Monday, September 25, 2006

RS, Sabtu, 23 September 2006
Peti Mati dan Jas Diganti
Tibo-Marinus Akan Dikubur Berdampingan

MOROWALI- Jenazah almarhum Fabianus Tibo (60) dan Marinus Riwu (48) tiba di Soroako, Sultra, sekitar pukul 10.00 wita setelah dibawa dengan dua pesawat khusus Polri dari Bandara Mutiara Palu pukul 06.30 wita, kemarin (22/9). Dari Soroako, kedua jenazah kemudian dibawa ke Beteleme, Kecamatan Lembo, Kabupaten Morowali melalui perjalanan darat.
Jenazah baru tiba di Beteleme sekitar pukul 12.30 wita dan dibawa ke Gereja Santa Maria Beteleme Tua, untuk disemayamkan. Beteleme Tua berjarak sekitar 35 km dari kota Kolonodale.
Sempat terjadi keributan saat iringan mobil jenazah melintas di depan Puskesmas Beteleme. Keluarga Tibo dan Marinus serta massa tampak kesal kaena iringan kendaraan yang mengantar mobil jenazah tidak melintas di depan rumah duka Tibo di Beteleme Tua.
Jalan utama ini memang sedianya akan melewati rumah duka keluarga Fabianus Tibo. Karena tidak lewat di situ, massa yang sudah berkumpul di jalan berusaha menahan mobil jenazah. Namun kendaraan itu tetap mengarah ke Gereja Santa Maria, tepatnya di belakang Mapolsek Lembo.
Setibanya di Gereja Santa Maria, keluarga almarhum Tibo dan Marinus serta warga lainnya yang datang dari berbagai penjuru itu, tampak menangis mengelilingi Gereja Santa Maria yang sudah dijaga ketat puluhan aparat.
Sampai tadi malam, belum ada kepastian kapan Tibo dan Marinus dimakamkan. Menurut Yan Kasiala, keluarga Fabianus Tibo, yang ditemui Radar Sulteng di rumah duka menyebutkan, pihaknya masih menunggu kedatangan istri Tibo, Nurlin Kasiala dan dua anaknya Robertus dan Boby.
Yan juga mengatakan, pemakaman belum dilakukan karena kuburan untuk kedua jenazah belum digali. Ini karena belum adanya kepastian apakah kuburan akan digali di tanah keluarga Tibo atau di pekuburan umum. ''Kami belum tahu, menunggu Nurlin, istri Tibo yang diperkirakan malam ini (kemarin malam) tiba dari Palu,'' kata Yan Kasiala.
Sementara itu, keluarga Marinus Riwu yang selama ini tinggal di wilayah transmigrasi Desa Malores, Kecamatan Petasia, baru tiba di Beteleme Tua sekitar pukul 17.00 wita. Sekitar pukul 18.00 wita keluarga Tibo dan Marinus meminta untuk mengganti peti mati serta jas yang dipakaikan kepada Tibo dan Marinus. Petugas medis dari Puskesmas Beteleme kemudian mengganti jas Tibo dan Marinus. Sementara di luar gereja pelayat melakukan ibadah puji-pujian.
Keterangan yang diperoleh menyebutkan, jenazah Marinus tidak akan dimakamkan di Malores tetapi dimakamkan bersama-sama dengan Fabianus Tibo. ''Istri dari Pak Marinus sudah setuju kalau suaminya dikuburkan berdekatan dengan Pak Tibo,'' kata Anton yang ditunjuk keluarga Marinus sebagai juru bicara.
Diperloleh keterangan bahwa misa dalam rangka pemakaman Tibo dan Marinus akan dipimpin pastur dari Palu. Menurut rencana Pendeta Renaldy Damanik dari GKST akan hadir pada misa itu sekaligus memberikan sambutan.
Sekadar diketahui, Fabianus Tibo masuk ke Beteleme pada tahun 1993. Sebelumnya Tibo yang menjadi warga trans asal NTT bermukim di Luwuk, Kabupaten Banggai. Selama di Beteleme, Tibo bekerja di Perkebunan Inti Rakyat (PIR) sampai tahun 1999.
Tibo memiliki tiga anak hasil pernikahannya dengan Nurlin Kasiala. Ketiga anaknya masing-masing Robert, Boby dan Hengky. Rumah Fabianus Tibo di Beteleme Tia dibakar massa pada kerusuhan pada 10 Oktober 2003 lalu. Sementara Marinus Riwu yang juga bekerja di perkebunan sawit di Malores mempunyai dua putra dan satu putri.
Sementara itu, kemarin umat Katolik melakukan misa Misa Requim (misa arwah) di Gereja Santa Maria, Jalan Tangkasi, Palu Selatan. Misa yang dimulakan pukul 09.00 wita Jumat (22/9) dipimpin langsung Uskup dari Manado Mgr Yosef Suwatan MSc.
Prosesi misa berjalan khidmad yang ditandai dengan penyampaian doa bagi Tibo cs dan khsususnya bagi keluarga yang telah ditinggalkan agar tetap diberi ketabahan dan kekuatan iman. Selanjutnya pada misa puncak dilaksanakan pembagian hosti kepada anak dan keluarga Tibo Cs oleh Mgr Yosef Suwatan.
Turut pula mendampingi uskup dalam misa requim tersebut adalah pastur Melky Toreh, pastur Benny, pastur Alex Palino, pastur Nober dan pastur Jemmy Tumbelaka. Melky Toreh menyampaikan pesan-pesan terkait dengan eksekusi mati Tibo Cs. Dia mengatakan, dengan kejadian tersebut jangan sampai ada yang terpancing sehingga memperkeruh suasana.
Dia mengajak jemaatnya untuk menciptakan damai di daerah dengan tetap saling menghargai antara satu dengan yang lainnya. "Kita sebagai warga jemaat, janganlah permasalahan ini semakin diperkeruh oleh ulah yang tidak bertanggung jawab, akan tetapi marilah kita saling mengampuni dan jangan sampai terpancing. Mari kita buktikan dalam kehidupan kita sehari-hari mulai saat ini," katanya.
Di antara jemaat yang hadir terdapat siswa dari sekolah yang dinaungi Yayasan Pendidikan Katolik. Mereka memang diliburkan sehari untuk mengikuti misa reqium untuk Tibo cs.(ttn/suf)

No comments: