Jenazah Dominggus Dibawa ke Flores
Laporan Wartawan Kompas Reinhard Marulitua N
Minggu, 24 September 2006 - 19:14 wib
PALU, KOMPAS - Setelah menjalani proses yang berbelit-belit, Jenazah Dominggus da Silva, Minggu (24/9) pagi, diberangkatkan dari Palu, Sulawesi Tengah, ke Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur. Pemerintah, khususnya kejaksaan dan kepolisian dinilai plin-plan dan tidak punya pertimbangan yang cermat dalam mengantisipasi reaksi masyarakat.
Jenazah Dominggus diberangkatkan dari Gereja Santa Maria Palu sekitar pukul 03.00 Wita menuju Bandara Mutia Palu untuk dimasukkan ke dalam pesawat Lion Air tujuan Makassar. Sekitar pukul 07.00, pesawat yang membawa jenazah Dominggus berangkat dari Palu dan tiba di Makassar sekitar pukul 08.00. Dari Makassar jenazah Dominggus diterbangkan ke Denpasar untuk selanjutnya diterbangkan lagi ke Maumere, NTT.
Roy Rening, Koordinator Penasehat Hukum Tibo dkk mengatakan, jam 12.00 rombongan yang membawa jenazah Dominggus duah tiba di Maumere. Rombongan disambut Wakil Gubernur NTT, Kepala Polda NTT, Bupati Sikka, serta ribuan warga.
Ijin membawa jenazah Dominggus ke Maumere melewati proses panjang. Sebelum dieksekusi, Kejaksaan Negeri Palu menolak semua permintaan Tibo dkk, termasuk agar Dominggus dimakamkan di Maumere. Bahkan, jenazah Dominggus sudah sempat dikubur di Palu tanpa prosesi keagamaan.
Setelah sekitar 15 jam dikubur, Kejari Palu kemudian memberikan ijin menggali kembali kubur Dominggus dan menyemayamkan jenazahnya di Gereja Santa Maria Palu. Kejari Palu baru mengijinkan jenazah Dominggus dibawa ke Maumere setelah Pemerintah Kabupaten Sikka, NTT, memintanya secara tertulis.
Wakil Kepala Kepolisian Daerah Sulteng Komisaris Besar I Nyoman Sindra mengatakan, Pemkab Sikka meminta jenazah Dominggus dibawa ke Maumere agar reaksi warga NTT reda dan kondisi keamanan disana menjadi lebih baik. “Pertimbangan untuk menciptakan keamanan yang lebih baik juga disampaikan Polda NTT,” kata Sindra.
Menanggapi berbelit-belitnya ijin mengebumikan Dominggus di Maumere, Roy Rening mengatakan, kejaksaan dan kepolisian jelas tidak mempunyai perhitungan dan kalkulasi yang cermat dalam melakukan pengamanan pascaeksekusi Tibo dkk.
“Itu juga menunjukkan bahwa pemerintah, khususnya kejaksaan dan kepolisian, tidak mengenal rakyat Indonesia dengan baik. Yang mereka tahu hanya unjuk kekuatan dan senjata. Karena itu, mereka jadi plin-plan,” kata Roy.
Sunday, September 24, 2006
Posted @ 11:05 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment