristen Talise kemarin. Ribuan pelayat dari kota Palu dan sekitarnya mengantarkan jenazah mulai rumah duka di Jalan Tanjung Manimbaya lorong IV. Sejumlah pejabat teras dari provinsi, kabupaten, dan kota se-Sulteng tampak hadir.
Saat memberikan sambutan pada pelepasan jenazah, Sekum Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Richard Dulai mendesak Polri agar segera menangkap pelaku dan otak penembakan tersebut. Richard menilai kasus itu membuktikan bahwa pemerintah belum mampu memberikan rasa aman kepada warganya.
”Kami minta Kapolri memberi tenggat sebulan kepada Kapolda Sulteng untuk mengungkap kasus penembakan Pendeta Irianto Kongkoli,” kata Richard.
Konflik di Poso, kata dia, belum sepenuhnya teratasi. Bukan hanya penembakan Irianto yang harus diungkap, tetapi juga penembakan pemuka agama Nasrani di Palu dan Poso.
Richard juga berusaha meredam emosi massa. Dia meminta warga Nasrani tidak terpancing dan menyerahkan penyelesaian masalah tersebut kepada aparat keamanan.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Sulteng Bandjela Paliudju berjanji meminta aparat keamanan mengusut tuntas kasus penembakan Irianto.
Ungkap 11 Kasus
Polisi terus membongkar berbagai kasus kekerasan di wilayah hukum Polda Sulteng. Sedikitnya 11 kasus diungkap, enam tersangka ditangkap, dan *******33 orang masuk dalam DPO (daftar pencarian orang).
Kapolda Sulteng Brigjen Pol Badrodin Haiti menjelaskan, 11 kasus telah diungkap aparat Polda Sulteng dan Mabes Polri. Sebelas kasus tersebut adalah penembakan Jaksa Fery di Palu pada 26 Mei 2004 dan pembunuhan Ny Helmi Tombiling di Poso pada Juli 2004. Lalu, pembunuhan Kades Pinedapa di Poso pada 4 November 2004 dan penembakan Pdt Susianti Tinulele di Palu (18 Juli 2004).
Selanjutnya, penembakan Gereja Imanuel dan Gereja Anugerah di Palu pada 12 Desember 2004, perampokan Pemda Poso (1 april 2005), dan Perampokan Toko Emas Sinar Mulia di Palu. Juga kasus mutilasi tiga Siswi di Poso pada 29 Oktober 2005 dan penembakan dua siswi SMEA Poso pada September 2005.
”Tidak tertutup kemungkinan para DPO itu masih melakukan aksi kekerasan di wilayah Sulteng. Ini tugas kepolisian mencari pelakunya,” tegas Badrodin kemarin.
Untuk mencari para DPO tersebut, tegasnya, Polda Sulteng meminta bantuan Mabes Polri. Itu merupakan bentuk keseriusan Polri dalam mengungkap berbagai kasus tindak kekerasan yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa. ”Doakan saja semoga para pelaku segera ditangkap. Kami punya komitmen dan keyakinan pelakunya bakal terungkap,” tegasnya.
Dari 11 kasus yang sudah diungkap aparat gabungan Mabes Polri, baru enam tersangka yang ditahan. Para tersangka diketahui bernama Hasanudin, Haris, Irwanto Irano, Rahmat, Ipong, dan Yusuf.
”Apakah *******33 orang yang menjadi DPO merupakan pelaku penembakan Pendeta Irianto? Ini yang sedang diselidiki aparat gabungan Polda Sulteng, termasuk dari Densus 88 Mabes Polri,” tegas Badrodin. Dia tidak menyebut identitas para DPO dengan alasan untuk mempermudah penangkapan.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Sulteng AKBP M. Kilat kepada Radar Sulteng (Grup Jawa Pos) menjelaskan, penyelidikan kasus penembakan Irianto terus digiatkan. Aparat memeriksa sejumlah saksi yang dianggap mengetahui peristiwa tersebut. Hanya, karena kasusnya dalam proses penyelidikan, identitas para saksi masih dirahasiakan. ”Masalah teknis penyelidikan tidak bisa dibeberkan. Nanti setelah pelakunya diungkap, motif maupun kronologinya akan dijelaskan kepada publik,” urai M. Kilat. (naz/suf/lib/jpnn)
Thursday, October 19, 2006
Posted @ 3:53 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment