Friday, September 22, 2006

Komentar, 22 September 2006
Curahan Hati Tibo Cs Jelang Ditembak Mati

Sebelum dieksekusi di depan regu tembak dini hari (22/09) tadi, Fabianus Tibo bersama Marinus Riwu dan Dominggus da Silva mengeluarkan unek-uneknya, sekaligus pesan khu-sus. Berbagai hal kemudian di-beberkan Tibo dkk yang di-dengar langsung Pastor Jem-my Tumbelaka ketika mene-mui mereka bersama anak Tibo, Robert, Rabu (20/09) lalu. Satu hal yang diminta secara bersama oleh Tibo, Marinus dan Dominggus, agar selepas kepergian mereka, polisi diha-rapkan menyeret 16 nama yang ikut terlibat dalam keru-suhan Poso pada 2001 silam. Sedangkan kepada anaknya Robert, Fabianus Tibo me-minta mempersiapkan pema-kamannya di kampung hala-man di Beteleme, Morowali, Sulteng. “Sekalipun ketiganya menolak dieksekusi, tapi se-cara mental mereka siap dan tidak takut menghadapi ekse-kusi,” kata Pastor Jemy.Pastor Jemy juga memberi-kan kesempatan kepada Tibo, Dominggus dan Marinus, un-tuk menyampaikan uneg-uneg-nya guna mempersiapkan men-tal mereka. Tibo menyatakan: Cukup bagi dirinya dan dua re-kannya, Dominggus dan Mari-nus, menjadi orang-orang yang dikorbankan dan tertindas dalam kasus kerusuhan Poso.Tibo juga mengimbau kepada Sri Paus dan uskup di seluruh dunia untuk selalu memper-juangan dan melawan segala bentuk penindasan yang ada di muka bumi. Tibo yang selama enam tahun dalam penahanan di LP Petobo aktif beribadah, mengaku ter-bebani dengan kondisi keluar-ga yang akan ditinggalkan. Se-bab selama dalam penjara, di-rinya tidak dapat memberikan nafkah hidup kepada istri dan ketiga putranya.“Saya berterima kasih kepa-da keluarga saya yang selama ini tabah menghadapi cobaan hidup. Saya juga berterima ka-sih kepada seluruh orang yang telah berjuang agar terbebas dari eksekusi,” kata Tibo se-bagaimana dituturkan Pastor Tumbelaka.Sementara Marinus, menga-ku tidak takut menghadapi eksekusi regu tembak, sebab eksekusi melapangkan jalan bagi dirinya untuk bertemu Tuhan. “Saya yakin, di surga kelak akan bertemu dengan istri dan anak-anak saya,” ujar Marinus.Namun Marinus juga merasa terbebani dengan keluarganya yang akan ditinggalkan, ka-rena keempat anaknya masih membutuhkan kasih sayang dan penghidupan. Sedangkan Dominggus yang masih lajang mengatakan, “Keadilan tidak berpihak pada kami masya-rakat kecil. Walaupun saya sudah mati, tapi saya tetap tidak terima eksekusi ini.”Menurut Robertus (anak Tibo), sudah seminggu Nurlin, ibunya, sakit dan dirawat di Rumah Sakit Gereja Kristen Sulawesi Tengah, Tentena. “Ibu selalu memikirkan Ba-pak,” katanya.Seperti diketahui, Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tengah (Kejati Sulteng) sendiri menolak empat permintaan terakhir Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu. Empat permintaan terakhir itu yakni jenazah mereka se-belum dikebumikan terlebih dahulu disemayamkan di Ge-reja Santa Maria Jalan Tang-kasi Palu selama sehari untuk dilakukan Misa Raquiem (ar-wah) oleh umat Katolik se-tempat.Berikutnya, Tibo dan Mari-nus berharap jazadnya dima-kamkan di Desa Beteleme, Kecamatan Mori Atas, Kabu-paten Morowali (tetangga Kab-upaten Poso), sementara Do-minggus meminta jenazahnya dikembalikan kepada keluar-ganya di Flores (NTT) untuk dikebumikan.Ketiga terpidana juga memin-ta agar orang-orang yang men-dampingi mereka saat meng-hadapi regu tembak, adalah Joseph Suwathan (Uskup Ma-nado yang membawahi wila-yah Pastorial Sulteng), Jemmy Tumbelaka (Pastor Paroki Santa Theresia Poso), Melky Toreh (Pastor Paroki Santa Maria Palu), dan Roy Rening (pengacara Tibo ddk dari PADMA Indonesia).Permintaan keempat dari para terpidana, yaitu akan menyampaikan pesan khusus kepada Presiden Susilo Bam-bang Yudhoyono melalui me-dia massa soal penolakan vo-nis mati yang dijatuhkan ke-pada mereka. Namun semua permintaan terakhir ini ditolak Jaksa Agus Setiawan, dengan mengatakan bahwa kewe-nangan pengurusan terhadap ketiga terpidana mati hingga proses penguburannya sudah menjadi urusan negara (dalam hal ini Tim Eksekutor). Kuasa hukum Tibo cs menilai, jaksa eksekutor telah melanggar HAM (Hak Azasi Manusia), karena telah meno-lak permintaan terakhir klien-nya saat akan dan setelah menjalani eksekusi.Roy Rening, Koordinator tim kuasa hukum dari PADMA (Pelayanan Advokasi dan Ke-manusiaan untuk Keadilan) Indonesia, mengatakan kewe-nangan eksekutor hanya sam-pai pada penembakan, pasca eksekusi sudah kewenangan keluarga. “Inilah pelanggaran HAM terberat yang dilakukan eksekutor,” kata Rening, usai mengikuti Misa Ekaristi ber-sama Fabianus Tibo, Doming-gus da Silva, dan Marinus Riwu di LP Petobo Palu, Kamis (21/09).Sedangkan Gus Dur di Se-marang menegaskan, eksekusi Tibo cs jelas-jelas melanggar agama. “Eksekusi melanggar agama Islam, karena dalam hadis untuk menghilangkan keraguan, yakni jika pihak ke-jaksaan ragu-ragu, jangan menjalankan. Jaksa Agung saja yang tidak memper-hatikan soal agama,” katanya. “Saya sudah telepon Jaksa Agung, tapi dia tetap ngotot me-lakukan eksekusi, karena dia tidak paham agama,” kata Gus Dur.(cpc/dtc/ihl)

No comments: