SUARA PEMBARUAN DAILY
--------------------------------------------------------------------------------
Pemakamam Jenazah Nela Masih Tunggu Keluarga
Teror Bom Buat Warga Poso Takut
[PALU] Jenazah Nela Salianggo (20) sampai Senin pagi masih disemayamkan di rumah duka Jl Tabatoki, Kelurahan Kawua, Kecamatan Poso Kota Selatan. Korban peledakan bom Sabtu malam (9/9) di rumahnya sendiri itu, direncanakan baru akan dikebumikan Selasa (12/9) karena ma- sih menunggu keluarganya dari Jakarta.
Situasi di rumah duka diselimuti duka yang sangat mendalam. Ibu korban, S Salianggo, tampak begitu terpukul dengan peristiwa yang menimpa puteri yang jadi tulang punggung keluarga itu. Betapa tidak, ayah Nela, sudah lama meninggal dunia sementara ibunya kini menderita lumpuh karena diserang stroke Nela yang se-hari-hari bekerja sebagai staf honor di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Poso, pun menjadi harapan satu-satunya untuk menghidupi keluarganya.
"Oh Tuhan, kenapa semua ini harus terulang lagi? Sampai kapan penderitaan kami akan berakhir? Tolonglah Tuhan, kami sudah tak sanggup merasakan penderitaan hidup ini," kata Salianggo yang terus menangis di depan jenazah puterinya.
Ledakan bom yang merengut nyawa Nela terjadi Sabtu malam sekitar pukul 20.25 Wita. Ketika itu, paman korban, Edy Lindang memberitahukan adanya sebuah senter (berukuran 8 bateray) diletakan di bale-bale depan rumah mereka, tapi tidak diketahui milik siapa. Karena rasa ingin tahu, Nela datang mengambil senter itu dan tiba-tiba terdengarlah ledakan besar yang mengenai korban.
Diduga senter itu meledak karena Nela mencoba menghidupkannya. Akibat ledakan, tangan kanan korban putus, perut dan dadanya hangus terbakar. Korban masih sempat dilarikan ke RSU Poso, namun beberapa menit kemudian korban yang sehari-hari menjabat Ketua Komunitas Pemuda Kreatif Poso (KPKP) akhirnya meninggal dunia.
Kapolres Poso, AKBP Rudi Sufahriadi mengatakan, bom yang menewaskan Nela adalah jenis bom rakitan berkekuatan rendah, namun jenisnya berbeda dengan bom-bom sebelumnya yang biasa diledakan di Poso.
Perbedaannya, bom yang menewaskan Nela menggunakan chasing senter sehingga orang tidak mudah curiga kalau isi senter itu berisi bom. Sedangkan bom-bom sebelumnya yang sering meledak di Poso, sudah sangat dikenal warga yakni menggunakan chasing pipa peralon dan pakai sumbu sebagai pemicu bom. "Modus bom yang dirakit dengan menggunakan senter, baru kali ini ada di Poso. Kami masih menyelidiki kasus ini," katanya.
Dalam kasus ini polisi sudah memeriksa saksi-saksi, namun belum ada tanda-tanda pelakunya akan ditemukan. Begitu juga bom yang meledak di Desa Tangkura, Poso Pesisir Selatan dan menewaskan Jhon Tobeli, Rabu (6/9), sampai kini pelakunya masih misterius.
Situasi di Poso saat ini relatif aman, arus transportasi dari dan menuju Poso juga lancar. Namun warga mengaku kembali diliputi rasa ketakutan dan ketidakpastian keamanan seperti dulu lagi. "Sekarang kita takut lagi seperti dulu, karena pelaku bom mungkin mengintai dimana-mana dan siap membunuh warga," kata seorang warga di Poso.
Ketua Umum Majelis Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) Tentena, Pdt Renaldy Damanik menyesalkan sikap kepolisian setempat yang tidak dapat mengamankan warga dari serangan teror bom, bahkan tidak berhasil menemukan siapa pelaku bom.
"Kalau ini terus dibiarkan dan warga terus terancam maka situasi Poso akan kembali kacau seperti dulu," ujarnya.
Pelaku
Secara terpisah Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengatakan, para pelaku peledakan bom Poso pada Sabtu malam berasal dari luar Poso, yang tidak menghendaki daerah itu aman. Dua komunitas yang selama ini bertikai yaitu Kristen dan Islam sudah hidup harmonis.
"Soal Poso memang masih ada benih-benih, ada kelompok kecil yang tidak menginginkan daerah itu aman. Karena motif mereka adalah ingin supaya daerah itu terus konflik dan ada yang mau balas dendam," ujarnya.
Ketika ditanya apakah aksi pengeboman itu terkait dengan penangkapan sejumlah pelaku teroris di wilayah Sulawesi Barat sebelumnya, Kalla mengatakan, tidak ada kaitannya. Karena salah satu yang ditangkap itu adalah dosen. Dan penangkapan itu sendiri menunjukkan bahwa Indonesia tidak pernah tolerir dengan para teroris.
Kalla meminta aparat kepolisian untuk terus menyelidiki bukti-bukti dan para tersangka tersebut karena dari laporan Kapolda Sulsel, tidak seheboh yang diceritakan sebelumnya. [128/148/A-21]
--------------------------------------------------------------------------------
Last modified: 11/9/06
Monday, September 11, 2006
Posted @ 10:59 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment