Komentar, 26 September 2006
Kapolda Akui Tibo Cs Didor 6 Peluru Tajam
Menurut Badruddin, ekse-kusi yang dilakukan terhadap Tibo cs sudah sesuai protap. Katanya, berdasarkan UU No 2 Tahun 1964 yaitu mengenai “tata cara pelaksanaan huku-man mati’’, disebutkan ter-eksekusi dilakukan dengan cara tembak hingga mati. Tidak disebutkan berapa jumlah pelurunya. “Kita su-dah melakukan sesuai per-aturan,” kata Badruddin kepada Komentar via telepon selularnya. Kapolda mengurai, eksekusi itu dilakukan oleh satu regu tembak yang terdiri dari 12 orang, dan dari 12 orang berisi 6 peluru tajam. “Jadi seharusnya 6 peluru yang mengenai dadanya,” ungkap kapolda. Sedangkan soal tu-dingan penganiayaan, diban-tahnya. “Itu tidak betul. Itu hanya isu saja, sebab terpida-na tidak berontak, bahkan matanya ditutup pun tidak mau,” jelas kapolda. Secara terpisah pihak Mabes Polri melalui Kabid Penum, Kombes Bambang Kuncoko mengamini prosedur yang dilakukan eksekutor terhadap Tibo cs. “Eksekusi yang dila-kukan sesuai prosedur yang ada,” katanya saat ditemui koran ini di Mabes Polri. Dia juga menepis adanya penyik-saan. “Itu tidak ada.”Seperti diketahui Poso Watch Network (PWN) melalui Henoch Saerang kepada me-ngatakan, sesuai prosedur pelaksanaan hukuman mati/tembak, hanya ada satu pe-luru yang menembusi korban terpidana mati. ‘’Tetapi saat jenazah Dominggus digali kembali, ternyata ada lima lubang peluru di tubuhnya, tangannya juga patah,’’ ung-kap Saerang. Berikut, PWN juga meng-ungkapkan, di Beteleme, pada jazad Tibo terdapat 6 lubang, dan Marinus 5 lubang peluru. ‘’ Marinus, wajahnya remuk,’’ kata PWN, sehingga mereka menduga terpidana mati dite-ngara disiksa terlebih dahulu di suatu tempat. PWN juga menilai, pemaksaan eksekusi Tibo cs adalah hasil dari se-buah peradilan sesat. ‘’Kami punya bukti-bukti fisik terhadap jazad korban dan foto,’’ tukasnya. USKUP SUWATANUskup Manado Mgr Yoseph Suwatan MSC turut angkat bi-cara soal dugaan penyiksaan Tibo cs. Suwatan mengata-kan, sejauh ini dirinya tidak pernah mendapat laporan resmi bahwa Tibo cs disiksa sebelum dieksekusi.“Saya mendapat laporan dari pengacara Tibo cs, me-reka mengatakan bahwa tiga terpidana mati ini tidak di-siksa. Memang di tubuh me-reka terdapat beberapa lo-bang peluru, tapi soal disiksa itu hanya isu belaka,” tegas-nya. Menurut keyakinan Uskup Suwatan, pihak kejaksaan dan kepolisian tidak mungkin melakukan penyiksaan ter-hadap Tibo cs. Dan hal ini dibuktikan dengan penga-kuan pengacara tiga terpida-na mati yang telah dieksekusi tersebut. “Yang saya tahu dan hal ini benar bahwa pihak Kejaksaan tidak mengizinkan dilakukannya misa requiem (misa arwah) dan beberapa permintaan Tobo cs lainnya. Jadi tidak mungkin ada pe-nyiksaan sebelum eksekusi,” ujarnya.Karena itu, dirinya meminta semua pihak untuk tidak memberikan pernyataan-per-nyatan yang justru berdam-pak pada terciptanya konflik yang lebih jauh. Pasalnya, se-kalipun Tibo cs sudah diekse-kusi mati, namun perjuangan untuk menegakkan keadilan dan kepastian hukum terha-dap kasus ini dan kasus-ka-sus lainnya akan tetap ber-lanjut.“Mari kita ciptakan kondisi yang mendukung perjuangan kita menegakkan keadilan di daerah ini. Jangan ada yang memancing di air keruh dengan mengeluarkan statemen yang bisa merunyamkan persoalan. Dan kepada masyarakat saya imbau untuk tidak terpancing dengan isu-isu seperti ini, tapi kita tetap berdoa dan berjuang demi tegaknya keadilan di negeri ini,” ajaknya.(imo/zal)
Tibo Cs Dieksekusi, Parpol Italia Bereaksi
EKSEKUSI mati atas Fa-bianus Tibo cs tak hanya me-micu aksi di Indonesia, tetapi juga di mancanegara. “Kami mempertanyakan eksekusi mati itu,” ujar pemimpin par-tai sayap kanan Pier Fer-dinando Casini.Seruan aksi ini telah dibawa ke media Italia, dan mendapat dukungan dari beberapa partai yang tergabung dalam koalisi pemerintahan kanan tengah.Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Martinus Riwu dieksekusi pada Jumat 22 September lalu. Setelah ekse-kusi, Juru Bicara Pemerintah Italia, Federico Lombardi, mengungkapkan kesedi-hannya. Eksekusi itu me-nurutnya adalah berita yang sangat menyedihkan. Huku-man itu pun dinilai Lombardi sebagai penaklukan kemanu-siaan. Kedutaan Besar RI di Roma, Italia, dilaporkan bakal didatangi orang-orang ber-unjuk rasa dalam waktu dekat ini.(dtc/*)
Tuesday, September 26, 2006
Posted @ 7:36 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment