Friday, September 29, 2006

Komentar, 29 September 2006
Rening: Ini semakin perkuat adanya kesalahan prosedur
Polisi Takut Tibo Cs Diotopsi Independen

Koordinator Penasehat Hu-kum Fabianus Tibo cs, Roy Re-ning menuding polisi takut de-ngan otopsi independen terha-dap jasad 3 tereksekusi mati ka-sus Poso tersebut. Ketakutan ini dinilai memperkuat dugaan kesalahan prosedur eksekusi.“Semakin polisi ketakutan adanya otopsi Dominggus, semakin memperkuat adanya kesalahan prosedur dalam eksekusi Tibo cs. Jika memang sesuai prosedur, tentu saja tidak takut,” cetus Koordinator Penasihat Hukum Tibo cs Roy Rening, Kamis (28/09).Seperti diberitakan, Kadiv Humas Polri Irjen Pol Paulus Purwoko meminta keluarga Dominggus tidak tergesa-gesa mengotopsi. Mereka diminta berkonsultasi dengan Kapolda NTT Brigjen Pol Robertus Sa-darum.Permintaan terakhir ini di-tanggapi Roy Rening tak rele-van. “Otopsi tidak ada kaitan-nya dengan Polda NTT, karena ini betul-betul permintaan ke-luarga,” ujar Roy seperti dian-sir detik.com. Otopsi ini diper-lukan untuk mendapatkan bukti-bukti pelanggaran pro-sedur yang dilakukan pihak ke-polisian dan kejaksaan. Bukti-bukti ini nanti dibawa ke dunia internasional.“Kita akan menemui Uni Ero-pa, Komisi HAM PBB, dan Mah-kamah Internasional melapor-kan keadaan baik sebelum, saat dan sesudah eksekusi. Ki-ta akan buat laporan lengkap se-telah visum ketiganya selesai,” jelas Roy. Seperti diketahui, sampai ke-marin, pihak keluarga dan pe-ngacara belum mendapatkan hasil visum dan berita acara resmi eksekusi ketiga terpidana tersebut. Itu sebabnya pihak keluarga melakukan visum sendiri yang dilakukan oleh dokter-dokter independen.“Tidak ada satu pun penga-cara dan keluarga yang menda-pat visum. Ini skenario yang disusun sehingga meyakinkan adanya kesalahan prosedur,” ucap Roy. Pihak keluarga, penasehat hukum dan pembimbing rohani tidak diperbolehkan mendam-pingi Tibo cs sebelum, saat dan sesudah eksekusi. Padahal menurut Penetapan Presiden No 2/1964 tentang Tata Cara Hukuman Mati, ke-beradaan pembimbing rohani mutlak ada mendampingi ter-eksekusi.MAKAM DOMINGGUS Sementara itu dipeorleh kabar, keluarga Dominggus da Silva, salah seorang dari tiga ter-pidana vonis mati dalam kasus kerusuhan Poso, telah memba-talkan rencana membongkar makam Dominggus yang se-mula dicurigai dianiaya sebe-lum dieksekusi. Hal ini disam-paikan Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Paulus Purwoko di Ja-karta, Kamis (28/09)“Saya baru dapat kabar dari Polda NTT bahwa keluarga Do-minggus membatalkan niatnya untuk membongkar makam,” kata Purwoko. Saat ditanyai, Purwoko mengaku tidak tahu pasti penyebab batalnya niat tersebut. Namun dia memper-kirakan, telah ada upaya dari pemuka agama yang bisa meya-kinkan pihak keluarga bahwa Dominggus tidak dianiaya sebe-lum dieksekusi.“Bahkan, Uskup Mgr. Yo-seph Suwatan dari Manado juga telah menjelaskan bahwa isu Dominggus dianiaya dan ditusuk dengan sangkur tidak benar,” katanya. Rohaniwan yang mendampingi eksekusi Dominggus pun juga telah menjelaskan bahwa tidak ada penganiayaan terhadap Do-minggus sebelum dieksekusi. Uskup Melky Taroreh, yang memimpin misa di lembaga pemasyarakatan (lapas) saat mengantar Dominggus ke-luar lapas untuk menghadapi eksekusi, juga menyatakan hal yang sama, yakni mereka baik-baik saja. “Bahkan, Tibo sempat ber-pesan kepada keluarganya untuk tidak ada dendam pasca-eksekusi,” katanya. (dtc/zal)

No comments: