Friday, September 22, 2006

SUARA PEMBARUAN DAILY
Tetap Tolak Vonis, Tibo Cs Siap Dieksekusi

Polisi berjaga-jaga di Lembaga Pemasyarakatan Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (20/9), menjelang eksekusi terpidana mati Fabianus Tibo dan kawan-kawan yang dijadwalkan berlangsung Jumat (22/9) dini hari. Ribuan polisi dikerahkan ke Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah itu untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan berkaitan dengan rencana eksekusi tersebut. [AP/Achmad Ibrahim]
[PALU] Tiga terpidana mati kasus Poso, yaitu Fabianus Tibo, Dominggus da Silva dan Marinus Riwu menyatakan siap dieksekusi mati oleh regu tembak, yang rencananya akan dilakukan Jumat (22/9) dini hari. Meski demikian, ketiganya tetap menyatakan tidak bersalah dan menolak vonis mati.
Kesiapan ketiganya menghadapi ajal itu disampaikan oleh Pastor Jimmy Tumbelaka, Kamis (21/9). Sehari sebelumnya Pastor Jimmy yang menjadi pendamping rohani ketiga terpidana mati, menerima pesan terakhir dari Tibo Cs.
Menjelang pelaksanaan eksekusi mati, ketiga terpidana mati juga menerima sakramen dalam tradisi Gereja Katolik, yakni sakramen pertobatan, ekaristi dan minyak suci. Penerimaan tiga sakramen itu dilayani Pastor Paroki Santa Theresia Poso, Jimmy Tumbelaka.
Sakramen pertobatan dan ekaristi telah diterima ketiganya Kamis (21/9) pagi, di ruang isolasi khusus terpidana mati Lapas Kelas IIA Palu. Sedangkan sakramen minyak suci baru akan dilaksanakan 10 menit sebelum eksekusi oleh regu tembak yang direncanakan Jumat (22/9) dini hari. Dalam sakramen minyak suci, kedua telapak tangan dan dahi ketiga terpidana akan diolesi minyak, sebagai bekal menghadapi kematian dan tanda penyerahan jiwa kepada Tuhan.
Ikut mendampingi dalam prosesi itu Robertus Tibo (29), anak Fa-bianus Tibo. Robertus sejak Senin lalu mengunjungi ayahnya setiap hari di ruang isolasi Lapas Palu.
"Saat ini tak ada lagi tangis dan air mata. Air mata kami sudah kering. Terlalu lama kami berjuang pergi ke mana-mana mencari keadilan untuk ayah serta Om Dominggus dan Marinus, tapi kami tidak pernah menemukannya. Kami sudah pasrah sepenuhnya pada kehendak Tuhan," ucap Robertus.
Menurut rencana, eksekusi ketiga terpidana akan dilaksanakan Jumat dini hari. Tidak diketahui persis jam berapa waktu eksekusi.
Informasi yang berhasil dikumpulkan Pembaruan menyebutkan, seusai menerima pelayanan rohani pada Kamis pagi, ketiga terpidana kemungkinan besar dipindahkan dari Lapas Palu ke suatu tempat yang sangat dirahasiakan. Setelah itu pada Kamis tengah malam mereka dibawa ke tempat eksekusi.
Sumber di Polda Sulteng menyebutkan, seusai dieksekusi, tiga jenazah terpidana kemungkinan langsung diterbangkan dengan helikopter. Jenazah Tibo dan Marinus ke Desa Beteleme Tua dan Malores, Morowali, sedangkan jenazah Dominggus diterbangkan ke Flores, Nusa Tenggara Timur.
Namun Pastor Jimmy mengingatkan aparat penegak hukum tidak mengabaikan empat pesan terakhir Tibo Cs. "Salah satu permintaan terakhir ketiga terpidana adalah setelah dieksekusi jenazah mereka harus disemayamkan di Gereja Katolik Santa Maria, Palu, dan didoakan oleh keluarga dan gereja. Saya mau katakan, wewenang negara hanya sampai pada mengeksekusi mati mereka. Tapi jenazah para korban dari ketidakadilan itu, setelah dieksekusi, sudah menjadi milik keluarga," tandasnya meng-ingatkan.
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) mengirim surat ketiga kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar menangguhkan hukuman mati terhadap Fabianus Tibo Cs. Pertimbangannya, saat ini berdasarkan saluran komunikasi yang dihimpun PGI jika pemerintah memaksakan mengeksekusi, kepercayaan masya- rakat terhadap pemerintah dan bangun kerukunan umat beragama akan menjadi rusak.
"Di samping itu, masih ada 16 saksi yang harus dimintai keterangan mengenai kesalahan yang dilakukan oleh Fabianus Tibo," kata Wakil Sekretaris Umum PGI Pendeta Weinata Sairin.
Siaga Satu
Sementara itu, Kapolda NTT Brigjen Polisi RB Sadarum mengatakan, wilayahnya dalam kondisi siaga satu, menjelang eksekusi tiga terpidana mati kasus Poso. Khusus di Kota Maumere, Flores, disiagakan 950 personel TNI dan Polri.
Terkait hal itu, Wakil Gubernur NTT Frans Lebu Raya dalam imbauan tertulisnya, Kamis (21/9) pagi, mengimbau kepada para bupati, ketua DPRD dan seluruh komponen masyarakat untuk menghargai dan menghormati proses hukum terhadap kasus Tibo Cs.
Secara terpisah Kapolres Sikka Ajun Komisaris Besar Polisi Endang Syafruddin ketika dihubungi di Maumere, pagi tadi, mengatakan, meskipun kondisi keamanan di Maumere kondusif, namun tetap dinyatakan siaga satu, sesuai perintah Kapolda. [128/120/E-5]
Fabianus Tibo:
"Kami tidak takut dengan eksekusi ini. Kami siap dieksekusi meski kami menolak eksekusi ini. Kami tidak bersalah. Dengan keluarga, kami merasa sangat berat. Kami telah menelantarkan mereka selama ini. Kami hanya mampu berdoa untuk mereka agar memaafkan kami. Terima kasih untuk semua pihak yang bantu keluarga selama ini. Terima kasih pula untuk semua orang yang mengusahakan supaya kebenaran dan keadilan diungkap dan ditegakkan. Kami merasa bahwa Tuhan memberikan yang terbaik selama ini."
Marinus Riwu:
"Untuk eksekusi ini saya tidak takut. Saya tidak bersalah, tapi saya siap menghadapi kematian ini. Saya yakin di surga akan berjumpa suatu saat dengan istri dan anak.
Saya sungguh merasa kuat. Sudah enam tahun lebih saya berdoa di sini. Saya selalu bertanya apa yang sebenarnya yang dituduhkan kepada kami? Ini hanya upaya melindungi 16 nama. Tangan saya bersih dari darah."
Dominggus da Silva:
"Saya cuma numpang lewat di Jamur Jaya (Kabupaten Morowali), tapi akhirnya saya harus ada di sini. Hidup dan mati, Tuhan yang menentukan, maka saya tidak takut menghadapi masalah ini.
Keadilan tidak berpihak kepada kami, masyarakat kecil. Kurang lebih tujuh tahun kami ungkapkan kebenaran, tapi selalu dibungkam aparat penegak hukum. Walaupun saya sudah mati, saya tetap tidak terima eksekusi mati itu."
Last modified: 21/9/06

No comments: