Friday, September 22, 2006

Radar Sulteng, Kamis, 21 September 2006
Jalur ke Lapas Ditutup, Satu Kompi Brimob Dikarantina

PALU- Pelaksanaan eksekusi terpidana mati kasus kerusuhan Poso semakin jelas. Meski waktu dan tempat masih dirahasiakan tapi aparat gabungan yang dilibatkan mengamankan Kota Palu dan sekitarnya semakin ekstra ketat.
Dijadwalkan hari ini (Kamis, 20/9), Jalan Dewi Sartika (mulai dari pertigaan depan kantor Bawasda hingga pertigaan Petobo), sebagai jalur utama melintas di depan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Palu akan ditutup untuk umum. Pengguna jalan disarankan memilih jalur alternatif. Ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya penyusupan dan gangguan Kamtibmas yang berakibat batalnya pelaksanaan eksekusi.
Kapolresta Palu AKBP Drs Atrial kepada Radar Sulteng, membenarkan rencana penutupan jalan utama yang menghubungkan Lapas Kelas II A Palu. Pasalnya, Jalan Dewi Sartika itu akan dijadikan tempat konsentrasi aparat melakukan pengaman. Aparat gabungan yang sebelumnya ngepos di pekarangan Lapas, sejak siang kemarin (20/9) langsung digeser keluar Lapas Kelas II A Palu. Hanya aparat khusus bertugas di areal Lapas hingga ring satu sekitar sel tiga terpidana mati ditahan.
Jumlah personel yang menjaga kawasan Lapas mencapai tiga peleton atau satuan setingkat kompi (SSK). Jumlah tersebut disebar di wilayah sekitar Lapas. Hampir semua persimpangan jalan di wilayah Birobuli Selatan disiagakan aparat, termasuk pasar Petobo. Sementara warga yang tinggal di komplek Lapas diberikan kartu khusus yang dikeluarkan langsung Kalapas Kelas II A Palu, Jhoni Priyatno. Warga yang tidak memiliki kartu khusus tidak diizinkan masuk ke areal Lapas.
Keterangan dari berbagai sumber menyebutkan, hingga kemarin (20/9) satu-satunya orang yang diberi kebebasan menemui Tibo Cs adalah Pastor Jemy Tumbelaka. Kehadiran rohaniawan untuk memberikan siraman rohani kepada Tibo Cs agar tambah menghadapi cobaan. Ketiganya juga mendapat dorongan moril dari petugas Lapas agar tabah dan rajin berdoa. Dari ketiga terpidana mati, Dominggus da Silva dan Marinus Riwu yang paling stress. Mereka berdua tidak bisa melihat seragam polisi dan Kejaksaan. Keduanya tampak trauma dan tidak segan langsung mengusirnya.
Pengawasan ketat di sekitar Lapas mengacu hasil pertemuan tertutup aparat gabungan di Polresta Palu, Senin malam lalu. Salah satu pembahasan adalah menyangkut pengamanan ketat di sekitar Lapas termasuk penutupan jalur dan pemberian tanda khusus kepada warga yang tinggal di sekitar Lapas. Petugas Lapas sendiri sejak Senin (18/9) langsung melakukan siaga satu. Semua petugas Lapas diharuskan menggunakan pakaian dinas lapangan (PDL).
BRIMOB DIKARANTINA///
Sementara untuk mengantisipasi hal terburuk di wilayah hukum Polda Sulteng, satu kompi pasukan elite Polri disiagakan di Mapolda Sulteng. Pasukan pemukul Polri untuk sementara ditampung alias dikarantina di gedung Torabelo Mapolda Sulteng. Mereka akan diterjunkan bila terjadi gangguan Kamtibmas yang berekskalasi tinggi.
Wakasat Brimoda Sulteng AKP Marten Wolor kepada Radar Sulteng, kemarin (20/9) mengatakan, satuan setingkat kompi Brimob disiagakan di Polda Sulteng. Jumlahnya seratus lebih. Jumlah tersebut belum termasuk personel eksekutor Tibo Cs.
Marten menjelaskan, personel brimob yang disiagakan di Polda Sulteng terkait operasi Kontijensi yang digelar sejak Selasa (19/9) lalu. Operasi ini akan berlangsung sebulan dan tergantung situasi dan kondisi Sulteng menjelang pelaksanaan eksekusi dan pasca eksekusi.
Di tempat terpisah Kabid Humas Polda Sulteng, AKBP M Kilat mengatakan, untuk mengantisipasi aksi teror dan pelaku kejahatan, sejumlah fasilitas umum dijaga, seperti bandara, pelabuhan, pertokoan, mal dan pusat keramaian lainnya. Yang lebih khusus lagi, kata mantan Kapolres Touna itu, pengamanan di sekitar Lapas mengingat tempat tersebut menjadi perhatian masyarakat menjelang pelaksanaan eksekusi Tibo cs.(lib)

No comments: