Komentar, 22 September 2006
Tibo cs dieksekusi pukul 00.00 WITA
Turut Berdukacita
Dua buah ambulans keluar dari Lembaga Pemasyarakatan Petobo, Palu dini (22/09) hari tadi Pukul 00.40 Wita. Dua mobil ini membawa jasad Fabianus Tibo, Marinus Riwu dan Dominggus da Silva yang telah terbujur kaku. Duka cita kami menyertaimu Tibo cs. Sebuah informasi dari sumber terpercaya di Palu menyebutkan, Fabianus Tibo dkk sudah dieksekusi sejak Pukul 00.00 Wita. ‘’Sudah dieksekusi daripukul 12 tadi (malam),’’ kata sumber yang adalah seorang perwira polisi. Senada di-sampaikan Uskup Mgr Yoseph Suwatan yang saat dihubungi koran ini Pukul 02.00 Wita, sedang berada di rumah duka para tereksekusi. Informasi lainnya diperoleh, 12 Tamtama dari tim Brigade Mobil Polda Sulteng telah melakukan eksekusi di sebuah tempat yang tidak disebutkan sampai dini hari tadi. Hujan lebat di Palu, menambah sulit wartawan untuk mendeteksi di mana lokasi eksekusi dilaku-kan. Sesuai prosedur eksekusi berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1964 tentang Tatacara Pelaksanaan Huku-man Mati, dilakukan dengan ditembak. Eksekusi dilaksana-kan di tempat terbuka dan dila-kukan sesederhana mungkin.Sementara untuk pelaksa-naan eksekusi, dilakukan seca-ra serempak. Setiap terpidana dieksekusi oleh empat penem-bak, satu di antaranya meng-gunakan peluru tajam. Kedua mata terpidana ditutup kain. Sedangkan jika tereksekusi belum mati juga, petugas akan menembak kepala terpidana.Tadi malam hingga dini hari tadi, umat Katolik di Manado berbaur dengan komponen dari GMIM dan Pantekosta menyatu menggelar doa bersama di Ge-reja Kathedral, Jalan Sam Ra-tulangi. Sejumlah warga yang ditemui menyatakan penye-salan atas penolakan permin-taan terakhir Tibo cs untuk pelaksanaan Misa Requiem untuk arwah mereka di Santa Maria Jalan Tangkasi Palu. Uskup Manado Mgr Yoseph Suwatan MSC mengatakan, penolakan Misa Requiem hanya karena alasan keamanan sa-ngat tidak masuk akal. “Tidak baik jika pihak kejaksaan me-nolak permintaan terpidana mati untuk dilakukan misa requiem usai pelaksanaan eksekusi,” ungkapnya.Bahkan, pemimpin umat Ka-tolik di Suluttenggo ini men-jelaskan, sangat tidak masuk akal jika alasan penolakan tersebut hanya untuk menjaga keamanan. Pasalnya, tidak mungkin umat Katolik mela-kukan keributan atau merusak keamanan di gereja selama berlangsungnya Misa Requiem.“Semua umat Katolik tahu bahwa yang namanya misa ti-dak mungkin dilakukan keri-butan atau apalah yang meng-ganggu keamanan. Justru me-reka akan datang dan khusuk berdoa untuk keselamatan ar-wah yang meninggal,” jelasnya. Hal senada dikemukakan Sekretaris Keuskupan Manado Pastor John Lengkong MSC. Menurutnya, jika penolakan digelarnya misa requiem adalah karena alasan keamanan, maka alasan pihak kejaksaan sangat irasional. “Misa requiem itu kan tradisi Gereja Katolik untuk meng-hormati dan mendoakan arwah yang meninggal. Dan proses semayam di gereja sudah lazim dilakukan dan sangat dihor-mati seluruh umat Katolik. Karena itu dalam suasana yang khusuk di gereja sangat tidak mungkin umat Katolik ber-keinginan melakukan keribu-tan. Dan seluruh umat Katolik tahu itu,” ujarnya.Malah Lengkong menilai alasan yang dikemukakan pihak kejaksaan terlalu di buat-buat. Pihak kejaksaan dinilai hanya mencari-cari alasan yang sangat tidak masuk akal. “Kalau dikatakan karena alasan kea-manan, lalu untuk apa mereka mengirim banyak pasukan polisi dan tentara di daerah tersebut. Kan banyak pasukan yang akan menjaga keamanan. Mengapa harus melarang seperti itu?,” tukasnya.Karena itu, Lengkong me-negaskan pihak Keuskupan Manado menolak dengan tegas keputusan pihak kejaksaan yang tidak memenuhi satu dari tiga permohonan terakhir para terpidana mati, jika hal ter-sebut hanya karena alasan keamanan. Doa Bersama Sementara itu di sejumlah lokasi di gelar doa bersama untuk keselamatan Tibo cs tadi malam hingga dini hari tadi. Di aula Seminari Tinggi Hati Kudus Pineleng dan di Gereja Hati Tersuci Maria Katedral, ratusan umat Katolik ber-kumpul untuk mendoakan Tibo cs. Bahkan turut hadir dalam doa bersama tersebut dihadiri perwakilan dari semua agama. Para pendoa ini terlihat sa-ngat khusuk mendoakan ketiga terpidana mati. Bahkan sua-sana haru pun menyelimuti kelompok doa sepanjang pelak-sanaan doa bersama yang in-tensi-nya tidak hanya untuk Tibo cs, tapi juga untuk para penentu kebijakan melakukan eksekusi mati Tibo cs. Sulut benar-benar berduka. Diren-canakan pasca eksekusi, Sulut akan menggelar pawai ber-kabung dengan membawa krans dan kain hitam. Sementara Ketua DPD Gera-kan Angkatan Muda Krsiten Indonesia (GAMKI) Sulut Drs Djermia Damongilala MSi mengatakan, dengan adanya vonis hukuman mati sampai pada pelaksanaan eksekusi terhadap Tibo cs, menunjukan Presiden SBY telah gagal menjadi pengayom dan mampu memberikan rasa adil terhadap rakyatnya sendiri.“Tibo cs adalah sebuah kasus yang dipaksakan. Ini benar-benar menandakan Presiden takut menunjuk aktor dalang kerusuhan Poso yang sesung-guhnya. Masakan Tibo cs yang sesungguhnya warga penda-tang dari NTT dan petani men-jadi dalang kerusuhan Poso,” ujar Damongilala sambil mengatakan pihaknya men-doakan agar Tibo cs mendapat kehidupan kekal. Sementara menurut Sekre-taris BPC Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Manado Ebenheazer Liando, apa yang menimpa Tibo cs akan dikenang oleh semua lapisan masyarakat se-dunia. “Akan tercatat dalam sejarah bahwa penegakan supremasi hukum Indonesia menggu-nakan asas pilih kasih. Masa-kan Tibo cs yang disebut-sebut terkait kerusuhan Poso III mendapat hukuman mati, sementara kerusuhan lainnya tak ada yang bertanggung jawab. Hukuman kepada Tibo cs adalah sebuah kesalahan,” ucap Liando.(imo/tru/rik)
Friday, September 22, 2006
Posted @ 7:22 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment