Komentar, 08 September 2006
Ribuan Kristen Poso Demo Tolak Eksekusi Tibo Dkk
Sedikitnya 4.000-an warga masyarakat Kristen Poso, menggelar demo di lokasi termi-nal bus Tentena, kemarin (07/09). Aksi yang digelar sejak Pukul 08.00 Wita hingga Pukul 14.00 Wita itu, nyaris memacetkan jalur trans Sulawesi. Sejumlah tokoh hadir dalam de-mo damai tersebut, di antara-nya Pdt Rinaldy Damanik MSi, Pdt Irianto Kongkoli MTh, Alex Pa-tambo, dan Drs Frans Sowolino.Mereka secara bergantian menyampaikan orasi. Tuntu-tan yang disampaikan di an-taranya, agar Presiden RI menghapus hukuman mati da-ri bumi Indonesia .Berikut, mereka meminta agar Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) adalah sebuah keharusan untuk menciptakan perdamaian dan keadilan yang menyeluruh bagi segenap kor-ban konflik Poso. ‘’Oleh karena itu kami meminta kepada Pre-siden RI untuk segera mem-bentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang dapat me-ngungkapkan secara tuntas keterlibatan warga masya-rakat, Aparat Pemerintah, Aparat Keamanan pada konflik Poso.’’Disebutkan, konflik Poso adalah konflik komunal, se-hingga tidak pantas jika hanya sebuah kelompok yang harus bertanggungjawab. ‘’Oleh ka-renanya, kami menolak ekse-kusi terhadap Tibo cs karena akan menimbulkan opini yang menyesatkan bahwasanya konflik Poso adalah Konflik Agama dimana Umat Kristen dituduh sebagai pihak yang bersalah dan paling bertang-gung jawab pada kerusuhan Poso.’’Mereka menjelaskan, keru-suhan Poso bukan hanya Ka-sus Mei 2000 (Pesantren Wali-songo - Sintuwu Lemba - Kilo 9, Buyung Katedo, Kasus Tibo Cs), tetapi harus diusut mulai dari Kerusuhan Poso Desem-ber 1998 – April 2000 dimana terjadi pembantaian warga Kristen, penghinaan terhadap agama Kristen, pembumiha-ngusan rumah – rumah pen-duduk dan rumah ibadah serta gedung fasilitas Kristen di kota Poso (Kelurahan Kasintuwu, Lombogia, Sayo, Gebang Rejo, Kayamanya, Moengko dan Madale).Untuk itu, mereka mendesak aparat keamanan untuk me-meriksa mantan bupati Poso Arief Patanga SH (Kerusuhan 1998) dan Haelani Umar. Pa-salnya, sebelum kerusuhan Poso 16 April 2000, Haelani Umar anggota legislatif dari fraksi Persatuan Pembangu-nan DPRD Sulawesi Tengah menyatakan: Jika aspirasi masyarakat yang terakumulasi diabaikan begitu saja oleh pemerintah daerah, yakni aspirasi yang menghendaki Drs. Damsyik Ladjalani men-jadi Sekwilda Poso, kondisi ko-ta Poso yang pernah diguncang kerusuhan bernuansa SARA (1998), bakal rusuh kembali dan akan terjadi kerusuhan bernuansa SARA yang lebih besar, bahkan hal ini telah dikonfirmasikan kepada bebe-rapa tokoh agama dan masya-rakat di Poso.Selain itu, mereka juga men-desak aparat keamanan memeriksa kembali Drs Agfar Patanga yang membuat sele-baran menyesatkan dan men-diskreditkan pejabat – pejabat Kristen sehingga terjadinya kekacauan bernuansa SARA serta tokoh - tokoh lainnya. Periksa Aparat Keamanan yang berada di kompleks Pe-santren Wali Songo (Sintuwu Lemba) pada saat pembunu-han dan pembakaran di Pe-santren Wali Songo (Sintuwu Lemba) 28 Mei 2000, untuk menemukan fakta yang sebe-narnya tentang peristiwa tersebut.’’Dalam poin lainnya, mereka meminta mengusut peristiwa kematian Ketua Umum Majelis Sinode GKST (Pdt. Hr. Langka-muda S.Th) Januari 1999 silam, yang meninggal dunia beberapa saat setelah mene-mui Muspida Poso dalam pe-nyelesaian Kerusuhan Poso Desember 1998. Aspirasi ini mengatasnamakan Masyara-kat Kristen didukung Majelis Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah yang diketuai Pdt Rinal-dy Damanik MSi dan Sekum Pdt Irianto Kongkoli, MTh.(rik)
Friday, September 08, 2006
Posted @ 10:31 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment