Komentar, 20 September 2006
Tolak jas dan peti mati pemerintah
Tibo Cs Tinggalkan ‘Souvenir’ untuk SBY
Pelaksanaan eksekusi yang sebelumnya disampai-kan Kamis (21/09), bergeser menjadi Jumat (22/09) dini hari nanti. Sehubungan de-ngan eksekusi tersebut, Fa-bianus Tibo cs telah me-nyiapkan ‘souvenir’ khusus untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yakni berupa pesan kepada kepala negara yang akan di-sampaikan lewat media massa. Lalu apa isi pesan terakhir Fabianus Tibo, Dominggus da Silva dan Marinus Riwu tersebut? Pihak pendamping Tibo cs belum menyebutkan-nya, namun isinya terkait pe-nolakan hukuman mati dan apa yang menimpa Tibo cs sendiri. Pesan untuk SBY ini sebenarnya sudah disiapkan sejak Agustus lalu. Selain pesan tersebut, terpi-dana mati kasus kerusuhan Poso itu menyatakan menolak mengenakan jas dan peti mati yang disediakan pemerintah. “Jika proses eksekusi tetap di-paksakan, ketiganya menolak mengenakan jas dan peti mati yang disediakan pemerintah,” kata Pastor Jemmy Tumbela-ka seusai menjenguk ketiga terpidana di LP Petobo, Jalan Dewi Sartika Palu, Selasa (19/09).Pastor Tumbelaka yang juga rohaniwan ketiga terpidana berkunjung ke LP Petobo ber-sama Roy Rening, anggota tim kuasa hukum ketiga terpida-na, dan putra sulung Tibo, Robert Tibo. Kunjungan orang-orang dekat para ter-pidana ini mendapat penga-walan seorang jaksa. Menurut Tumbelaka, penolakan ketiga terpidana atas fasilitas peme-rintah itu merupakan bentuk protes dan penolakan pelak-sanaan eksekusi mereka.Karena itu, lanjut dia, pe-ngurus Gereja Katolik Santa Maria Palu akan mempersiap-kan stelan jas dan peti mati buat ketiga terpidana jika ek-sekusi benar-benar dilaksa-nakan. Tumbelaka juga me-ngatakan, ketiga terpidana kembali mengajukan empat permintaan terakhir, yakni je-nazah mereka sebelum dike-bumikan terlebih dahulu dise-mayamkan di Gereja Santa Maria Palu selama sehari untuk dilakukan misa arwah oleh Umat Katolik setempat.Permintaan kedua, Tibo dan Marinus berharap dimakam-kan di Desa Beteleme, Keca-matan Mori Atas, Kabupaten Morowali (tetangga Kabupa-ten Poso), sementara Doming-gus meminta dikembalikan kepada keluarganya di Flores (NTT) untuk dikebumikan.Ketiga terpidana juga me-minta agar orang-orang yang mendampingi mereka saat menghadapi regu tembak adalah Uskup Manado (mem-bawahi wilayah pastoral Sul-teng) Uskup Joseph Suwatan, Pastor Jemmy Tumbelaka (Pastor Paroki Santa Theresia Poso), Pastor Melky Toreh (Pastor Paroki Santa Maria Palu) dan Roy Rening (Ko-ordinator Padma Indonesia). Dan permintaan keempat ter-kait pesan terakhir kepada Presiden Susilo Bambang Yu-dhoyono yang disebutkan tadi. “Permintaan terakhir ini ju-ga disampaikan saat menje-lang jadwal eksekusi 12 Agus-tus lalu,” kata Pastor Tumbe-laka, seraya menambahkan, ketiga terpidana mati hingga kini terlihat tegar menghadapi eksekusi.Sementara itu, Mantan Pre-siden KH Abdurrahman Wa-hid (Gus Dur) mengaku sudah berusaha maksimal meng-upayakan penundaan ekse-kusi terhadap Tibo cs. Kepada wartawan setelah membuka Kongres I Asosiasi Pendeta Indonesia (API) di Ja-karta, Selasa, Ketua Umum Dewan Syura Partai Kebang-kitan Bangsa (PKB) hasil Muktamar Semarang itu juga mengaku telah menghubungi Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh.“Soal Tibo saya sudah men-coba untuk menunda (ekse-kusinya). Saya telepon Jaksa Agung, tapi katanya (ekseku-si) tetap. Ya sudah, mau bi-lang apa,” katanya. Gus Dur mengaku kecewa bahwa eksekusi terhadap Tibo cs te-tap akan dilaksanakan meski banyak pihak yang ingin me-nunda eksekusi demi meng-ungkap aktor intelektual kerusuhan Poso. Bahkan, ada pula pihak yang meragukan peran besar Tibo cs dalam kerusuhan itu.“Itu (eksekusi, red) melang-gar Islam. Dalam Islam, kalau masih ragu-ragu, jangan di-lakukan,” kata mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nah-dlatul Ulama (PBNU) tersebut. Sementara Roy Hening mene-gaskan, hingga saat ini, Tibo cs belum mau meneken ekse-kusi mati, karena yang ber-sangkutan saat tengah meng-upayakan pengajuan grasi kedua kepada Presiden SBY. Sedangkan Jaksa Agung Ab-dul Rahman Saleh mengaku sudah menerima laporan dari Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sulawesi Tengah atas rencana eksekusi mati Tibo cs. “Sudah ada laporan dari Kajati setempat Senin lalu (18/09), bahwa eksekusi akan dilaksanakan Jumat,” papar Arman. Ditanya soal jaminan tidak adanya penundaan kembali atas eksekusi mati Tibo cs tersebut, Arman hanya me-ngatakan, bahwa proses hu-kum terhadap mereka sudah inkrah sehingga tidak ada alasan lain bagi jaksa sebagai eksekutor untuk memba-talkan. Di sisi lain, secara terpisah Kontras keberatan dengan eksekusi mati Tibo cs. Sebab Tibo cs masih punya hak me-ngajukan grasi kedua sesuai UU Nomor 22 Tahun 2002. “Berarti Tibo cs memiliki hak untuk menolak eksekusi se-tidaknya sampai 10 November 2007,” ujar Koordinator Kon-tras Usman Hamid di kan-tornya, Selasa (19/09).Selain itu, eksekusi mati telah mengingkari konstitusi dan menghindar dari dialog publik soal hukuman mati. “Hak atas hidup dijamin dalam UUD 1945, khususnya pasal 28i. Eksekusi ini meng-hindari upaya dialog publik tentang pro kontra hukuman mati,” tegasnya. Padahal, kata Usman, pe-nundaan eksekusi tidak akan meruntuhkan wibawa peme-rintah. “Penundaan hukuman mati sama sekali berbeda de-ngan membebaskan seseo-rang dari kesalahannya. Pe-merintah tidak perlu panik kehilangan wibawa,” ujarnya. Pada kesempatan yang sama aktivis dan Koordinator Masyarakat Bhinneka Tunggal Ika, Ratna Sarumpaet, mene-kankan keragu-raguan sikap pemerintah dalam kasus Tibo.“Dari dulu kasus Poso mem-punyai benang keraguan, ter-masuk Tibo ini. Tidak bisa menghukum mati kalau masih ada keraguan,” kata Ratna. Karena itu, Ratna meminta pemerintah untuk memikirkan dan merenungkan kembali keputusannya. “Tidak ada salahnya pemerintah merenung kembali, tahajud dan tanya pada hati nurani. Jika yakin lakukan, tapi kalau tidak jangan,” sarannya.(dtc/rmc/zal)
Wednesday, September 20, 2006
Posted @ 7:25 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment