Thursday, September 07, 2006

Radar Sulteng, Rabu, 6 September 2006
Eksekusi Tibo Cs Dijadwal Kembali
Pendemo Sayangkan Sikap Kapolda

PALU - Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tengah berjanji akan menjadwalkan kembali eksekusi tiga terpidana mati kasus kerusuhan Poso, Fabianus Tibo, Dominggus da Silva dan Marinus Riwu.
"Kita akan melakukan koordinasi dengan Polda Sulteng. Dan soal eksekusi, masih akan dijadwalkan kembali waktunya," kata Plt Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sulteng, Mahfud Manan SH saat menerima pendemo yang menamakan diri, Forum Umat Bersatu Menuntut Keadilan (FUBMK) di kantor Kejati, kemarin (5/9).
Sayangnya, saat massa mengajukan batasan waktu, dan menghendaki eksekusi sebelum pertengahan bulan ini, Mahfud yang saat itu didampingi Humas Kejati Sulteng, Hasman AH SH, tidak bisa memberikan jawaban. Dalam pertemuan dengan pendemo, yang di dalamnya tergabung beberapa aliansi, di antaranya HMI-MPO, PII, PMII, Gema Pembebasan, KAMMI, IMM, IPNU dan BEM STAIN, juga tidak sempat melakukan dialog dengan Mahfud.
Pelaksana tugas, Kajati yang ditunjuk pasca Jahja Sibe tersebut, hanya memberikan penjelasan singkat, seraya pamit kepada massa dan langsung masuk menuju ruang kerjanya, yang dijaga ekstra ketat oleh pengamanan dari internal Kejati dan pihak kepolisian.
Kecewa tidak mendapatkan jawaban yang pasti, mengenai waktu pelaksanaan eksekusi, massa FUBMK yang mengusung lima tuntutan itu kemudian bergerak ke arah Mapolda Sulteng.
Dalam aksinya di depan Polda Sulteng, massa berniat untuk menghadiahkan mantan Kapolda Sulteng, Brigjen Pol Oegroseno yang kini menjadi pejabat di Mabes Polri, dengan seekor bebek yang diberi pita, yang melambangkan ketidakmampuan mantan Kapolda tersebut, menjalankan amanat hukum. Sayang niat itu tidak kesampaian.
Demikian pula ketika massa ingin menghadiahkan Kapolda Sulteng yang baru Kombes Pol Badrodin Haiti, dengan karangan bunga serta kontrak sosial, untuk bisa menegakkan hukum di Sulteng, termasuk menjadi eksekutor terhadap Tibo Cs, pun tidak kesampaian.
Kapolda Sulteng, yang ditemui lima perwakilan pendemo, enggan untuk turun menemui massa pengunjukrasa yang telah berhadap-hadapan dengan ratusan personel anggota Samapta, yang memasang pagar betis di sepanjang pintu masuk Mapolda Sulteng.
"Kapolda tidak mau turun. Beliau hanya bilang, bahwa tidak ingin kasus Tibo ini dipolitisir. Namun demikian, Kapolda menegaskan komitmennya untuk menegakkan hukum. Tapi bagi kami, sikap ini jelas sangat disayangkan, karena di balik kedatangan kami ini, tidak ada mengemban misi politik. Semuanya murni tuntutan demi keadilan bagi ribuan nyawa di Poso yang melayang sia-sia pada kerusuhan yang lalu."
"Jika memang berkomitmen ingin menegakkan hukum, tidak ada salahnya, jika Kapolda meluangkan waktunya sejenak, untuk bertaaruf (kenalan, red), dengan kami," tandas Rizal wakil pendemo dari IMM yang menyayangkan sikap ogah Kapolda, menemui pengunjukrasa.
Sikap orang pertama di Polda Sulteng yang tidak mau bertemu dengan pengunjukrasa itu, akhirnya berbuah kecaman. Massa kemudian meneriakkan beberapa kecaman dan yel-yel, yang intinya menyayangkan sikap Kapolda Sulteng, yang baru saja melaksanakan pisah sambut dengan pejabat Kapolda sebelumnya itu.
"Ibarat mau bertamu ke rumah orang, kita harus beri salam dan saling taa'ruf (kenalan,red) dengan tuan rumah. Tapi apa yang terjadi, kita ini umat Islam dan warga asli Sulteng, yang ingin silaturahim dengan Kapolda, dan bahkan mendatangi Mapolda, malah tidak diterima. Pak kapoldanya enggan meluangkan waktu, bersilaturahim dengan kami, jelas ini sangat kami sayangkan," tandas salahsatu pendemo yang langsung berteriak histeris, setelah mengetahui Kapolda Sulteng enggan menemui mereka.
Sayangnya tidak ada penjelasan resmi, mengenai sikap Kapolda Sulteng yang enggan menemui pendemo. Kabid Humas Polda Sulteng, AKBP Muh Kilat, juga tidak bisa banyak memberikan keterangan kepada pengunjukrasa. Kilat bersama Kapolresta Palu, AKBP Atrial, terlihat sibuk mengatur pasukannya, yang melakukan pengamanan di pintu masuk Mapolda.
Kecewa dengan sikap Kapolda, massa kemudian berinisiatif membakar karangan bunga, yang gagal diserahkan kepada Kombes Badrodin Haiti. Massa juga terus berorasi, dan mengatakan bahwa sikap Kapolda tersebut, dapat pula diartikan dengan keengganan aparat kepolisian di Sulteng, dalam menegakkan supremasi hukum.
Usai berorasi massa kemudian bergerak pulang. Sebagian massa yang berasal dari Palu Barat, memblokir seluruh badan jalan yang mereka lewati. Tidak ada satu pun kendaraan yang diizinkan melintas. Padahal di Jalan Sudirman, Hasanuddin serta Gajah Mada, siang kemarin, merupakan jam-jam sibuk kendaraan. Massa juga sempat singgah sebentar di bundaran Hasanuddin depan markas POM TNI, untuk berorasi. Terang saja, kemacetan kendaraan tak terhindarkan. Demikian halnya, saat massa melintasi jembatan Palu I, seluruh badan jembatan tidak diperkenankan ada kendaraan yang lewat. Selain itu, beberapa personel polisi lalulintas, yang mengatur kendaraan agar tidak macet, tidak luput dari kecaman massa yang masih merasakan kekecewaan karena tidak diterima oleh Kapolda. Bahkan Kapolsek Palu Barat, AKP Denny Priadi beserta dua personelnya, yang mencoba membantu kelancaran lalulintas kendaraan di Jalan Sis Al-Djufrie, diminta untuk segera menjauh dari konsentrasi massa.
"Ini sudah merupakan bentuk akumulasi kekecewaan kami, umat Islam yang hingga saat ini terus dibohongi tentang waktu pelaksanaan eksekusi mati terhadap Tibo Cs. Tindakan ini, sekaligus merupakan ekspresi kekecewaan kami, karena Kapolda yang baru enggan bersilaturahim dengan kami," tandas salahseorang pendemo. Walaupun sempat menghangat, namun pelaksanaan unjukrasa kemarin, berjalan lancar. (hnf)

No comments: